Tepat pukul enam sore sepulang Aline bekerja ia langsung pergi kerumah sakit menepati janjinya, wanita itu akan menemani sahabatnya, memberikan dukungan pada Hana.
Saat ini Aline sedang membeli makanan untuk Hana, sahabatnya itu pasti tidak akan keluar dari ruang rawat anaknya, ia tak akan meninggalkan Kendra seorang diri.Aline menarik napas panjang sepenuh dada, ia sungguh prihatin akan nasib yang di terima oleh sahabatnya itu, gadis malang itu tak memiliki siapapun di sisinya saat ini.Setelah makanan siapa Aline langsung berjalan kaki, karena ia membeli makanan tak jauh dari rumah sakit, ralat lebih tepatnya di depan rumah sakit.Ia berjalan menyusuri koridor rumah sakit itu hingga Aline sampai tepat di depan pintu, gadis itu lalu masuk setelah mengetuk pintu ruangan itu.Aline tersenyum pada sana saat ia masuk dan mendapati sahabatnya itu Tengah duduk di samping ranjang Kendra Ia pun segera mengajak sana untuk makan malam bersama.Saat mereka Tengah asik berbincang-bincang sambil menikmati makanan yang dibawa Aline dokter dan perawat datang masuk ke dalam ruangan tersebut langsung berdiri dan menghampiri dokter."Selamat malam Bu, Saya akan membawa anaknya untuk ke ruang operasi ya Bu , sebentar lagi operasi akan dilaksanakan," ujar dokter itu memberitahu kepada Shana.Terlihat jelas raut wajah Hana berubah menjadi gugup dan takut, namun wanita itu masih tersenyum dan menganggukkan kepala sebagai jawabannya.Perawat mendorong berankar yang kini ditempati oleh anak kecil itu ke arah ruang operasi, sana terus mendampingi anaknya yang memegang tangan anak kecil itu tepat setelah berada di depan pintu ruang operasi Hana pun mengajak anaknya berbicara."Sayang, kamu janji ya sama mama untuk sehat, kamu anak kuat, kamu pasti bisa melalui ini semua, kamu anak mama yang paling hebat, mama akan tunggu kamu di sini, kamu jangan khawatirkan apapun, kamu sudah janji sama mama kalau kamu akan sembuh."Hana begitu khawatir pada anaknya ia tak bisa membayangkan Bagaimana anaknya berada di dalam ruangan itu sendirian hanya bersama dengan tim dokter sejujurnya ia tak tega dan ingin menemaninya namun Ia hanya bisa menunggu Kendra di luar ruangan.Kendra tersenyuman manis di hadapan mamanya dan menganggukkan kepala, "Kendra janji ma, akan sembuh setelah ini, dan tak akanenyusahkan mama lagi."Perawat segera mendorong kembali brankar Kendra untuk masuk ke dalam ruang operasi, salah satu perawat menutup pintu ruangan tersebut.Aline merangkul Hana, Aline mengajak Hana untuk duduk di kursi tunggu yang ada di depan ruang operasi tersebut.Hana merasa gugup takut dan tak tenang, ia selalu terpikir akan Kendra yang berada di dalam ruangan itu.Anak itu berjuang seorang diri didalam sana, Hana berdiri dari tempat duduknya gadis itu lalu berjalan mondar-mandir sambil menunggu Dokter keluar dari ruangan itu.Namun sudah satu jam setelah berlangsungnya operasi, lampu yang ada di atas pintu belum juga padam semakin membuat hati Hana merasa gelisah dan takut. 'Mengapa operasinya selama ini?' ia berusaha untuk duduk kembali namun lagi-lagi karena kegelisahan yang ada didalam hatinya.Hana lalu berdiri dan berjalan kembali mendekati pintu berusaha melihat ke dalam ruangan itu, melalu kaca, Namun hasilnya sia-sia, Hana tak mampu menembus penglihatannya ke dalam ruangan tersebut.Hana berjalan sambil menyatukan kedua tangannya ia memainkan kedua tangannya dan berjalan kesana kemari, Aline yang melihat itu merasa kasihan pada sahabatnya, Aline langsung segera berdiri dan menghampiri Hana mengajaknya untuk duduk."Kita berdoa ya untuk kesembuhan Kendra," ujar Aline, wanita itu berusaha untuk menghibur sahabatnya.Hana menoleh ke arah Aline, dan menganggukkan kepalanya Hana memejamkan matanya dan berdoa demi kesembuhan Kendra."Tuhan, sembuhkan lah putraku, hanya dia satu-satu ny yang aku miliki di dunia ini, aku berjanji akan menjaganya dengan sepenuh hatiku, izinkan aku untuk mengurusnya."Aline mengusap punggung sana berusaha untuk menenangkan sahabatnya itu, tak lama lampu