Home / Rumah Tangga / ONE DAY IN MY LIFE / Bab 15 Berhasil Lolos

Share

Bab 15 Berhasil Lolos

Author: Idry2ni
last update Last Updated: 2024-06-16 22:00:50

Aku mencoba percaya dengan perkataan Max dan mulai berganti kostum badut dengannya. Saat kostum badut itu ku kenakan ternyata ruang didalam kostum itu sangat luas untuk ku.

Max kemudian menarik kepala badut maskot kelinci yang ia taruh di bawah dan mulai memasangkan di kepala Shella. "Ingat perkataan ku, tugasmu hanyalah berdiam diri di sini, jika seseorang datang tetaplah diam. Kau mengerti?"

Aku menjawab perkataan Max dengan anggukan kepala.

"Aku akan pergi sekarang, jaga dirimu." Max perlahan-lahan keluar dari gang dan tersungkur secara sengaja ketika mendekati kerumunan. Ia tidak menciptakan kecurigaan dari orang-orang sekitar. Tiba-tiba benda tumpul mengarah ke kepala Max, beruntung ia mampu menghindarinya.

"Lawan aku bede*** sialan," ucap pria itu seraya mengayunkan kembali tongkat bisbol ke arah pria di depannya.

Max berusaha keras menghindar dan terus menghindar hingga seseorang membantunya untuk berdiri.

"Jangan ragu untuk memukul para parasit itu kawan..." ucap seseorang dengan mengulurkan tangannya.

Max menerima uluran tangan pria itu dan berdiri tegak. Ia memperhatikan kondisi sekitar. Apa ia bisa keluar dari situasi ini? Karena kekacauan ini cukup mengerikan. Saat ia tengah berpikir seseorang tanpa sengaja bertabrakan dengan punggungnya.

"Keluarkan saja emosi yang selama ini terpendam dengan begitu berkelahi bukan hal yang sulit... Majulah!"

Max mendapat dorongan karena perkataan pria tersebut. Ia pun mencoba menggali emosi yang sangat ingin ia lupakan selama bertahun-tahun. Kedua tangannya seketika mengepal kuat ketika seseorang yang dibenci hadir dalam bayangan nya. "Paman... Aku sangat membenci kalian!!" Max mengikuti nalurinya dan maju tanpa takut.

Beberapa menit berlalu dan aku masih dapat mendengar suara-suara ricuh yang tidak kunjung selesai. Belum lagi di dalam kostum badut ini ternyata begitu panas. Apa aku melepasnya saja? Tidak! Aku tidak bisa melepasnya jika Max tidak menyuruhku. Seandainya aku benar-benar melepasnya kemungkinan aku bisa ketahuan oleh orang-orang di luar dan mereka akan melakukan hal buruk padaku.

"Mengerikan sekali... Tapi sampai kapan aku harus menunggu?"

Di Kantor

Alex tidak bisa berpikir jernih, ketika ia tiba di kantor tanpa mendapati Shella disana. Ia tidak tahu apa yang terjadi dengan Shella hingga wanita itu tak kunjung kembali. Mungkinkah hal buruk menimpanya? "Shella... Semoga pemikiran buruk ku tentangmu salah. Cepatlah kembali!"

Kedua tangan Max sekejap terasa mati rasa. Ia tidak menyangka dalam bertahun-tahun hidupnya untuk pertama kalinya ia berhasil menumbangkan seseorang sebanyak ini. Ia hanya mampu terdiam sembari menatapi orang-orang yang tersungkur dengan berbagai luka.

"Wah... Kau hebat juga. Tapi... Siapa kau?" Perkataan pria tersebut berhasil membuat semua orang yang berada disana menatap Max.

Max diterpa kebingungan, ia tidak tahu harus berkata apa untuk membela diri. "Aku... Aku..."

"Kau orang yang terjebak di gang bukan?"

Max seketika mendongak dengan perkataan pria bertato di ujung yang tengah berjalan ke arahnya.

Pria bertato tersebut menatap wajah yang baru pertama kali ia lihat. "Terimakasih telah membantu kami... Kalian... Bawa para bede*** yang jatuh itu!" Pria bertato itu melalui pria yang membantu, mereka begitu saja. "Pergilah sebelum tempat ini dipenuhi seseorang seperti kami..."

