Home / Romansa / OBAT TIDUR UNTUK ISTRIKU / Bab 4 Ada Apa dengan Raya

Share

Bab 4 Ada Apa dengan Raya

Author: LinDaVin
last update Huling Na-update: 2021-10-21 15:22:19

Bahkan, aku lihat Hana makan, makanan yang sama persis dengan Raya. Dan, Hana terlihat baik - baik saja. Tuduhan Raya tak memiliki dasar. Bisa saja dia salah makan tadi siang sebelum berangkat kesini.

"Gimana?" tanya Hana yang baru datang dengan segelas air putih dan sebuah bungkusan kecil

"Masih di kamar mandi." Aku menjawab.

"Ini obatnya?" tanyaku pada Hana sambil menunjuk bungkusan di tangannya.

"Iya, tapi …." Hana tak meneruskan kalimatnya.

"Tapi, kenapa?" Aku mengernyitkan dahi.

"Ada efek sampingnya. Untuk sebagian orang bisa bikin gatel - gatel. Bentol seluruh badan. Tapi, nggak semua orang." Hana menjelaskan.

Hana baru selesai menjelaskan, ketika Raya keluar. Wajahnya terlihat pucat.

"Ini obatnya?" Raya langsung mengambil gelas dan bungkusan kecil ditangan Hana.

"Tapi, Mbak itu ada efek sampi …." Hana belum selesai bicara Raya sudah menegaknya.

Hana hanya terdiam melihat Raya, bahunya sedikit terangkat. Dia kemudian mengambil kembali gelas kosong yang Raya sodorkan padanya.

"Ya … sudah. Mbak Raya istirahat saja," ucap Hana kemudian, "Ayok, Mas!"

Hana mengapit tanganku, terlihat tatapan tidak suka dari Raya. Untung Hana tak melihatnya. Aku dan Hana beranjak keluar dari kamar Raya.

Aku melirik Hana yang tiba - tiba terlihat gusar. Seperti sedang memikirkan sesuatu.

"Ada apa?" Tanyaku.

"Hana kepikiran, kalau sampai Mbak Raya alergi gimana? Tapi, Hana ga ada obat lain. Kalau ke Hana sih, nggak ngefek apa - apa."

Aku mengaruk kepala yang tak gatal. Tak bisa menimpali apa - apa. Semoga saja tidak berefek apa - apa pada Raya. Kalaupun ada efeknya, mungkin lebih baik daripada dia bolak balik ke kamar mandi.

"Hana taruk gelas dulu," ucap Hana melepas pegangannya padaku. Hana beranjak berjalan ke arah dapur, aku langsung menuju ke kamar.

Sepertinya malam ini rencanaku dan Raya bakal gagal. Aku menarik napas dalam, bayangan Raya dengan lingerie barunya bergerak liar diotakku. Sial … pake acara sakit perut segala. Ada hasrat yang harus disalurkan atau sakit kepala menderaku besok.

Terdengar pintu berderit, Hana masuk dan kembali menutup pintu. Cukup lama aku tak menyentuhnya, dia juga tak pernah meminta. Aku mengamati langkahnya, Hana lebih tinggi dibanding Raya. Bentuk tubuh Hana lebih bagus. Hanya saja Raya memiliki aset yang lebih besar. Raya juga lebih agresif dan panas.

Hana berjalan ke kamar mandi, setelah beberapa saat dia keluar. Rambut sebahu yang biasa diikat, tampak Hana gerai. Hana tak memakai baju tidur panjang seperti biasanya. Mini daster dengan potongan di atas lutut dan kerutan di dada dia kenakan. Dada atasnya nampak terbuka begitu juga punggung atasnya.

"Sayang," panggiku pada Hana, dia nampak terkejut. Ya, cukup lama aku tak memanggilnya dengan panggilan itu.

Perasaanku saja, atau memang Hana tampil berbeda malam ini. Dia terlihat begitu menggoda dengan baju yang dikenakannya. Atau, karena aku sudah ON duluan akibat ulah Raya tadi. Entahlah, yang jelas aku syahwat ini harus tersalurkan.

Hana sedang di depan cermin, setelah mengoleskan tipis sebuah krim di wajahnya. Tanganku menyusup merengkuh pinggangnya. Terlihat ekspresi kagetnya di cermin saat aku memeluknya dari belakang. Begitu juga saat aku menyapu pelan leher putihnya, Hana memejamkan mata.