yang ada di atas pintu ruang operasi itu pun padam.Dokter lalu membuka pintu ruangan itu sambil membuka maskernya Hana dan Aline langsung berdiri setelah melihat dokter keluar dari ruangan tersebut lalu menghampirinya."Bagaimana keadaan anak saya dok?" Hana langsung bertanya pada dokter setelah ia berada di hadapan lelaki yang mengenakan baju berwarna hijau tua khas rumah sakit itu.Dokter menunjukkan ekspresi yang sulit sekali untuk dibaca, hingga Hana merasa sangat cemas di buatnya."Operasinya berjalan dengan lancar, kita tinggal menunggu perkembangan selanjutnya, jika Kendra mampu melewati masa kritisnya kita akan segera memindahkannya keruang rawat." Dokter tersenyum setelah mengatakannya,Hana merasa lega mendengarnya, "Terima kasih Dok," ia mengucapkannya dengan senyuman yang tersungging di wajahnya, merasa senang mendengar operasi putranya berjalan lancar.Dokter itu lalu meninggalkan mereka berdua Aline membimbing Hana untuk duduk kembali di kursi tunggu."Kau dengar sendiri kan bahwa anakmu itu kuat, dia pasti bisa melalui masa kritisnya, kita akan mengajaknya jalan-jalan setelah ia sembuh nanti," ucap Aline memberikan semangat untuk Hana.Hana tersenyum ke arah Aline, Hana langsung memeluknya, "Terima kasih Aline, kau sudah menemaniku sampai saat ini, aku berhutang banyak padamu." Aline tersenyum mendengarnya, dan mengusap punggung Shana.Sudah satu minggu setelah operasi Kendra berlangsung anak kecil itu kini sudah berada di ruangan rawat, keadaan bocah kecil itu berangsur-angsur membaik dan kini Kendra sudah dibolehkan untuk pulang ke rumahnya dokter sudah memeriksa dan memastikan keadaan Kendra dan mengizinkannya untuk kembali pulang.Aline datang ke rumah sakit lalu masuk ke dalam ruangan itu, dilihatnya Hana sedang membereskan pakaian Kendra untuk dimasukkan ke dalam koper.Hari ini adalah hari libur Aline sengaja datang ke rumah sakit untuk membantu sahabatnya membawa pulang ke Kendra ke rumah.Setelah semuanya siap Aline membantu sana untuk membawa pakaian Kendra, Mereka menuju parkiran dimana mobil Aline berada, Aline mengantarkan Hana dan anaknya pulang ke rumah kontrakan mereka.Sesampainya di rumah kontrakan itu sana Lalu membuka pintu lalu hayna membimbing anaknya untuk berjalan ke dalam kamar dan beristirahat. Setelah memastikan Kendra beristirahat Aline pun langsung keluar dan berjalan ke ruang tamu menghampiri Aline yang sedang duduk di sana.Hana berjalan ke arah dapur menyiapkan minuman untuk Aline sahabatnya Ia pun membawa dua buah cangkir minuman lalu berjalan ke arah ruang tamu. Hana meletakkan nampan berisi dua cangkir minuman itu di hadapan Aline lalu duduk di sisinya."Hana, tadi aku bertemu ibu Rosita beliau meminta portofolio milikmu, kau siapkan semua surat lamaran beserta portofolio untuk di serahkan pada perusahaan." Dnegan antusias Aline memberitahu Hana.Hana yang kala itu menyesap minumannya seketika berhenti dan menatap pada Aline,"Aline aku masih butuh waktu untuk memikirkannya," ujar Hana, gadis itu masih ragu untuk ikut bergabung di perusahaan tempat sahabatnya bekerja.Hana sungguh takut saat ini, bisa bisa nya Devan bertingkah seperti itu di depan ibunya. Jangan di tanya bagaimana rasa gugup dan takutnya Hana saat ini. Dia terus sajaelihat ke arah Maya.Wanita itu tersenyum memejamkan matanya sambil mengangguk pelan dan tersenyum. Pertanda Jika dia sudah merestui hubungan mereka.Devan masih berlutut sambil melihat ke arah Hana Devan harap-harap cemas. Dia benar-benar takut saat ini. Dia berharap jika Hana akan menerimanya.Hana melihat ke arah Devan, kemudian melihat ke arah Aline, Maya dan juga anaknya. Mereka bertiga tersenyum ke arah Hana.Hana kembali melihat ke arah Devan dan tersenyum sambil mengangguk. “Iya, aku mau Devan. Aku mau jadi istrimu.” Hana akhirnya menerima DevanSetelah usai acara malam itu Devan mengantar Hana pulang kembali ke rumah. Berhubung waktu sudah malam Devan langsung pulang dan meminta Hana untuk beristirahat. Sedangkan Aline dan Bu Maya mereka pulang bersama-sama.
