Home / Romansa / OTW Janda! / 4. Pesan dari 'E'

Share

4. Pesan dari 'E'

Author: Nadia Styn
last update Huling Na-update: 2025-09-28 19:54:01

“Kau sudah pulang, Sayang?” sapa Chris.

Emma hanya mengangguk pelan pada suaminya yang baru muncul dari kamar itu.

Karena entah mengapa perasaannya mendadak tidak enak dan sedikit curiga, ia mendorong Chris ke samping supaya Chris menyingkir dari depan pintu kamar tidur mereka, sehingga ia bisa membuka pintu kamar tersebut.

Ia melempar pandangan ke seluruh penjuru kamar, melihat-lihat apakah ada sesuatu yang aneh dan tak biasa di sana.

Tapi tidak ada apa-apa. Kamar tidur mereka sangat rapi. Kasur pun juga rapi sekali seperti tadi pagi. Membuat Emma berspekulasi kalau Chris baru pulang juga dan belum menyentuh kasur sama sekali.

Chris kemudian menyusul masuk ke kamar. Pria yang sudah menikah selama sekitar dua tahun dengan Emma itu bertanya, “Ada apa? Kenapa kau buru-buru masuk ke kamar?”

Beberapa minggu belakangan, Emma merasa kalau sikap Chris memang berbeda. Termasuk soal jadwal pulang kerja Chris yang sangat tak biasa, hampir tiap hari selalu terlambat sampai tengah malam, hingga ia sempat berpikir kalau jangan-jangan Chris pulang terlambat karena mampir ke rumah wanita lain, bukan karena mengurus pekerjaan di kantor.

Namun sampai saat ini, itu masih spekulasi dan kekhawatiran saja. Emma berusaha berpikiran positif kalau ia hanya terlalu sensitif karena sedang hamil, sehingga berpikiran macam-macam. Lagi pula, kalaupun memang ada sesuatu yang Chris lakukan di belakangnya, ia tidak sempat mencari tahu karena dirinya juga tak kalah sibuk di rumah sakit.

Meski perasaannya tetap diselimuti kecurigaan yang berdasar pada kedatangan Evelyn, Emma memilih untuk menyimpan kecurigaannya dan tersenyum simpul pada Chris.

“Tidak,” jawab Emma. “Aku buru-buru karena ingin buang air. Tolong pegang.”

Emma beralasan seraya menyodorkan tasnya kepada Chris. Setelah itu, ia langsung bergegas ke kamar mandi yang ada di dalam kamar tidur mereka.

Emma mencoba menganggap kecurigaan yang ia rasakan malam ini sebagai angin lalu saja. Ia sedang hamil hampir tujuh bulan. Ia tidak ingin membebani pikirannya dengan hal-hal berat yang dapat membuatnya stres dan tertekan.

Hanya saja, keesokan harinya, ia malah seperti disodorkan oleh bahan untuk curiga lagi. Di pagi hari ketika ia sudah selesai mandi sekaligus bersiap-siap dan ingin menemui Chris yang sedang menyiapkan sarapan di dapur, ia mendengar ada bunyi getar dari ponsel Chris yang tergeletak di atas nakas.

Emma mengambil ponsel Chris, dengan maksud ingin sekalian membawakan benda itu ke dapur dan memberikannya pada sang suami. Barangkali ada pesan atau telepon masuk yang penting terkait urusan pekerjaan, sehingga menjadi sesuatu yang sangat baik dan penuh perhatian jika ia segera memberitahu Chris bahwa terdapat notifikasi di ponselnya.

Namun, ketika ada satu lagi notifikasi pesan masuk dan Emma tak sengaja melihat notifikasi tersebut ketika sedang melirik layar ponsel Chris, langkah Emma langsung terhenti di dekat pintu kamar yang setengah terbuka.

Pesan itu berasal dari kontak yang hanya dinamai dengan satu huruf saja oleh Chris. Huruf E. Tapi tak peduli soal nama kontak yang agak aneh itu, Emma hanya fokus pada isi pesannya.

E : ‘Kalau Emma lembur lagi hari ini, kabari aku.’

E : ‘Aku akan ke sana.’

Emma terdiam selama beberapa saat usai membaca pesan yang menurut pandangannya terasa agak ambigu dan aneh.

Pesan itulah yang kemudian menggerakkannya untuk membuka informasi detail tentang kontak bernama ‘E’ itu, bermaksud melihat nomor kontak tersebut, karena barangkali ia familier dengan nomornya.

Akan tetapi, sebelum ia sempat membuka informasi kontak tersebut, ia mendengar suara Chris yang memanggilnya dari dapur.