Akun membalikkan tubuh Hana hingga kami berhadapan, segera aku bekap bibirnya yang setengah terbuka dengan bagian yang sama.

Malam ini aku merasa Hana berbeda, dia membalasku, bahkan terlihat menuntut meski tanpa kata. Apa karena cukup lama dia tak merasakannya.

"Mas, mau …." Tak aku teruskan kalimatku, Hana sudah paham. Senyum tipis menghias bibit istriku. Aku benar malam ini dia berbeda, dan aku suka.

"Mas, ke kamar mandi dulu," pamitku sambil mengecup sekilas lengkung sabitnya.

Aku bergegas ke kamar mandi, membersihkan muka dan gosok gigi. Dengan cepat aku kembali, Tapi ….

"Jangan diminum!" seruku pada Hana, dia tampak terkejut dan bingung melihatku.

"Kenapa?" tanya Hana bingung. Aku terdiam, mana mungkin aku bilang kalau aku memasukkan obat tidur kedalam minumannya.

Aku berjalan pelan ke arah Hana, minuman di wadah berwarna biru itu telah tandas. Yang tersisa hanya potongan jeruk di dalamnya.

"Kenapa?" Kembali Hana bertanya, aku hanya menggeleng.

Bener saja, mata Hana berkejab beberapa kali, dan juga menguap. Sepertinya obat tidur itu telah bereaksi padanya. Hana sedikit terhuyung berjalan ke arah ranjang. Sesampainya di ranjang, Hana menghempaskan boboh tubuhnya ke atas kasur. Hana tertidur …

Aku meremas rambutku kasar, malam ini kenapa aku begitu sial …

▪•▪

"Mas … bangun … Mas." Aku membuka sedikit mata, wajah Hana tepat di atasku. Aku kembali menutup mata karena kantuk. Hana menggoyang lenganku, malas aku membuka mata sebenarnya.

"Apa?" tanyaku kemudian.

"Mbak Raya, nangis," jawab Hana kemudian. Aku paksakan untuk mengumpulkan kesadaran dan bangun dari tidurku.

"Nangis gimana?"

Hana tak menjawab, hanya menarikku turun dari atas ranjang. Dari sini sudah terdengar suara orang menangis. Aku menajamkan telinga. Benar suara tangisan dari arah kamar Raya. Aku mengerjap untuk membuka lebar mata.

"Hu u u u … hiks hiks …." Mataku kembali mengerjap berulang, memastikan apa yang aku lihat.

Raya hanya menatapku dalam tangisnya. Kulit putih mulusnya terlihat memerah, dan bentol - bentol. Wajah mulusnya bengkak dan memerah, bibir sensualnya dower seperti habis digigit lebah. Apa yang terjadi dengannya.

"Mbak, rasanya gimana?" Hana bertanya pelan.

"Panas … gatal." Raya menggaruk kencang tubuhnya hingga semakin merah.

"Mas, gimana ini?" Wajah Hana terlihat panik.

"Mas juga bingung, apa dibawa kerumah sakit saja?" Aku melihat ke arah Hana.

"Nggak … nggak …" Raya menolah usulan.

Dia terus menggaruk tubuhnya sambil menangis.

"Mbak Raya, punya alergi?" tanya Hana lagi.

"Haduhh, kenapa tanya melulu, sih." Raya berteriak ke arah Hana. Wajah Hana terlihat terkejut, mata beningnya tampak berkaca - kaca.

"Cuma tanya." Hana berucap lirih.

"Ini sakit, malah ditanya - tanya." Raya terlihat tak bisa menahan emosi. Hana terdiam, melihat itu kenapa aku merasa tak rela.

"Raya, tak seharusnya bicara kasar seperti itu." Aku memperingatkan Raya, Hana beranjak keluar dengan langkah cepat. Aku mengejarnya.

"Hana …." Aku memanggil namanya, Hana berhenti. Dia menangis, ada apa dengan Raya? bod*h sekali. Seharusnya dia bisa menahan diri. Dengan bersikap seperti itu yang aku takutkan malah membuat Hana curiga.

"Hana, cuma mau bantu," ucap Hana kemudian. Wajah Hana terlihat sedih dan ini bukan hal yang baik.

