Home / Rumah Tangga / ONE DAY IN MY LIFE / Bab 16 Alex dan Max

Share

Bab 16 Alex dan Max

Author: Idry2ni
last update Last Updated: 2024-06-16 22:03:30

Aku berakhir satu mobil dengan Max dengan tetap mengenakan kostum badut itu. Sejak tadi aku tidak mengatakan apapun karena kesal.

"Kau marah padaku? Aku tidak meninggalkan mu sepenuhnya Shella... Aku kembali."

"Aku tidak ingin tahu."

"Baiklah aku pun tidak peduli."

Di Apartemen

Aku terpaksa tidak bekerja karena kejadian hari ini dan langsung pergi membersihkan diriku di kamar mandi. Setelah membersihkan diri aku berbaring di ranjang dengan memikirkan beberapa hal terkait Max. Aku bangkit dari tidur ku dan mencari kostum badut di kamar mandi dan membawanya ke atas ranjang. "Kostum badut?" Aku menyusun kostum itu. "Sebenarnya apa pekerjaan Max selama ini? Mungkinkah dugaan ku diawal salah jika dia adalah seseorang yang kaya?"

Aku menyilangkan kedua kaki ku dan berpikir. "Terdengar tidak masuk akal bukan? Jika dia bekerja sebagai seorang aktrasi sulap dengan kostum, kenapa dia bisa tinggal di Apartemen yang bagus dan mempunyai sebuah mobil? Apa dia hanya bosan dan mencari pekerjaan sampingan? Atau dia sungguh seorang aktrasi sulap dengan kostum? Ah... Itu memusingkan."

Aku mengambil handphone dan menelpon seseorang. Apa Gael sudah pulang dari kuliahnya? "Gael? Kau dimana sekarang?"

"Aku dirumah."

"Kau tidak kuliah?"

"Tidak, aku sedang tidak bertenaga."

"Kau sakit?"

"Bisa dikatakan seperti itu."

Aku bangkit dan segera bersiap untuk pergi. "Kau ingin sesuatu?"

"Popcorn pedas."

"Baiklah aku akan tiba dalam 20 menit, jadi tunggulah aku." Aku mematikan telepon dan segera keluar namun aku baru tersadar jika mobil ku berada di kantor. "Max? Apakah dia bisa meminjamkan mobilnya? Aku harus bertanya padanya."

Di kamar, Max benar-benar lupa untuk membawa perlengkapan aktrasi nya pulang. Jika tidak salah mengingat, ia meninggalkannya di tepi jalan. "Huh... Sial! Aku harus membelinya lagi? Ini semua karena Shella! Jika dia tidak mengejar ku seperti itu mungkin aku tidak akan meninggalkannya di sana."

Sebuah ketukan pintu membuat Max bangkit dan membuka pintunya. Ia mendapati Shella di depan pintunya. "Kembalikan kostum badut ku."

Aku mendongak dan tersenyum. "Aku akan mencucinya. Max... Bisakah aku meminjam mobil mu?"

"Alasannya?"

"Aku perlu!"

"Alasannya?" Max bertanya sekali lagi karena jawaban Shella tidak menyakinkan.

Aku menarik napas. "Gael jatuh sakit, jadi aku ingin mengunjungi nya."

"Dimana mobil milikmu?

"Jika aku meminjam mobilmu, itu artinya mobilku tidak ada disini. Kau ingin meminjamkannya atau tidak?"

Max bersandar di pintu dengan melipat tangannya. "Apa keuntunganku meminjamkannya padamu?" Walaupun ia tahu jawabannya, tetapi rasanya sangat lucu jika lebih menahan wanita itu untuk meminta-minta padanya.

"Kau sengaja berbelit? Aku tidak memiliki banyak waktu sekarang Max. Kau akan meminjamkannya atau tidak?!"

Max masuk ke kamarnya untuk mengambil kunci mobilnya dan keluar. "Aku akan meminjamkannya jika kau memujiku."

"Kau gila?"

"Tidak! Cepatlah... Kau tidak ingin?" Max menggoyangkan kuncinya di hadapan Shella dengan santai.

"Lebih baik aku berjalan kaki-"

"Kau ingat apa yang kau katakan padaku malam tadi? Kau mengatakan jika hidupmu berwarna karena aku, kau ingat?"

Aku menyesal mengatakan hal itu. Sejujurnya aku mengatakannya tanpa sadar karena terbawa suasana. "Baiklah... Aku akan menurutimu. Max... Kau sangat tampan..."