“Emma? Apa kau sudah selesai? Cepat kemari dan mari sarapan!”

Emma mematikan ponsel Chris dan segera beranjak keluar dari kamar, menyusul suaminya itu di dapur.

Saat ia sampai, Chris sedang meletakkan piring makanan di atas meja makan. Pria itu tersenyum pada Emma seraya berkata, “Aku membuat jagung rebus dan panekuk. Tempo hari kau bilang kau ingin jagung rebus, ‘kan?”

Sudah berlalu hampir satu minggu sejak Emma mengatakan pada Chris bahwa ia mengidam jagung rebus. Saking besarnya keinginan untuk makan jagung rebus, tetapi karena sudah berhari-hari menunggu Chris yang tak kunjung menuruti keinginannya, akhirnya ia membeli banyak jagung rebus sendiri dan memakannya bersama rekan-rekannya di rumah sakit dua hari yang lalu.

Namun, meski sebenarnya sudah tak bernafsu lagi makan jagung rebus, tentunya ia tetap menghargai Chris. Ia membalas senyuman Chris dengan tersenyum manis ketika suaminya itu menunjukkan beberapa potong jagung rebus yang tersaji di meja makan.

“Ayo, makan,” ajak Chris.

Emma mengangguk dan mengambil posisi duduk di salah satu kursi meja makan.

Chris sudah duduk di kursi yang berhadapan dengan Emma, tetapi tak lama kemudian, dia berdiri lagi karena katanya dia ingin membuat kopi.

Emma masih memegang ponsel Chris di tangannya. Setelah Chris pergi, ia memandangi benda itu selama beberapa saat, sebelum memutuskan untuk bangkit dari duduk dan berjalan menghampiri Chris yang sedang berdiri di meja keramik dapur tempat mesin kopi berada.

“Chris?”

“Ya? Apa kau ingin kopi juga? Kau sedang hamil, Sayang. Tidak boleh minum kopi.”

“Tidak.” Emma menggeleng. “Aku ingin bertanya padamu. Selain Evelyn, apakah kemarin ada orang lain yang datang ke rumah kita? Mungkin teman atau rekan kerjamu?”

Chris memasukkan biji kopi yang sudah dia takar ke dalam mesin, lalu menoleh ke arah Emma yang berdiri di sebelahnya selepas menutup bagian atas mesin itu. Dengan kening yang mengerut, dia justru balik bertanya, “Memangnya kenapa?”

“Hanya bertanya saja,” jawab Emma sambil tersenyum simpul. “Kemarin Evelyn tidak bilang apa-apa padaku kalau dia akan datang. Untungnya kau pulang lebih cepat kemarin, sehingga bisa bertemu dengan Evelyn.”

Chris masih mengerutkan kening. Emma sadar kalau ekspresi Chris menunjukkan bahwa Chris tidak suka mendengar pertanyaan yang ia lontarkan.

Akan tetapi, pandangan Emma terhadap Chris jadi tak pasti dan abu-abu, sebab di tengah ekspresinya yang menyuratkan ketidaksukaan, Chris justru bicara dengan cara yang tetap santai dan tenang saat dia menjawab, “Evelyn hanya mampir. Kakakmu itu katanya sedang lewat di dekat sini.”

“Ya, Evelyn juga bilang begitu padaku kemarin.”

“Ya sudah, lantas untuk apa kau tanyakan lagi padaku?” ketus Chris. “Tidak penting.”

“Aku hanya penasaran, Chris.” Emma mengangkat tangan kanannya dan menyodorkan ponsel Chris, lalu melanjutkan, “Aku melihat ada seseorang bernama ‘E’ di ponselmu yang mengirim pesan dan minta dikabari kalau aku lembur lagi hari ini. Makanya aku ingin memastikan, apakah kemarin hanya Evelyn yang datang, atau ada orang lain?”

***

Bersambung .....

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • OTW Janda!   106. Bukan Hanya Tentang Janda (END)

    (Tiga Tahun Kemudian)Televisi yang ada di dapur menyala, Emma membuat jus dan memotong buah sambil terus menonton video yang terputar di televisi itu dengan senyum yang tak henti tersungging.Televisi tidak sedang menayangkan film atau acara komedi. Tidak pula menayangkan film romantis. Melainkan menayangkan video pernikahan Andrew dan Emma.Pada bagian ia dan Andrew berdansa, senyum Emma kian melebar. Sesekali ia tertawa kecil ketika dalam video itu ia dan Andrew tiba-tiba tertawa tanpa sebab di tengah Dansa Waltz yang mereka lakukan.Sejak ia dan Andrew menikah dua tahun lebih, ia sudah menonton video pernikahan itu puluhan kali. Atau mungkin ratusan.Emma tak ingat.Tapi yang pasti, segala yang ada dalam acara pernikahan itu, mulai dari gaun pengantinnya, tuksedo Andrew, dekorasi tempat acara dilaksanakan, suasananya, ciuman pertama setelah resmi menjadi suami-istri, buket dan mawar pink yang bertaburan indah, hingga dansa pertama mereka ... semuanya tak pernah membuat Emma bosan.