"Iya, mas ngerti," ucapku mencoba menenangkannya. Hana hanya terdiam tak menimpali lagi ucapanku.

Aku memang menginginkan Raya, tapi, bukan berarti dia bisa memperlakukan Hana seperti ini. Aku menginginkan mereka berdua, untuk melengkapi hidupku.

Bersambung.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Mga Comments (1)
goodnovel comment avatar
Louisa Janis
semoga saja berikut pantatmu yang alergi Raya kelewat GATEL
Tignan lahat ng Komento

Pinakabagong kabanata

  • OBAT TIDUR UNTUK ISTRIKU   Bab 70 Ending Bahagia Selamanya

    Pantai …Perjalan yang lumayan melelahkan terbayar dengan pemandangan pantai yang menakjubkan. Sebuah hotel yang langsung menghadap ke pantai Mas Bima pilihkan. Satu kamar deluxe dan satu vila sudah di pesan. Setelah menaruh barang bawaan semua langsung berlarian menuju ke pantai.Ini pengalaman baru untuk anak-anak pergi ke pantai. Dulu hanya mengisi liburan di dekat rumah saja. Tak ada cerita spesial di masa lalu tentang pantai. Sepertinya hari ini akan menjadi cerita spesial di waktu mendatang. Wajah-wajah ceria bersanding dengan birunya hamparan air laut. Kaki kecil mereka menapak tanpa alas di atas pasir. Ombak yang cukup tenang membuat anak-anak mulai berlarian menujunya tanpa rasa takut."Mama disini aja," ucap Mama memilih duduk di sebuah bangku yang menjadi bagian dari fasilitas hotel."Bima pesankan minum ya, Ma." Mas Bima yang masih berdiri di sampingku menawari mama minuman."Hana juga mau … es kelapa muda." Aku ikut menambahkan."Mama air dingin saja, jangan dingin-ding

  • OBAT TIDUR UNTUK ISTRIKU   Bab 69 Bahagia bersama

    "Tadi ketemu Raya di Swalayan depan, sepertinya dia bekerja disana," ceritaku pada Yola saat dia mengantar Kyla."Terus?""Ya … dia ketus gitu, masih bahas rumah. Terus nuduh aku sama Mas Bima selingkuh, sama bilang gara-gara aku sama Mas Bima Mas Andrian dipecat dari pekerjaannya.""Andrian dipecat?" tanya Yola."Kata Mas Bima enggak, cuma downgrade dan ditempatkan di Kalimantan," jelasku pada Yola."Kok Raya bilang dipecat?" tanya Yola bingung. Aku hanya mengangkat bahu kemudian menggeleng."Raya kerja di swalayan?" tanya Yola lagi."Iya." Aku mengangguk mengiyakan.Sesaat Yola terdiam seperti sedang memikirkan sesuatu. Bagaimana juga mereka adalah bagian dari masa laluku. Hal tentang mereka terkadang masih mengundang rasa ingin tahuku juga."Apa … itu hanya alasan Andrian aja, bilang dipecat, biar bisa jauh dari Raya. Kalau dah nggak ada kerjaan kan nggak ada duit, maleslah si Raya itu mungkin. Perkiraan aku aja sih," ucap Yola kemudian."Masak gitu? Tapi, bisa juga sih … entahlah.

  • OBAT TIDUR UNTUK ISTRIKU   Bab 68 Bertemu Raya

    Selesai sarapan aku mempersiapkan semua keperluan untuk anak-anak dan juga diriku serta Mas Bima. Meski hanya tiga hari, bawaan kami sudah seperti orang yang akan pindahan saja. Maklum kami memang membawa pasukan bocil. Bahkan mereka membawa serta juga sekontainer kecil mainan."Mas … Hana mau swalayan depan, ada yang perlu Hana beli." Aku menghampiri Mas Bima yang sedang memasukkan barang-barang ke dalam mobil."Mas antar," ucap Mas Bima kemudian."Enggak usah … kan deket.""Aku ada juga yang mau dibeli," balas Mas Bima kemudian. Entah alasan atau memang ada keperluan aku tak tau. Lagian bukan hal yang perlu dipikirkan. Apapun itu intinya Mas Bima ingin pergi bersamaku. Aku langsung masuk ke dalam mobil begitu juga Mas Bima. Sebuah swalayan yang ada di dekat jalan masuk perumahan menjadi tujuan kami.Toko swalayan ini memang tidak terlalu besar. Tapi, cukup lengkap dan juga tidak jauh dari rumah. Keadaan tidak terlalu ramai saat aku dan Mas Bima masuk. Seorang karyawan yang duduk di

