Share

bujuk rayu Aline

Aline menatap wajah Hana, ada guratan ke khawatiran dan kesedihan di sana, Aline menggeser tubuhnya mendekat pada Hana lalu megang tangan Hana menggenggamnya erat.

"Hana, aku tau apa yang kamu takutkan, aku tau kekhawatiran mu, aku mengerti akan perasaanmu saat ini, tapi ... Kesempatan tak datang dua kali Hana." Aline mencoba berbicara pada hana meyakinkan gadis itu untuk menerima tawaran dari Bu Rosita.

"Apa kau tak memikirkan Kendra kedepannya? Kau tahu betul dia masih membutuhkan banyak biaya untuk memulihkan kondisinya, ia masih harus cek up ke rumah sakit beberapa kali, untuk memastikan Kesehatannya benar-benar pulih, dan itu membutuhkan biaya yang tidak sedikit."

Aline berusaha membujuk hana dengan kata-kata darinya, apa yang dibicarakan Aline tidaklah salah, hana memang membutuhkan biaya yang tidak sedikit untuk proses penyembuhan anaknya itu.

"hana, perusahan Devan begitu besar, banyak proyek - proyek besar yang akan di kerjakan, terlebih lagi melihat kemampuanmu dalam bidang arsitektur, aku yakin kau akan mendapatkan gaji yang lebih besar nantinya. Semua itu untuk menghidupi dan mencukupi kebutuhan kalian berdua, jangan lupa Kendra sudah waktunya untuk masuk ke sekolah dan kau memerlukan biaya untuk itu juga, apa kau tak ingin kehidupan yang lebih baik untuk mu dan anakmu itu?" Aline memandang wajah sahabatnya itu berusaha untuk meyakinkannya, hana menatap Aline, bola matanya bergerak kesana kemari,seolah ada yang sedang ia fikirkam

Aline terus saja membujuk hana agar wanita itu mau menerima pekerjaan tersebut, ia ingin sahabatnya itu tidak kesusahan lagi dan mendapatkan kehidupan yang lebih baik dari ini, Aline tak ingin hana menyia-nyiakan gelar sarjananya.

hana menarik napas dalam sepenuh dada lalu menghembuskannya, apa yang dikatakan Aline semuanya adalah benar, dirinya tak boleh egois hanya karena tak ingin bertemu dengan Devan.

hana harus memikirkan masa depan anaknya, hana pun akhirnya setuju dan menganggukkan kepalanya, Aline senang mendengar itu, Aline terseny.lebar lalu memeluk hana.

"Kau tenang saja ada aku yang selalu menemanimu disana," ujar Aline kembali.

Aline melepas pelukannya, gadis itu beralih mengambil tas, berusaha mencari sesuatu, Aline segera memberitahu nomor Rosita pada hana, dengan memberikan kartu nama milik Rosita padanya.

"hana ini nomor Ibu Rosita Lebih baik kau yang menelepon beliau dan memberitahu jika kau ingin bergabung di perusahaan, kau tenang saja Ibu Rosita itu orang yang baik, beliau akan dengan senang hati menerimamu untuk bekerja di perusahaannya."

Aline menyerahkan kartu nama milik Ibu Rosita pada hana, hana lalu menerimanya Gadis itu melihat ke arah kartu nama tersebut dan membaca yang tertulis di sana. Perasaannya masih ragu.

Mereka berbincang-bincang sebentar sebelum akhirnya Aline berpamitan untuk pulang.

"hana, hari sudah sore aku harus kembali ke rumah," Aline berbicara sambil melihat jam yang melingkar di tangannya. Gadis itu segera berdiri shana melihat ke arah Aline lalu menganggukkan kepalanya tak lupa, hana berterima kasih kepada Aline atas bantuannya selama ini Aline pun pergi meninggalkan rumah hana, hana mengantar sahabatnya itu sampai di depan pintu.

Sebelum pergi dari rumah hana, Aline mengingatkan kembali pada hana untuk segera menelepon Ibu Rosita dan memberi kabar kepadanya.