Mendengar perkataan pria bertato itu Max berlari keluar dengan cepat. Beruntung ia bisa selamat jika tidak maka... Shella? Max melupakan Shella yang berada di gang itu. Akhirnya ia kembali dan menunggu sampai para pria itu pergi dari gang.

Mataku terasa berair karena mencoba menahan tangis dari balik kostum badut tersebut. Tadinya aku mendengar suara ricuh di luar semakin menjadi, tetapi kini suara itu tidak lagi terdengar yang mungkin berarti mereka telah usai berkelahi bukan? Aku sangat ingin keluar dari tempat ini namun Max tidak kunjung datang menjemput.

"Dia sudah berjanji bukan? Kenapa dia tidak kunjung datang. Atau mungkin? Dia benar-benar meninggal ku?" Pemikiran buruk ku tentang Max kian menjadi hingga aku mendengar suara seseorang datang ke arahku. Awalnya aku merasa senang, namun seketika aku menjadi takut karena suara itu terdengar seperti bukan milik Max.

"Ternyata Pria itu cukup hebat juga."

"Benar... Aku sedikit meragukan kemampuannya diawal karena dia terlihat seperti seorang pengecut."

"Bukankah wajar, dia terlihat seperti itu awalnya karena dia hanya berniat membantu kita."

"Hahaha... Benar-Oh apa ini? Badut!" ucap pria itu yang tidak menyangka akan melihat badut di gang seperti ini.

"Milik siapa ini?"

"Bagaimana jika kita bawa? Mungkin ini bisa menjadi mainan kita disana? Walaupun kepala dan kostum badut yang ini sedikit berbeda dari biasanya."

"Terserahlah."

Saat pria itu ingin menarik badut tersebut tiba-tiba suara seseorang menghentikannya.

"Jangan... Tolong jangan..." Max akhirnya tiba di tempat Shella berada, ia berada di ambang rasa bersalah dan bersyukur karena jika ia terlambat sedikit saja, mungkin para pria itu akan mengetahui jika di dalam badut itu ada seorang wanita.

"Kau? Apa yang kau lakukan disini?" Pria itu terkejut begitupun dengan temannya karena mendapati pria yang tadinya membantu mereka berkelahi, kembali kesini.

Max melindungi kostum badut tersebut di belakangnya. "Ini milik ku," ucap Max.

"Benarkah? Tadinya kami berniat untuk mengambilnya."

"Aku lupa membawanya jadi aku kembali."

"Baiklah kalau seperti itu, jami akan pergi."

"Tentu." Max kemudian berbalik ke arah kostum badut itu dan mencoba mengangkatnya seraya berbisik pelan. "Diam dan jangan bergerak..."

Kedua pria itu akhirnya keluar dari gang dan pergi. Mereka tidak menyangka akan melalui hari yang panjang hari ini.

"Baru pertama kalinya aku melihat kostum badut berdiri. Aku pikir kostum badut seperti kostum pada umumnya ternyata tidak?"

Pria pertama tiba-tiba berhenti dan menoleh ke arah temannya. "Benar... Aku juga pertama kalinya melihat kostum badut seperti itu... Mungkin saja itu patung manekin yang di beri kostum badut?"

"Hahaha... Aku rasa Pria itu sedikit spesial."

"Hahaha..."

Di perjalanan, Max terus berjalan dengan mengendong Shella perlahan agar tidak membuatnya bergerak. Ketika sampai di depan supermarket, Max masuk dan memindahkan Shella ke ujung, lalu membuka maskot kepala kelinci tersebut dan mendapati Shella tengah memasang wajah muram.

"Kenapa kau menatapku seperti itu?"

"Kau meninggalkan ku bukan?"

"Ti... Tidak... Aku tidak meninggalkanmu..."

Aku terus menatapinya tanpa teralihkan sedikitpun. "Kau berbohong!"

"Iya... Aku memang sempat meninggalkanmu, tetapi aku kembali lagi Shella?"

"Dasar menyebalkan..." Aku menghapus airmata ku yang tiba-tiba keluar dengan tangan dan pergi.