"Lalu?"

"Kau sangat baik dan pintar memasak..."

"Katakan dengan lebih lembut."

Aku tidak mampu lagi menunggu dan akhirnya aku mencekam kerah baju Max. "Kau seperti malaikat dalam hidupku..."

Max pun memberikan kunci mobil. "Lepaskan... Kau berhasil." Setelah melihat kepergian Shella, Max tersenyum dan menutup wajahnya. "Wanita itu... Berbahaya."

Di Kediaman Gael

Suara bel berbunyi yang menjadi pertanda jika seseorang yang ia tunggu telah tiba. Gael membuka pintu dan tersenyum puas melihat kedatangan Shella. Di rumah Gael ada dua pintu yang dapat terakses, yang pertama pintu utama dengan sekat pagar dan pintu kedua berada di samping rumahnya.

"Kau cukup lama Shella..." Gael yang mengenakan jaket tebal memeluk tangan Shella dan membawanya masuk.

"Sejak kapan kau sakit?" Aku duduk di sofa dan memeriksa kening Gael dengan punggung tanganku.

"Tadi malam..."

"Apa kau jatuh sakit saat mengunjungi ku?"

"Iya..."

Aku mengeluarkan popcorn yang diminta Gael dan beberapa makanan lainnya.

Gael menatap makanan yang di bawa Shella. "Bukankah ini tidak wajar? Kenapa membawa makanan sebanyak ini? Apa kau tahu jika orang sakit tidak nafsu menyantap makanan sebanyak ini?"

Aku tidak peduli dengan penolakan Gael dan menghidangkan makanan berkuah panas di hadapannya. "Aku tidak percaya..." Aku meniup sup dan mengarahkan sendok tersebut ke arah Gael. "Cobalah ini bisa meringankan rasa sakit mu."

Gael menutup rapat mulutnya. "Apa itu? Kenapa hanya kuahnya?"

"Gael... Aku tidak punya banyak waktu untuk disini, jadi makanlah sebelum aku pergi."

Gael akhirnya menerima suapan dari Shella. "Kau tidak menginap?"

"Kau tidak melihatnya? Mobil siapa yang aku bawa barusan?"

Gael menggeleng. "Siapa?"

"Max, itu mobil miliknya."

"Dimana mobilmu?"

"Di kantor." Aku kembali menyuapi Gael. "Tiba-tiba saja ada hal mendadak yang membuat ku harus pulang lebih awal."

"Ah... Aku pikir terjadi sesuatu. Syukurlah..."

Aku tidak ingin menceritakan kejadian hari dengan Gael supaya dia tidak khawatir.

"Shella... Menginap lah disini... Ada yang perlu aku katakan."

"Katakanlah..."

"Tapi berjanjilah jika kau akan menginap?"

Aku berpikir sejenak. Aku merasa khawatir dengan kondisi Gael tetapi bagaimana dengan Max? Bisa saja pria itu marah besar padaku jika aku tidak mengantarkan mobilnya?

"Shella..."

"Baiklah... Aku akan menginap dan berbicara dengan Max nanti." Itulah keputusan ku. Entah Max marah atau tidak tetap saja aku tidak bisa membiarkan Gael sendiri disini.

Di Apartemen

Max menunggu kedatangan Shella di ruangan tamu, namun sepertinya wanita itu berbohong padanya. Ketika Max ingin bangkit dari duduknya tiba-tiba handphonenya berdering. "Siapa?" Ia pun mengangkat telepon tersebut.

"Halo Max? Ini aku Shella... Max maaf sepertinya aku harus bermalam disini."

"Darimana kau mendapatkan nomor telepon ku?"

"Di mobil. Aku mendapat catatan nomor mu di sana. Kau tidak keberatan bukan jika aku meminjam mobil mu sementara?"

"Kau bukan meminjamkannya tetapi mencurinya Shella. Jika pagi hari nanti mobilku tidak ada di Apartemen, aku akan mengunci Apartemen dan membuang mobilmu."

Bibir ku tertarik mendengarnya. "Kau berlebihan. Aku akan pulang sebelum kau terbangun Max!" Aku pun mematikan panggilan.

Gael tertawa. "Jika di lihat-lihat kalian semakin akrab bukan?"

"Tidak!"

"Kau berbohong Shella!"

