Home / Urban / Nyonya Puas Abang Lemas / 20. Reynard Aryasatya

Share

20. Reynard Aryasatya

Author: Arandiah
last update Last Updated: 2025-12-23 21:59:11

Pukul 07.00 pagi. Rumah Adrian sudah seperti medan perang.

"Rusdi!" bentak Adrian sambil melempar kunci mobil. "Bawa Alphard. Antar Nyonya sampai lobi Aryasatya jam 10.00 teng! Jangan telat sedetik pun!"

Rusdi menangkap kunci itu dengan satu tangan. Wajahnya datar.

Vivian keluar rumah dengan langkah ragu. Gaun merah menyala itu tertutup rapat oleh long coat (mantel panjang) krem. Hanya betis putih mulusnya yang mengintip di bawah mantel, memberi petunjuk betapa minimnya pakaian di dalamnya.

"Jalan!" perintah Adrian. Ia sendiri masuk ke mobil pribadinya, melaju duluan seperti orang dikejar setan.

Rusdi membukakan pintu belakang. Vivian masuk dengan tubuh gemetar.

Di jalan, keheningan terasa mencekik. AC mobil mendesis pelan.

Mata Rusdi melirik spion tengah. Vivian meremas-remas tangannya yang berkeringat dingin. Wajah cantiknya pucat.

"Nyonya sakit?" tanya Rusdi.

"Aku takut, Rus," cicit Vivian. "Adrian bilang Tuan Reynard itu kejam. Aku takut dia... melakukan hal jahat padaku."

Rusdi m
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Nyonya Puas Abang Lemas   20. Reynard Aryasatya

    Pukul 07.00 pagi. Rumah Adrian sudah seperti medan perang."Rusdi!" bentak Adrian sambil melempar kunci mobil. "Bawa Alphard. Antar Nyonya sampai lobi Aryasatya jam 10.00 teng! Jangan telat sedetik pun!"Rusdi menangkap kunci itu dengan satu tangan. Wajahnya datar.Vivian keluar rumah dengan langkah ragu. Gaun merah menyala itu tertutup rapat oleh long coat (mantel panjang) krem. Hanya betis putih mulusnya yang mengintip di bawah mantel, memberi petunjuk betapa minimnya pakaian di dalamnya."Jalan!" perintah Adrian. Ia sendiri masuk ke mobil pribadinya, melaju duluan seperti orang dikejar setan.Rusdi membukakan pintu belakang. Vivian masuk dengan tubuh gemetar.Di jalan, keheningan terasa mencekik. AC mobil mendesis pelan.Mata Rusdi melirik spion tengah. Vivian meremas-remas tangannya yang berkeringat dingin. Wajah cantiknya pucat."Nyonya sakit?" tanya Rusdi."Aku takut, Rus," cicit Vivian. "Adrian bilang Tuan Reynard itu kejam. Aku takut dia... melakukan hal jahat padaku."Rusdi m

  • Nyonya Puas Abang Lemas   19. Jual istri

    Rusdi membersihkan sisa tanah di cangkulnya saat ponsel bergetar. Nama Felicia muncul."Laporan," ucap Rusdi singkat. Suaranya masih malas ala tukang kebun."Bos, Adrian keras kepala," lapor Felicia. "Dia menunggu di lobi. Dia bilang tidak akan pulang sebelum dapat dana. Dia benar-benar putus asa."Rusdi mendengus. Tubuhnya yang membungkuk patuh, perlahan tegak."Bagus. Tahan dia," perintah Reynard dingin. "Aku ke sana lewat jalur belakang. Kita main-main sebentar dengan dia."Rusdi masuk ke kamar sempitnya, menyelinap ke pintu rahasia di pagar belakang. Sedan hitam berkaca gelap sudah menunggu.Di dalam mobil, topeng "Rusdi" runtuh. Pria itu menyandarkan punggung. Ia adalah Reynard Aryasatya.Penyamaran ini bukan main-main. Dua tahun lalu, ayahnya meninggal tidak wajar dan semua petunjuk mengarah pada Adrian. Namun, Adrian licin. Bukti pembunuhan itu tersimpan di brankas pribadi di dalam rumah Adrian atau terkubur di tanah—tempat yang tak tersentuh hukum.Reynard butuh akses 24 jam d

