Share

Nyonya Wanda istri Mafia
Nyonya Wanda istri Mafia
Penulis: GODDESS

BAB 1: REINKARNASI

Wanda berjalan ke pembatas gedung, meliat ke bawah memandang banyak kendaraan yang berlalu lalang. Angin menerbangkan helaian rambutnya yang sudah acak-acakan memperlihatkan wajahnya yang hancur berderai air mata.

Hidupnya hancur, cinta yang selalu menjadi alasannya untuk hidup hanyalah kebohongan, bahkan mimpinya yang indah tidak akan pernah menjadi nyata.

Wanda langsung menaiki pembatas gedung. Pintu terbuka memperlihatkan seorang tampan dengan balutan jaz hitam yang berjalan dengan santai.

“Matilah!” serunya.

Wanda berbalik dia melihat suaminya, Bara.

“Penghianat sepertimu tidak pantas hidup,” ejeknya.

Wanda menangis, berbalik melihat bulan yang berada di depannya di antara bangunan tinggi. Dia menyesal karena begitu bodoh dengan menghianati Bara hanya demi seorang pengawal.

Bara adalah suami yang kejam dan acuh  dia tidak akan memedulikan istrinya jika tidak ada nilai di matanya. Itu membuatnya harus bersaing dengan ke dua istrinya agar menjadi kesayangan Bara.

Tapi lama kelamaan hal itu membuat Wanda lelah. Lalu tanpa dia sadari cinta baru itu muncul karena pengawal yang selalu bersamanya, menolongnya, dan memujinya membuatnya jatuh cinta, semua itu tidak dia temukan pada suaminya.

Sampai cinta itu membuat Wanda gila dan memutuskan kabur dengan seorang pengawal memulai hidup baru bahkan tanpa restu orang tuanya dan meninggalkan kedua anak-anaknya. Wanda bahkan rela menyerahkan status, harta, dan kekuasaannya demi cinta.

Bara yang menemukan pengkhianatan Wanda langsung menghukumnya namun Wanda berhasil kabur. Menghilangnya Wanda membuat Bara sangat marah, dengan kekuasaannya dia mencarinya, dia sangat ingin menghancurkan Wanda yang membuatnya berani berkhianat dia juga sangat ingin menguliti Wanda hidup-hidup.

Wanda bodoh, dia menyelamatkan kekasih gelapnya tanpa tahu kekasihnya sudah menghianatinya dengan membawanya ke tangan Bara dan akhirnya membuat wajahnya rusak, rasa sakit itu tidak akan pernah dia lupakan.

“Aku sama sekali tidak mengerti, padahal aku sudah memberikan segalanya tapi kamu membalasnya dengan pengkhianatannya. Apa harta yang aku berikan kurang?”

Wanda mengepalkan tangannya, dia menghadap ke samping.

“Aku juga butuh cinta, itu yang tidak pernah kamu berikan padaku,” ucap Wanda.

Setiap wanita selalu menginginkan cinta meski hanya sesaat.

Wanda berdiri menutup matanya dan menjatuhkan badannya ke bawah.

Suara jeritan histeris orang begitu ketakutan saat melihat tubuh Wanda yang mendarat di atas mobil dengan darah yang mengalir.

“Naif sekali, uang lebih penting dari pada cinta.”

Bara langsung meninggalkan tempat itu.

Deg…

“Nyonya, pakaian apa yang kamu inginkan?” tanya Kinan.

Wanda langsung menatap sekeliling dengan linglung, dia melihat dirinya sendiri yang sedang berendam di dalam bak mandi.

“Tunggu bukankah aku sudah mati?” batinya.

Wanda langsung menegakkan badanya dan memegang wajahnya yang tertutup masker lalu memasukkannya ke dalam air.

“Astaga Nyonya… apa yang kamu lakukan!” seru Kinan.

Kinan dan dua pelayan lainnya langsung menarik bahu Wanda agar dia mengeluarkan kepalanya dari dalam air.

Wanda akhirnya berhasil keluar dia menarik nafas sebanyak-banyaknya.

“Ambilkan aku cermin!” seru Wanda.

Pelayan saling memandang bingung. “Ambilkan aku cermin.”