"Tidak..." Aku mencoba menyangkal perkataan Gael tetapi Gael justru menggodaku.

Max hanya bisa pasrah mendapati kenyataan. Ia pun beranjak pergi ke kamarnya karena hari semakin malam, tiba-tiba bunyi bel justru membawanya ke pintu. "Siapa lagi?"

Max membuka pintu tanpa ragu dan saat pintu terbuka seseorang yang pernah ia lihat sebelumnya hadir sebagai tamu. Bibirnya menyunggingkan senyum remeh. "Siapa ini? Apa kau tidak salah menekan bel Apartemen?" ucap Max pada pria yang dikenalnya dengan nama Alex tersebut.

Alex berusaha bersikap tenang dan mencoba tersenyum. "Di mana Shella?"

"Ada perlu apa kau mencari istri ku?" Max sengaja menekan kata istri untuk menggoda Alex.

"Aku tidak memiliki urusan denganmu Max. Jadi katakan di mana Shella?"

"Kau ingin tahu? Dia berada di kamar tentunya. Tertidur pulas tanpa sehelai benangpun... Kau tahu bukan? Kami pasangan-"

Alex mencekam kerah Max karena tersulut emosi. "Jaga perkataanmu bajin*** sialan!"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • ONE DAY IN MY LIFE    Bab 70 Kebahagiaan

    Pertemuan yang tidak terduga itu membawa Alex berkahir duduk bersama mereka yang mengelilingi Allen."Jadi dia Shema?" Melihat Shema yang ternyata anak dari Shella dan Max membuat Alex senang. Ia bahkan tidak dapat mengalihkan pandangannya darinya.Max tersenyum, walaupun ia sedikit kesal karena beberapa hal tentang Alex di masa lalu. "Dia sangat mirip denganku bukan?" Wajah Max begitu ceria saat menayangkannya, namun Alex hanya menatap datar padanya. "Menurutku... Tidak! Shema benar-benar sangat mirip dengan Shella!" jawab Alex menyunggingkan senyumnya pada Shella."Tidak! Shema cucuku sangat mirip dengan diriku, benarkan cucu ku?" Tidak mau di bandingkan, Thomas akhirnya memilih jalan yang mungkin terdengar tidak masuk akal ini.Wajah Alex mengungkapkan semuanya dan aku hanya tersenyum seraya menangapi perkataan ayah."Apakah kau memiliki perlu Alex sehingga datang ketempat Gael?" tanyaku yang sejak tadi ingin mengatakannya.Wajah Alex seperti akan terbakar karena rasa malu, bagaim

  • ONE DAY IN MY LIFE    Bab 69 Kembali Pulang

    Veny, Oky dan Jordi akhirnya masuk ke rumah tua tempat peristirahatan terakhir Elisa, di tempat ini juga Elisa dimakamkan. Veny pun memulai acara pemakaman.Beberapa menit kemudian pemakaman akhirnya telah selesai, seperti kebiasaan mereka Veny selalu tinggal dan Oky, Jordi pergi lebih dahulu.Sebuah kotak yang berukuran cukup besar itu akhirnya Veny buka, terlihatlah dua cangkir yang malam itu ia dan Elisa gunakan.Dengan perasaan yang berat Veny menyusun cangkir tersebut di atas meja lalu menuangkan teh yang ia telah siapkan sebelumnya."Selamat minum..." Veny menikmati teh tersebut dengan berat hati, lalu kembali menaruhnya kala tehnya telah habis.Ingatan Veny kembali ke beberapa bulan yang lalu saat Elisa masih berada di sampingnya. "Kau merasa senang? Bagaimana rasanya hidup disana? Aku juga ingin pergi dan merasakannya!" Akhirnya airmata mata Veny mengalir.Dadanya sesak dan terasa begitu sempit, ia sangat tidak menginginkan semuanya terjadi seper