  • Nyonya Puas Abang Lemas   18. Kepulangan Adrian

    Rusdi memakai celana kerjanya dengan santai. Sebelum keluar, ia menoleh sebentar ke ranjang. Vivian tertidur lemas dengan posisi berantakan. Rusdi tersenyum puas. Bukan hanya karena seksnya, tapi karena ia baru saja menandai wilayah paling pribadi milik musuhnya.Ia keluar lewat balkon, menembus angin malam menuju kamar pelayan di belakang taman.Suasana berubah total. Dari kamar mewah ber-AC, Rusdi masuk ke kamar petak yang pengap. Inilah markasnya selama tiga bulan terakhir.Rusdi mengunci pintu, lalu membasuh wajahnya di wastafel. Tatapan lugu yang tadi ia pasang di depan Vivian langsung lenyap. Di cermin, kini hanya ada sorot mata tajam seorang penguasa.Ia mengambil kotak sepatu bekas dari bawah lemari. Di dalamnya tersimpan ponsel canggih dan cerutu mahal. Baru saja ia menyalakan rokok, ponselnya bergetar. Nama "Felicia" muncul di layar.Rusdi mengangkatnya. "Bagaimana?""Gila, Bos. Saya benar-benar tidak menyangka," suara Felicia terdengar heran. "Si Adrian itu mukanya tebal se

  • Nyonya Puas Abang Lemas   17. Sisi lain Vivian

    Rusdi tidak terburu-buru. Ia menarik pinggulnya mundur, membiarkan Vivian melihat jelas "perkakas" apa yang akan ia hadapi. Rusdi melucuti celana kerjanya yang kotor terkena tanah lempung. Tubuh si tukang kebun kini terpampang nyata. Kulitnya cokelat gelap terbakar matahari, kontras sekali dengan kulit Vivian yang putih susu dan mulus bak pualam. Otot-otot perut Rusdi keras dan mengotak, hasil tempaan ratusan jam mencangkul dan mengangkat pot beton, bukan hasil gym. Di selangkangannya, batang kejantanannya yang hitam, tebal, dan panjang sudah tegak lurus, menyembul angkuh dengan urat-urat yang menonjol mengerikan. "Kasihan Tuan Adrian..." gumam Rusdi pelan dengan nada polos yang dibuat-buat. Tangan Rusdi yang kasar dan kapalan—bekas memegang gagang sekop setiap hari—kini meramas buah dada Vivian yang ranum. Jempolnya yang besar dan kasar mengelus puting merah muda Nyonya-nya yang sudah menegang keras. Tekstur kasar telapak tangan itu di atas kulit halus Vivian menciptakan sensasi ge

  • Nyonya Puas Abang Lemas   16. Menjaga istri Tuan

    Rusdi menginjak puntung rokok di lantai kayu hingga padam. Asap tipis masih mengepul saat pintu gudang diketuk pelan."Mas Rusdi?"Hana, pembantu baru berusia 20 tahun, berdiri di ambang pintu. Tangannya memegang regulator gas. Mata gadis itu langsung terkunci pada dada bidang Rusdi yang basah kuyup oleh keringat dan debu. Napasnya tertahan sejenak."Eh, Hana. Kenapa?" tanya Rusdi sambil menyeka lehernya dengan handuk kecil.Hana menunduk malu, pipinya merona merah. "Gas habis, Mas. Tabung barunya berat. Bisa bantu pasang?""Bisa. Masuk dulu, saya ambil obeng," jawab Rusdi santai.Hana melangkah masuk. Namun, baru dua langkah, hidungnya kembang kempis. Gadis itu mengernyit.Udara di dalam gudang terasa berat, lembap, dan panas. Bau amis yang tajam dan hangat langsung menusuk hidung Hana. Itu aroma khas cairan sperma dan lendir vagina yang mulai mengering di atas meja kayu, bercampur dengan keringat maskulin yang pekat.Hana merasa pusing seketika. Dadanya berdesir aneh menghirup udara

  • Nyonya Puas Abang Lemas   15. Gudang

    Mobil Adrian menghilang di tikungan. Suara mesinnya lenyap, digantikan suara jangkrik dan napas berat Vivian yang masih memburu.Vivian menatap Rusdi dengan mata sayu, tubuhnya lemas karena orgasme singkat tadi. "Bawa aku ke kamar, Rusdi... Kamar tamu kosong," bisiknya mendesak.Rusdi terkekeh pelan. Suara itu terdengar jahat. Ia mencengkeram pergelangan tangan Vivian dengan kasar, lalu menariknya berdiri."Kamar terlalu bagus buat istri yang mengkhianati suaminya," kata Rusdi dingin. "Kita main di tempatku."Tanpa menunggu jawaban, Rusdi menyeret Vivian melewati taman bunga yang rapi, menuju ke bangunan kayu reot di sudut paling belakang: Gudang peralatan."Rusdi, tunggu! Di sana kotor!" Vivian mencoba menahan langkah, tapi tenaga Rusdi terlalu kuat. Pria itu tidak peduli. Ia membuka pintu gudang dengan tendangan pelan.Brak.Aroma tanah basah, pupuk, dan oli bekas langsung menyergap hidung. Di dalam sana gelap dan pengap. Hanya ada sedikit cahaya matahari yang masuk lewat celah papa

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status