"Tunggu Shella kau akan terus memakai kostum badut itu?" Max mengambil kepala badut maskot kelinci nya dan mengejar Shella. "Hei... Tunggu!"

Di Gang, pakaian serba hitam membuat Elisa terlihat seperti seorang yang misterius. Ia sejak pagi tadi mengikuti Max hingga akhirnya Max terjebak dengan Shella di gang ini.

"Dasar Wanita jal***!" Elisa terus mencari sesuatu di sekitar gang tempat Max dan Shella bersembunyi. Mungkin saja sesuatu terjatuh disini.

Kedua mata Elisa berbinar setelah tahu sebuah anting perak terjatuh, ia pun mengambil anting itu dan tersenyum. "Anting? Shella! Aku akan memberikanmu pelajaran karena telah membuat Max menjalani pernikahan kontrak ini dengan mu... Tunggu saja saatnya giliran mu tiba."

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • ONE DAY IN MY LIFE    Bab 70 Kebahagiaan

    Pertemuan yang tidak terduga itu membawa Alex berkahir duduk bersama mereka yang mengelilingi Allen."Jadi dia Shema?" Melihat Shema yang ternyata anak dari Shella dan Max membuat Alex senang. Ia bahkan tidak dapat mengalihkan pandangannya darinya.Max tersenyum, walaupun ia sedikit kesal karena beberapa hal tentang Alex di masa lalu. "Dia sangat mirip denganku bukan?" Wajah Max begitu ceria saat menayangkannya, namun Alex hanya menatap datar padanya. "Menurutku... Tidak! Shema benar-benar sangat mirip dengan Shella!" jawab Alex menyunggingkan senyumnya pada Shella."Tidak! Shema cucuku sangat mirip dengan diriku, benarkan cucu ku?" Tidak mau di bandingkan, Thomas akhirnya memilih jalan yang mungkin terdengar tidak masuk akal ini.Wajah Alex mengungkapkan semuanya dan aku hanya tersenyum seraya menangapi perkataan ayah."Apakah kau memiliki perlu Alex sehingga datang ketempat Gael?" tanyaku yang sejak tadi ingin mengatakannya.Wajah Alex seperti akan terbakar karena rasa malu, bagaim

  • ONE DAY IN MY LIFE    Bab 69 Kembali Pulang

    Veny, Oky dan Jordi akhirnya masuk ke rumah tua tempat peristirahatan terakhir Elisa, di tempat ini juga Elisa dimakamkan. Veny pun memulai acara pemakaman.Beberapa menit kemudian pemakaman akhirnya telah selesai, seperti kebiasaan mereka Veny selalu tinggal dan Oky, Jordi pergi lebih dahulu.Sebuah kotak yang berukuran cukup besar itu akhirnya Veny buka, terlihatlah dua cangkir yang malam itu ia dan Elisa gunakan.Dengan perasaan yang berat Veny menyusun cangkir tersebut di atas meja lalu menuangkan teh yang ia telah siapkan sebelumnya."Selamat minum..." Veny menikmati teh tersebut dengan berat hati, lalu kembali menaruhnya kala tehnya telah habis.Ingatan Veny kembali ke beberapa bulan yang lalu saat Elisa masih berada di sampingnya. "Kau merasa senang? Bagaimana rasanya hidup disana? Aku juga ingin pergi dan merasakannya!" Akhirnya airmata mata Veny mengalir.Dadanya sesak dan terasa begitu sempit, ia sangat tidak menginginkan semuanya terjadi seper

  • ONE DAY IN MY LIFE    Bab 68 Surat Untuk Shella

    Thomas menikmati makan malam bersama dengan keluarganya, yang kini bertambah satu orang. Sejak tadi Thomas melihat Max yang begitu perhatian terhadap Shella kebersamaan keduanya membuat ia teringat seseorang yang kini telah pergi.Untuk pertama kalinya setelah sekian lama Viano dapat duduk kembali di meja makan yang begitu sepi kehangatan ini. Thomas mencoba membuang pikirannya sejenak dan menatap Viano, ia lupa menanyakan keadaan Martin dan Daniel padanya. "Viano? Bagaimana dengan Martin dan Daniel?" "Mereka telah di sana, aku akan bertanggung jawab hingga mereka akhirnya menyadari perbuatan mereka, tetapi butuh waktu yang cukup lama untuk itu!" jelas Viano.Tentu pembicaraan keduanya dapat kudengar dengan jelas. Mendengar nama Martin kembali di sebutkan sebuah ingatan di hari itu muncul di benakku.Max pun mendengar apa yang dikatakan ayahnya dan Viano, hanya saja ia merasa sedih melihat Shella yang tiba-tiba berekspresi tegang. Ia pun memandang ayah dan