Pelayan itu langsung memberikan cermin ke pada Wanda, melihat wajahnya sendiri yang masih terlihat bagus Wanda menangis.

Dia tertawa seperti orang gila membuat pelayan di sampingnya agak takut.

“Kinan, sepertinya Nyonya kesurupan,” bisik pelayan.

“Jangan bicara sembarangan,” balas Kinan.

“Wajahku masih cantik.”

“Kalian keluarlah, aku mau sendiri.”

“Baik Nyonya.” balas pelayan.

“Tunggu tanggal berapa sekarang?” tanya Wanda.

“Tanggal 1 Februari 20XX, Nyonya.”

Wanda mengangguk dan melambaikan tangannya, setelah pelayan pergi dia langsung bersandar pada bak mandi dan meminum susu coklat yang sudah tersedia di samping bak mandi.

“Apa itu artinya aku bereinkarnasi ke tuju tahun sebelum aku meninggal?”

“Ini sempurna, aku bisa menikmati kekayaan seamiku.”

Wanda langsung menegakkan punggungnya. “Tunggu… itu artinya dia masih hidup?”

“Awas kamu Jav, pria sialan sepertimu akan ku singkirkan.”

Wanda menaruh minumannya di nampan, dia langsung memakai handuk dan pergi.

Jav membuka pintu, dia melihat Wanda yang sedang makan dengan elegan.

“Nyonya terlihat cantik hari ini,” pujinya.

Mulut Wanda berkedut, dia mencengkeram garpu dan pisaunya, memandang pria muda di sampingnya yang terlihat tampan.

“Lalu, menurutmu kemarin aku tidak cantik?” sinisnya.

Jav terdiam, dia tidak menduga respons Wanda akan berbeda.

“Tentu tidak Nyonya kamu selalu terlihat cantik di mata saya.”

Wanda meneguk minumannya. “Hentikan basa-basimu Jav, katakan di mana suamiku?”

“Saya tidak tahu Nyonya, saya hanya bertugas untuk menjaga Nyonya.”

“Kalau begitu jagalah di depan jangan di sini, kamu mengganggu selera makan saya.”

Jav menahan amarah, sementara Kinan yang berdiri di samping Wanda menahan tawanya, sangat jarang sekali melihat Jav yang sombong mendapat teguran dari Nyonya.

“Mohon maaf Nyonya tapi ini perintah Tuan,” jelasnya.

“Dan aku ini istri dari Tuanmu, otomatis aku juga memiliki hak untuk memberimu perintah.”

Wanda memandang Jav dengan kesal. “Apa perlu aku laporkan pada suamiku kalau kamu tidak melakukan tugasmu dengan baik.”

“Jangan Nyonya, aku pamit undur diri.”

Wanda mengangguk.

“Awas kamu Jav, ini hanya permulaan.”

“Nyonya, Tuan mengundang kamu ke acara pelelangan.”

Wanda mengingat acara pelelangan sebelum kematiannya, sebelumnya dia tidak hadir di acara itu karena sibuk berpacaran dengan Jav, dan itu membuatnya harus di hukum oleh Bara dengan pengambilan semua investasinya pada perusahaan yang dia miliki.

“Jam berapa?”

“Jam 13.00 WIB.”

“Bagai mana dengan anak-anak?” Kinan langsung diam, sangat jarang Wanda akan bertanya soal anak-anaknya.

“Anak-anak sedang sekolah.”

Wanda mulai merindukan anak-anaknya, dulu setelah dia meninggal dia tidak pernah dekat dengan anak-anaknya.

“Kapan mereka akan kembali?”

“Kemungkinan setelah libur semester.”

Wanda menatap Kinan. “Bukanya setelah sekolah biasanya anak-anak pulang?”

“Iya, tapi Nyonya memasukkannya ke sekolah asrama ingat?”

Wanda merutuki kebodohannya, karena melupakan keadaan anak-anaknya.

“Siapkan mobil, aku ingin melihat anak-anakku.”

Kinan melihat sekarang jam sembilan pagi. “Tapi nyonya—”

“Jangan membantahku Kinan.”

Kinan mengangguk dan berbalik pergi.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status