  • OBAT TIDUR UNTUK ISTRIKU   Bab 67 Jejak Cinta

    "Sayang … bangun."Ciuman bertubi-tubi aku rasakan meski belum sepenuhnya sadar. Pelan aku paksakan untuk membuka mata yang serasa dilem ini. Tampak Mas Bima yang tepat berada di atas wajahku sedang tersenyum. Ketika kesadaran hampir hilang kembali karena kantuk yang teramat berat, sebuah tarikan menyasar ke hidungku."Sayang … bangun, sudah adzan subuh." Aku kembali memaksa untuk membuka mata. Perasaaan baru saja aku tertidur, tau-tau sudah pagi. Iyah benar saja, seingatku aku tidur hampir jam tiga pagi. Harusnya aku yang bangun duluan tapi, justru Mas Bima yang terlebih dulu bangun. Bahkan dia terlihat sudah segar dan aroma wangi sabun menguar dari tubuhnya.Meski mengantuk aku memaksakan diri untuk bangun. Mas Bima menarik tanganku, sesaat aku masih terduduk di atas ranjang. Melebarkan mataku dan menunggu kesadaranku penuh."Mau digendong pa sekalian dimandiin?" Mas Bima mengangkat alis dengan senyum lebar di bibirnya. Aku hanya nyengir dan bergerak turun dari ranjang kemudian be

  • OBAT TIDUR UNTUK ISTRIKU   Bab 66 Malam Panjang

    Baru saja dipikirkan sudah menjadi kenyataan, aku dan Mas Bima saling pandang dan kemudian sama-sama tertawa mendengar teriakan para bocil itu. Anak-anak benar-benar datang dan mengetuk pintu kamar."Dah … yuk, paling sudah ditungguin sama yang lain," ucapku kemudian."Iya." Mas Bima mengiyakan, tapi, dia malah memajukan kembali wajahnya dan menaut kembali bibirku."Mas, ada anak-anak." Aku mendorong tubuh Mas Bima pelan. "Iya," balas Mas Bima dengan tatapan sendu. Wajah Mas Bima mendekat, memangkas kembali jarak yang ada. Membungkam lembut saat aku hendak bicara. Aku kembali mendorong dada bidang pria yang tadi pagi sudah sah menjadi suamiku itu. Hanya saja sama sekali tak ada pergerakan. Diluar anak-anak masih terus gaduh memanggilku dan Mas Bima."I love you," ucap Mas Bima setelah melepaskan tautannya. Kening kami beradu, pelan Mas Bima menggesekkan hidung mancungnya di hidungku. Dadaku bergetar, wajahku menghangat, rasanya … entahlah susah untuk aku gambarkan. Sebuah kecupan

  • OBAT TIDUR UNTUK ISTRIKU   Bab 66 Bahagia Bersamamu

    Sungguh hari yang benar-benar melelahkan untuk jiwa dan raga. Aku dan Mas Bima yang mengurus segalanya. Keluarga Rima tinggal diluar kota, satu kota denganku dan Mas Bima. Dan ternyata mereka berdua tidak mengatakan kejadian ini pada keluarganya yang lain. Pantas saja mereka hanya berdua menunggui bayi itu.Suami Rima juga tidak terlihat sama sekali. Padahal memurut Ibu Rima dia sudah memberi tahu pada menantunya. Tapi, pria itu tidak menampakkan batang hidungnya. Berdasarkan keputusan keluarga. Bayi itu tidak dimakamkan disini, melainkan dibawa pulang ke kota Ibunya.Sekarang masih menunggu Ambulance yang tengah dipersiapkan oleh pihak rumah sakit untuk membawa pulang jenazah. Sedari tadi Mas Bima tak melepas genggamannya padaku. Aku tau itu hanya cara Mas Bima agar Rima tak mendekat padanya. Aku sampai mengabaikan keluarga di rumah. Padahal hari ini hari pernikahan kami, dan waktunya berkumpul dengan keluarga merayakan pernikahan ini. Baru menjelang magrib semuanya selesai. ••

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status