  • ONE DAY IN MY LIFE    Bab 68 Surat Untuk Shella

    Thomas menikmati makan malam bersama dengan keluarganya, yang kini bertambah satu orang. Sejak tadi Thomas melihat Max yang begitu perhatian terhadap Shella kebersamaan keduanya membuat ia teringat seseorang yang kini telah pergi.Untuk pertama kalinya setelah sekian lama Viano dapat duduk kembali di meja makan yang begitu sepi kehangatan ini. Thomas mencoba membuang pikirannya sejenak dan menatap Viano, ia lupa menanyakan keadaan Martin dan Daniel padanya. "Viano? Bagaimana dengan Martin dan Daniel?" "Mereka telah di sana, aku akan bertanggung jawab hingga mereka akhirnya menyadari perbuatan mereka, tetapi butuh waktu yang cukup lama untuk itu!" jelas Viano.Tentu pembicaraan keduanya dapat kudengar dengan jelas. Mendengar nama Martin kembali di sebutkan sebuah ingatan di hari itu muncul di benakku.Max pun mendengar apa yang dikatakan ayahnya dan Viano, hanya saja ia merasa sedih melihat Shella yang tiba-tiba berekspresi tegang. Ia pun memandang ayah dan

  • ONE DAY IN MY LIFE    Bab 67 Hukuman Untuk Daniel dan Martin

    Wajah Martin kala ini sungguh jauh dari kata baik begitupun dengan Daniel. Akibat perkelahian yang mereka lakukan.Daniel lebih dulu bangkit untuk duduk, senyumnya mengembang kala melihat Martin. "Akhirnya aku dapat memukulmu!" "Sial! Kau pikir siapa yang lebih parah di antara kita?" Martin bangkit dan berdiri. "Ayo kita buat rencana, pasti saat ini Thomas telah sembuh dan berniat mencari kita. Jika kita tertangkap maka aku pastikan dia akan benar-benar memasukkan kita ke penjara."Cara jalan Martin yang begitu berat membuat Daniel kembali tersenyum. "Setidaknya aku berhasil membalaskan pukulan hari itu!"Tibalah saatnya dimana Thomas akan membawa kedua adiknya tersebut kembali, terlebih Viano telah mengetahui keberadaan mereka.Kedua bola mata Thomas melirik kearah Viano yang tengah berdiri di sampingnya. "Siapkan semuanya! Kali ini kita akan menangkap Martin dan Daniel."Viano memahami perasaan Thomas, ia bahkan dengan sengaja menceritakan beberapa ke

  • ONE DAY IN MY LIFE    Bab 66 Kecemasan Yang Terbayar

    Viano yang awalnya berada di luar area rumah sakit memutuskan untuk masuk kedalam dan menemui Max untuk menyampaikan beberapa informasi yang ia dapatkan. Sebenarnya ia tidak ingin membuang waktu lagi dan ingin segera menangkap Martin dan Daniel akan tetapi mengingat janjinya pada Max ia memutuskan untuk kembali dan memberikan kabar ini.Max yang tengah sibuk di ruangan ayahnya akhirnya berhasil keluar setelah Dokter datang lalu membius ayahnya. Ia pun keluar dan mendapati Viano duduk di kursi. Viano mendongak. "Bagaimana keadaan Thomas?""Ayah benar-benar tidak berubah sedikitpun, dia masih tetap keras kepala seperti dulu. Bagaimana denganmu? Kau tidak mengejar mereka berdua bukan?""Martin dan Daniel? Tidak! Aku telah berjanji pada seseorang untuk kembali?"Max tertawa. "Hahaha... Aku senang kau berbicara seperti ini denganku, Viano?""Benarkah? Sepertinya aku harus berbicara seperti ini sampai seterusnya?""Itu tidak buruk dan terdengar jauh lebih

  • ONE DAY IN MY LIFE    Bab 65 Kabar Buruk

    Karena Elisa penasaran dengan kota yang ia tinggali seperti apa, ia pun memutuskan untuk mengelilingi kota tersebut beberapa hari setelah kedatangannya kemari dan begitupun dengan hari ini.Elisa pergi seorang diri tanpa penjaga atau pengawas siapapun, kedua orang tuannya pun tidak mempermasalahkan hal tersebut dan membiarkan Elisa bebas. Melihat sebuah danau yang indah, Elisa mengentikan mobilnya dan turun. Angin yang menerpa wajahnya dan cuaca yang cerah membuat suasana terlihat indah. Begitupun dengan pemandangan danau dan beberapa keluarga yang berujung untuk menikmati waktu santai bersama dengan keluarga mereka."Tidak buruk jika aku pergi kemari bersama Ayah dan Ibu." Elisa duduk untuk menikmati keindahan seperti orang-orang.Beberapa menit kemudian setelah menikmati momen tenang tersebut, ia memutuskan untuk pergi namun tiba-tiba seseorang duduk disampingnya. Dari penampilannya yang serba tertutup tentunya ia tidak mengenali siapa orang itu."Lama ti

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status