Sepanjang hari Mischa terus di rundung gelisah.
Petang sudah membentang di ufuk. Hari sudah beranjak semakin sore dan langit mulai menggelap, tapi Xander dan Suroto belum juga pulang. Mischa benar-benar khawatir, terlebih saat dia tahu bahwa Xander tak membawa ponselnya. Padahal Mischa sudah bulak-balik menghubungi lelaki itu sejak pagi tadi.
Sambil menimang ponsel milik Xander yang diambilnya di dalam kamar, Mischa terus berjalan mondar-mandir di teras rumahnya dengan tatapan yang terus tertuju ke arah jalanan.
Bahkan kakinya sampai terasa pegal karena terus menerus berdiri sejak satu jam yang lalu dirinya selesai mandi sore. Rambut yang biasanya selalu Mischa keringkan dengan hair dryer, kini dibiarkannya basah begitu saja. Pikiran Mischa terus tertuju pada satu hal, apa yang sebenarnya dilakukan Sang Ayah seharian ini terhadap Xander? Sampai-sampai Mischa kehabisan alasan untuk menjawab pertanyaan Arsen yang sejak ta
"APA? LUSA?" ucap Jarvis dengan wajah kaget luar biasa. "Secepat itu? Bagaimana mungkin aku bisa mengurus semuanya secepat itu, Bos?" teriak Jarvis lagi dengan wajah super kusut.Pasalnya, sang Bos baru saja memberinya tugas baru untuk mengurus segala keperluan surat-surat penting yang dibutuhkan Xander dan Mischa agar bisa melangsungkan pernikahan di Surabaya lusa nanti. Padahal, di kantor saja, Jarvis sudah sangat sibuk mengurus segala urusan kantor, lantas bagaimana caranya kini dia harus menyelesaikan perintah baru sang Bos.Xander memang kelewatan.Jarvis benar-benar dibuatnya kewalahan di Jakarta, lagi-lagi dengan ancaman jika Jarvis tak menyanggupinya, Xander akan memberinya sanksi berupa pemutusan hak cuti beberapa tahun ke depan. Meski itu hanya sekedar gertakan halus, namun Xander sangat tahu bagaimana kinerja Jarvis selama ini. Tak ada satu pun urusan yang tak mampu di selesaikan oleh Jarvis selama laki-laki itu
Usai menemani Arsen hingga tertidur, Mischa keluar dari kamar hanya untuk sekedar memastikan bahwa Xander sudah beristirahat.Dibukanya pintu kamar Xander pelan-pelan dan betapa terkejutnya Mischa saat lagi-lagi dirinya tak menemukan keberadaan Xander di dalam kamar itu.Mischa melongok ke kamar sebelah, yaitu kamar ke dua orang tuanya yang sedikit terbuka, saat itu dia hanya melihat keberadaan Hindun di sana. Sementara sang Ayah tak tahu dimana rimbanya. Mendadak, perasaan cemas kembali menggelayuti hati Mischa.Dan kecemasan itu kian sirna saat dia mendengar suara dua orang laki-laki yang sepertinya sedang bercakap di teras.Saat Mischa mengintipnya melalui jendela ruang tamu, dilihatnya Xander dan Suroto sedang asik bercengkrama sembari bermain catur.Melihat tawa yang menghiasi wajah Suroto saat dirinya berhasil mengalahkan Xander, Mischa benar-benar terharu. Pemandangan langka itu membuatnya tak bisa menahan titik-titik air matanya. Saking bah
Dua hari kemudian...Percayalah apa yang sudah kamu lewatkan akan membawa hikmah dan pelajaran berharga bagi kehidupanmu di masa depan.Dalam satu hari kita diberi waktu selama 24 jam untuk melakukan segala aktifitas kehidupan. Hitungan waktu itu akan terus berputar setiap detik dan menit. Bagi sebagian orang, perputaran waktu itu sangatlah berharga. Karena waktu itu tidak akan mau menunggu, tidak bisa berhenti, dan tak akan terulang. Terkadang waktu digambarkan sebagai pedang. Barang siapa yang menyia-nyiakan waktu, maka ia akan rugi.Dulu, Xander adalah salah satu manusia yang hanya mementingkan waktunya untuk mengejar karir dan kesuksesan. Meski dia tahu semua yang dikrjarnya itu tak membuat hidupnya bahagia. Tapi kini, dia tahu betul apa yang harus dia kejar untuk membuat hidupnya bahagia. Yaitu, kebersamaannya bersama Mischa dan Arsen. Sebuah cikal bakal keluarga kecil yang akan dia pimpin di