“Tentu saja aku serius, mana pernah aku berbohong padamu,” jawab Aline. “Ya sudah aku hanya ingin menyampaikan itu padamu. Aku harus pulang sekarang.” Aline kemudian langsung melajukan mobilnya, meninggalkan apartemen Hana.Devan yang merasa begitu senang, dia langsung berjalan ke arah kamarnya dan bersiap-siap ingin bertemu dengan Hana.“Aku harus pergi menemuinya dan mengajaknya makan malam.”Devan kemudian menelepon Hana dan mengutarakan niatnya dia mengajak sana untuk makan malam bersama hari ini.Tidak menunggu waktu lama kini Devan sudah terlihat rapi dan siap untuk segera pergi ke rumah Hana. Dengan perasaan yang berbunga-bunga dia keluar dari rumahnya dan melajukan mobilnya ke apartemen Hana.Setelah menerima telepon dari Devan, Hana pun bersiap-siap ingin pergi makan malam dengan lelaki itu dia juga merasa sangat senang sekali.Hana lalu meminta pada Mbak Feni untuk menjaga Kendra terlebih dahulu dan menun
Rosiana merasa bersalah pada Aline. Entah mengapa tiba-tiba saja wanita itu teringat pada Aline.“Kamu benar-benar bodoh Ravi. Apa yang kau lakukan? Kamu menghancurkan masa depanmu sendiri. Dan lihat sekarang kamu harus menikah dengannya.” Rosiana benar-benar merasa kesal dengan apa yang dilakukan oleh Ravi. Dia tidak pernah menyangka jika Ravi akan berbuat segegabah itu. Raffi yang selalu memperhitungkan segala sesuatunya entah apa yang membuatnya menjadi begitu ceroboh dan melakukan kesalahan besar.“Aline, bagaimana dengan gadis itu? Pasti dia sudah mendengar berita ini. Aku harus datang menemuinya dan minta maaf padanya. Harusnya aku mendekatkan mereka sejak dulu.” Rosiana benar-benar menyesal dia tahu akan perasaan Aline pada Ravi anaknya.Rosiana langsung keluar dari ruangan Ravi dan berjalan ke arah ruangan kantor Aline. Dia akan menemui gadis itu sekarang. Rosiana tahu pasti kabar Ini sudah terdengar di telinganya. Paling pasti merasa sedih mendengar berita ini Rosiana berniat
Pagi ini Aline berangkat ke kantor tidak seperti biasanya suasana kantor kali ini sedikit berbeda. Sebagian besar karyawan tengah bergunjing. Aline hanya mengerutkan keningnya sambil melihat ke sisi kanan dan ke kiri sepanjang dia berjalan memasuki lobby kantor.“Ada apa dengan mereka. Kenapa semua orang bergunjing pagi-pagi. Seperti nggak ada kerjaan aja.” Aline berusaha mengabaikan suasana kantor pagi ini dia kemudian langsung masuk ke dalam lift.Aline naik ke lantai 5 tempat kantornya berada. Saat berjalan melewati koridor lagi-lagi setiap karyawan sedang bergosip.Aline hanya berjalan sambil melihat ke arah mereka. Dia kemudian masuk ke dalam kantornya, dan di dalam sana pun semakin gencar semua orang tengah berbisik-bisik.“Sebenarnya apa yang sedang mereka bicarakan. Sepertinya topik saat ini begitu menarik hingga seisi kantor membicarakannya.”Jujur saja Aline merasa penasaran Bagaimana bisa dari lantai 1 hingga lantai 5 semua karyawan berbisik dan sibuk bergosip. Bahkan merek
Maya terdiam dia tidak bisa berkata apa-apa lagi. Maya benar-benar syok dengan kabar yang dia terima. Kakinya terasa lemas wanita paruh baya itu langsung terduduk di kursi. Sungguh Maya tidak menyangka jika Diva sampai hamil seperti ini.Setelah menyampaikan kabar dokter langsung masuk kembali, meninggalkan keluarga Diva.Kedua orang tua Diva yang juga syok mendengar kabar itu mereka langsung duduk dan melihat ke arah Maya.“Bagaimana ini mungkin?” Tanya Maya dia melihat dan menatap tajam ke arah kedua orang tua Diva. “Dengan siapa Diva hamil, anak siapa yang dia kandung?” Maya begitu menuntut dia tidak memberikan celah pada kedua orang tua Diva.Orang tua Diva sendiri juga tidak tahu jika anaknya hamil Mereka sendiri juga terkejut mendengar penuturan dokter.“Kami tidak tahu Bu anak kami itu anak baik-baik, itu pasti anak Devan. Kami tidak pernah melihat anak kami dekat dengan satu lelaki pun yang kami tahu satu-satunya lelaki yang