  • ONE DAY IN MY LIFE    Bab 67 Hukuman Untuk Daniel dan Martin

    Wajah Martin kala ini sungguh jauh dari kata baik begitupun dengan Daniel. Akibat perkelahian yang mereka lakukan.Daniel lebih dulu bangkit untuk duduk, senyumnya mengembang kala melihat Martin. "Akhirnya aku dapat memukulmu!" "Sial! Kau pikir siapa yang lebih parah di antara kita?" Martin bangkit dan berdiri. "Ayo kita buat rencana, pasti saat ini Thomas telah sembuh dan berniat mencari kita. Jika kita tertangkap maka aku pastikan dia akan benar-benar memasukkan kita ke penjara."Cara jalan Martin yang begitu berat membuat Daniel kembali tersenyum. "Setidaknya aku berhasil membalaskan pukulan hari itu!"Tibalah saatnya dimana Thomas akan membawa kedua adiknya tersebut kembali, terlebih Viano telah mengetahui keberadaan mereka.Kedua bola mata Thomas melirik kearah Viano yang tengah berdiri di sampingnya. "Siapkan semuanya! Kali ini kita akan menangkap Martin dan Daniel."Viano memahami perasaan Thomas, ia bahkan dengan sengaja menceritakan beberapa ke

  • ONE DAY IN MY LIFE    Bab 66 Kecemasan Yang Terbayar

    Viano yang awalnya berada di luar area rumah sakit memutuskan untuk masuk kedalam dan menemui Max untuk menyampaikan beberapa informasi yang ia dapatkan. Sebenarnya ia tidak ingin membuang waktu lagi dan ingin segera menangkap Martin dan Daniel akan tetapi mengingat janjinya pada Max ia memutuskan untuk kembali dan memberikan kabar ini.Max yang tengah sibuk di ruangan ayahnya akhirnya berhasil keluar setelah Dokter datang lalu membius ayahnya. Ia pun keluar dan mendapati Viano duduk di kursi. Viano mendongak. "Bagaimana keadaan Thomas?""Ayah benar-benar tidak berubah sedikitpun, dia masih tetap keras kepala seperti dulu. Bagaimana denganmu? Kau tidak mengejar mereka berdua bukan?""Martin dan Daniel? Tidak! Aku telah berjanji pada seseorang untuk kembali?"Max tertawa. "Hahaha... Aku senang kau berbicara seperti ini denganku, Viano?""Benarkah? Sepertinya aku harus berbicara seperti ini sampai seterusnya?""Itu tidak buruk dan terdengar jauh lebih

  • ONE DAY IN MY LIFE    Bab 65 Kabar Buruk

    Karena Elisa penasaran dengan kota yang ia tinggali seperti apa, ia pun memutuskan untuk mengelilingi kota tersebut beberapa hari setelah kedatangannya kemari dan begitupun dengan hari ini.Elisa pergi seorang diri tanpa penjaga atau pengawas siapapun, kedua orang tuannya pun tidak mempermasalahkan hal tersebut dan membiarkan Elisa bebas. Melihat sebuah danau yang indah, Elisa mengentikan mobilnya dan turun. Angin yang menerpa wajahnya dan cuaca yang cerah membuat suasana terlihat indah. Begitupun dengan pemandangan danau dan beberapa keluarga yang berujung untuk menikmati waktu santai bersama dengan keluarga mereka."Tidak buruk jika aku pergi kemari bersama Ayah dan Ibu." Elisa duduk untuk menikmati keindahan seperti orang-orang.Beberapa menit kemudian setelah menikmati momen tenang tersebut, ia memutuskan untuk pergi namun tiba-tiba seseorang duduk disampingnya. Dari penampilannya yang serba tertutup tentunya ia tidak mengenali siapa orang itu."Lama ti

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status