Flashback On...Satu hari sebelum akad nikah Mischa dan Xander...Bertempat di kediaman Utama keluarga Bharata Yuda, sebuah mobil mewah memasuki pintu gerbang dan bergerak menuju halaman rumah tersebut.Mobil itu terhenti.Seorang wanita berambut bondol, berpakaian serba hitam turun dari arah depan untuk membukakan pintu mobil pada sang Nyonya besar."Kita sudah sampai Nyonya," ucapnya dengan suara yang terdengar tegas.Seorang wanita paruh baya keluar dari dalam mobil dengan menyunggingkan senyum penuh arti. Lalu dia berjalan menuju pintu utama rumah tersebut.Tiga kali bel dibunyikan.Tergopoh-gopoh, seorang pelayan tua keluar untuk melihat siapa orang yang hendak bertamu."Selamat Siang, apa Nyonya Diana ada di rumah?" tanya sang tamu tak di undang."S
Acara pernikahan Xander dan Mischa memang tidak berlangsung lama namun semuanya berjalan dengan sangat lancar dan sesuai rencana.Usai ijab dan kabul terlaksana, lalu para hadirin memberikan selamat pada sang calon mempelai, acara itu selesai tanpa ada resepsi berkelanjutan.Bahkan Mischa sudah berniat mengganti kebaya pengantinnya dengan pakaian biasa ketika waktu Ashar hampir tiba.Lagi-lagi dia dibantu Aliana untuk melepas semua aksesori yang melekat di tubuhnya kala itu."Apa yang kamu rasakan Mischa?" tanya Aliana yang mendadak kepo. Dia berdiri di belakang Mischa yang duduk berhadapan dengan meja rias sambil membuka sanggul di kepala Mischa.Mischa tersipu, ditanya seperti itu pipinya langsung merona. "Menurutmu?" tanyanya balik sambil sibuk dengan kembennya."Yang pasti aku bisa melihat pancaran kebahagiaan dari wajahmu, hari ini, kamu benar-benar cantik Mischa, aku
Lagi dan lagi, semua halnya sudah diatur secara sempurna oleh Jarvis setelah Xander memintanya untuk memesankan sebuah kamar hotel kelas VVIP di sebuah hotel bintang lima yang terletak di pusat kota Surabaya. Dikarenakan urusan kantor yang tak bisa ditinggal terlalu lama, sore itu Jarvis dan Aliana pamit untuk kembali ke Jakarta. Dan Xander menjadikan alasan untuk mengantar Jarvis dan Aliana kepada ke Ibu dan Bapak mertuanya agar dirinya berkesempatan memiliki me time bersama Mischa. Untungnya Arsen tidak rewel ingin ikut. Anak itu sepertinya sangat memahami apa yang diinginkan sang Papah. Usai melaksanakan shalat Maghrib bersama, Xander dan Mischa beserta Jarvis juga Aliana mohon undur diri menuju Bandara. Hindun, Suroto dan Arsen mengantar kepergian mereka sampai di teras. Mereka pergi mengendarai mobil ma
Sepanjang perjalanan menuju hotel Xander terus tersenyum. Bayangan tubuh Mischa dengan pakaian dalam pilihannya terus berputar di kepalanya. Membuat dia semakin tidak sabar untuk cepat-cepat menuntaskan apa yang memang seharusnya dia tuntaskan. Malam ini. "Sudah, jangan cemberut terus..." goda Xander saat dirinya dan Mischa baru saja keluar dari lift hotel. Sesekali Xander melirik jahil ke arah sang istri yang terus saja memasang wajah masam. Bahkan saat tangan Xander hendak merangkulnya, Mischa langsung menghindar. Mischa masih belum terima atas pemaksaan yang dilakukan Xander terhadapnya di dalam kamar pas tadi. Bahkan saat tubuh Mischa sudah hampir naked dihadapan Xander, laki-laki itu justru menggodanya dengan sebuah siulan dan lebih gilanya lagi, Xander juga melarang Mischa untuk melepas pakaian dalam itu, bahkan dengan santainya Xander memunguti pakaian dalam Misc
Mischa berbaring dipelukan Xander.Tubuh mereka masih sama-sama polos berbalut selimut tebal. Efek perih itu masih terasa di kedua pangkal pahanya setelah bertubi-tubi dirinya dihujani kenikmatan oleh Xander. Untuk itulah dia sengaja merapatkan kedua kakinya. Sementara kedua tangannya melingkar di atas dada Xander, sesekali memilin gemas lingkaran puting Xander yang berukuran mini. Wajah manisnya terus memulas senyum. Tatapannya tak sama sekali beralih dari wajah Xander yang tampak lelah."Sudah hampir pagi, kamu tidak tidur Mischa? Sampai kapan kamu akan memperhatikan aku terus seperti itu?" ucap Xander dengan kedua matanya yang sudah terpejam meski dia tidak tidur betulan.Mischa tersenyum lebar. Ditariknya wajah Xander agar menghadap ke arahnya, membuat si pemilik wajah kembali membuka mata. Hingga tatapan keduanya saling beradu satu sama lain dengan jarak yang terbilang cukup dekat.