Akhir-akhir ini hubungan Hana dan Devan semakin dekat, mereka sering pergi makan siang bersama. Devan selalu meluangkan waktunya untuk Hana bahkan di hari libur Devan sengaja datang ke rumah Hana dan bermain dengan Kendra.Kali ini Devan benar-benar melakukan apa yang ingin dia lakukan mendekati sana dan menarik simpatinya. Berharap bisa meluluhkan hati wanita itu. Tidak hanya dengan Hana Devan pun mempererat hubungannya dengan Kendra. Devan sudah menganggap Kendra seperti anaknya sendiri. Dia menyayangi anak itu tulus walaupun Kendra bukan darah dagingnya.Tidak hanya itu Devan juga memberi proyek untuk membangun gedung kantor baru yang akan didirikan oleh Devan pada Hana.“Hana tolong bantu aku. Aku ingin kamu menangani proyek, membangun gedung kantor yang akan aku dirikan sebagai perusahaanku nanti.“Kamu ingin mendirikan perusahaan sendiri Devan?” Tanyanya dia begitu senang mendengar kabar yang diberitahukan padanya. Devan hanya menga
Diva langsung ketempat Devan saat sudah mengetahui alamatnya. Dia pergi kesana berusaha untuk mendekati lelaki itu seperti yang di perintahkan oleh Maya. Diva berpakaian seksi berharap Devan bisa terpikat dengannya.“Aku yakin dengan begini dia akan tertarik padaku,” ujarnya dengan penuh percaya diri. Diva lalu turun dari dalam mobilnya dia berjalan ke arah pintu dan membunyikan bel rumah Devan.Devan yang saat itu tengah bersiap hendak keluar mengerutkan kedua kuningnya dia merasa bingung siapa yang datang bertamu ke rumahnya. Tidak ada yang tahu alamat rumahnya kecuali Ravi dan juga ibunya bahkan sampai sekarang Devan tidak memberitahu siapapun dan hanya keluarganya dan orang-orang terdekatnya yang tahu.Dia kan kemudian berjalan ke arah pintu dan membuka pintu itu dia terkejut melihat Diva yang sudah berada di depan pintu sambil tersenyum kepadanya.“Diva?”“Hay, Dev,” Sapa Diva perempuan itu menyiapkan Devan dengan senyum y
Dari arah belakang sedari tadi Ravi mengikutinya ternyata lelaki itu menguntit. Membuntuti mereka. Bahkan dari Devan dan Aline keluar dari kantor. Ravi terus mengikuti mereka. Ravi melihat Devan mengemudikan mobilnya ke arah sekolahan Kendra. Lalu ke arah kantor baru Hana. Tak hanya itu Ravi pun mengikuti mereka hingga sampai ke restoran tempat di mana mereka saat ini sedang makan siang.“Ternyata Devan pergi makan bareng Aline, Hana dan juga Kendra,” gumamnya dalam mobil sambil terus memperhatikan mereka dari jarak jauh. Ravi kemudian mencari ponselnya membuka layar itu dan menekan kamera dia akan foto mereka sebagai bukti.“Ini akan menjadi bukti, aku akan menyerahkan ini pada Tante Maya.” Ravi mau foto mereka dari dalam mobil. Dia mengambil beberapa foto untuk diberikan pada Maya.Ravi kemudian melihat hasil jepretannya dia terus berpikir sendiri di atas mobilnya. “Apa yang harus aku lakukan dengan ini. Apa yang harus aku katakan pada Tante Maya
Ravi terus melihat ke arah Devan. Dia tidak menemukan apapun disana, raut wajah Devan mengatakan yang sebenarnya. “Selamat menikmati.” Ravi hanya berkata seperti itu pada Devan namun dalam hati dia meragukannya. “Apa mungkin Devan punya rencana khusus saat ini?” Mendengar ucapan Ravi. Devan dan Aline langsung pergi meninggalkannya. Ravi masih terus melihat kepergian Devan. “Rasanya tidak mungkin Jika dia begitu senang saat keluar dan menyerahkan posisinya seperti itu pasti ada sesuatu.” Ravi terus berpikir jika Devan memiliki sesuatu yang mungkin sedang direncanakan bersama Aline. “Aku harus mengikutinya.” Ravi pun berniat untuk mengikuti mereka. Devan dan Aline sekarang keluar dari kantor mereka menggunakan mobil Devan. Saat di mobil Devan melihat ke arah Aline. “Aline, coba kamu telepon Hana. Bilang padanya jika kita sudah berada di jalan untuk menjemputnya makan siang.” Karena Devan yang saat ini seda