Selepas kepergian Aline, hana langsung menutup pintu itu dan berjalan kembali ke arah ruang tamu ia mendudukkan dirinya di sofa bersandar disana dan meletakkan kepalanya di sofa itu. Gadis itu menarik nafas dalam lalu menghembuskannya sana melihat kembali kartu nama yang diberikan oleh Aline padanya.

hana masih menimbang-nimbang kembali keputusannya, ia pun mengingat perkataan sahabatnya itu. Aline memang benar, hana harus memikirkan masa depannya dan juga masa depan putra kecilnya. Namun, apakah hana masih mampu bertemu dengan Devan setelah semua yang terjadi?

"Tidak, aku tidak bisa melakukan itu," gumam hana. hana memilih untuk berjuang terlebih dulu. Rasanya dia masih bisa mencoba mencari pekerjaan di perusahaan lain.

hana mengambil laptop dan menyalakannya. Dia ingin mencari lowongan pekerjaan. Setelah laptop di hadapannya menyala, hana langsung mencari iklan lowongan pekerjaan. Dia mencari daftar lowongan yang sesuai dengan latar belakang pendidikannya.

"Sepertinya yang ini bisa," gumam hana. Dia mencatat beberapa lowongan yang sekiranya sesuai.

Hari itu juga, hana mempersiapkan surat lamaran kerja serta biodata diri dan juga portofolionya. hana langsung mengirimkan melalui email kepada perusahaan-perusahaan yang ditujunya itu.

"Selesai," gumam hana disertai senyum di bibirnya. Perasaannya puas karena sudah mengirimkan surat lamaran kerja ke seluruh perusahaan itu. Slhana merasa optimis kalau salah satu dari perusahaan itu pasti akan menerimanya bekerja. Dia tak membutuhkan pekerjaan dari perusahaan milik Devan.

hana kembali mematikan laptopnya. Dia kemudian melangkah ke kamar Kendra. Dari pintu, hana sudah melihat anak kecil itu terlelap.

hana menghampiri putra kecilnya itu, membetulkan posisi selimut agar menutupi tubuh anak itu. "Ibu sayang sekali padamu, Nak," ujar hana sembari mengecup kening putra kecilnya. Anak kecil itu hanya sedikit bergerak karena terganggu oleh kecupan hana dan itu membuat hana tersenyum lebih lebar.

Setelah puas memandangi putra kecilnya, hana berjalan menuju pintu. Sekali lagi dia melirik pada anak kecil yang sudah tertidur dengan damai itu. hana mematikan lampu kemudian keluar dari kamar Kendra.

Ketika melewati rak di ruang tamu, hana menghentikan langkahnya. Dia kemudian mundur dan menatap pigura foto yang ada di atas rak tersebut. Foto itu adalah foto hana bersama almarhum suami dan juga si kecil Kendra. Saat itu, Kendra masih berusia 3 bulan.

hana tersenyum manis pada foto itu. "Sayang, sekarang Kendra sudah sembuh. Hanya tinggal menanti masa penyembuhannya saja." Perasaan hana terasa larut ketika mencurahkan segala yang telah dilewatinya berdua bersama Kendra. Putra kecil yang didapatkannya dari pernikahannya yang tak berlangsung lama itu.

Sesaat kemudian, pikirannya kembali terarah pada mencari pekerjaan. "Doakan agar aku cepat mendapatkan pekerjaan, Sayang. Agar aku bisa hidup mandiri bersama Kendra," gumam hana pelan.

Selama ini, hana memang hanya bekerja paruh waktu. Gaji dari pekerjaan itu sebenarnya sangat pas-pasan. Beruntung suaminya masih meninggalkan sedikit tabungan yang digunakan hana untuk menyelesaikan kuliahnya. Tapi sekarang, tabungan itu tentu telah kandas. Terlebih setelah Kendra sakit. hana menghabiskan semuanya demi memperoleh kesembuhan bagi Kendra.

Karena itu pulalah, hana memerlukan uang dari Devan untuk membiayai operasi Kendra yang menelan biaya.

Sekali lagi hana tersenyum manis dan membelai foto sang suami dengan jemari tangannya. "Aku mencintaimu, Sayang. Terimakasih karena telah memberikan aku kehidupan yang berbahagia dulu. Terimakasih karena meninggalkan malaikat kecil kita bersamaku," ujar hana pada foto sang suami.

Hana kemudian beranjak untuk masuk ke kamarnya. Kamar yang dulu dia tempati bersama almarhum sang suami. Setidaknya, hana bisa tidur nyenyak untuk malam ini karena Kendra sudah dinyatakan sembuh.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status