  • OTW Janda!   105. Calon Istri

    “Andrew!”Andrew menoleh ke belakang dan berbalik.Senyum pria yang mengenakan kemeja abu-abu tua itu merekah hangat saat melihat Emma berlari menghampirinya. Ia langsung menyambut Emma ke dalam pelukan erat saat Emma tiba tepat di hadapannya.“Sudah kuduga, memang ada yang aneh. Dari kemarin aku tidak bisa menghubungimu sama sekali. Ternyata kau diam-diam datang ke New York, ya?” tutur Emma setengah terharu sambil memeluk Andrew erat-erat.Andrew tertawa, tangannya membelai rambut cokelat Emma yang tergerai.Aroma parfum mahal Andrew yang selalu terasa segar di hidung dan sangat menonjolkan sosok maskulinnya, makin lekat di indra penciuman Emma saat ia memeluk erat. Itu membuat Emma semakin senang. Ia rindu sekali pada aroma tubuh Andrew yang tak bisa ia hirup dari dekat begini selama dua bulan belakangan.“Kau membuatku khawatir sekali, Andrew,” keluh Emma seraya mengendurkan pelukan dan mendongak untuk menatap Andrew. “Kau tidak bisa dihubungi. Aku takut sesuatu terjadi padamu ...

  • OTW Janda!   104. West Harlem

    “Siapa Tuan Putri paling cantik di dunia?”Nancy yang sudah mulai belajar bicara, menunjuk wajah Emma sambil tersenyum lebar dan berkata, “Ma-ma ....”Emma tertawa gemas dan mencium pipi Nancy. “Itu kurang tepat, Sayang. Kaulah Tuan Putri paling cantik di dunia. Siapa nama Tuan Putri paling cantik ini?”“Nanci.”Tawa Emma makin lebar. “Nanci? Apakah kau menyebut dirimu Nanci karena ibu sering bergurau menyebutnya, lalu mengatakan bahwa sebutan itu adalah namamu yang bisa disebut dengan cara berbeda di belahan dunia lain?”Nancy tak tahu makna kalimat panjang lebar Emma, tetapi dia merespons bunyi akhir kalimat yang menyuratkan tanda tanya, sehingga dia tetap tersenyum lebar dan mengangguk seolah paham.“Nan-cy. Namamu Nancy, Sayang. Cy dibaca ‘si’ seperti dalam bahasa Spanyol. Tapi tidak apa-apa. Kau baru sebelas bulan. Kau adalah bayi paling hebat!”Selama bermain di ruang tengah bersama Nancy, Emma melirik ponselnya untuk menunggu telepon dari Andrew.Dua bulan terakhir, selama Andr

  • OTW Janda!   103. Titik Balik

    Emma sudah bersiap untuk keluar dari apartemennya. Ia akan pergi ke Gedung Pengadilan Wilayah bersama Jack pagi ini.Jack akan mengurus dokumen dan identitas kenegaraan Andrew sebelum nanti Andrew kembali ke New York.Andrew memiliki kewarganegaraan ganda selama belasan tahun terakhir, semenjak Medtronic melebarkan sayap cabang sampai ke Australia dan Andrew yang memegang tanggung jawab atas cabang tersebut. Jadi, Andrew adalah warga negara Amerika Serikat dan mendapatkan legalisasi kewarganegaraan Australia juga setelah berjalan empat tahun berbisnis di sana.Maka dari itu, Jack sebagai asisten pribadi Andrew, perlu mengurus beberapa dokumen kenegaraan Andrew yang memang harus diperbarui secara rutin, baik di Amerika Serikat maupun di Australia, sebagai bentuk registrasi legal yang juga dibutuhkan untuk keperluan perusahaan di dua negara. Apalagi Andrew akan memiliki ekspansi besar di New York.Emma meminta untuk ikut dengan Jack, sebab hari ini jam praktiknya dimulai pukul tiga sore

  • OTW Janda!   102. Profesor Maurice

    Lift sudah sampai di lantai dasar gedung utama Cornell Hill. Emma melangkah keluar dari lift sembari membenarkan posisi tas yang tersampir di bahu kanannya.Saat ini waktu menunjukkan pukul empat sore. Emma akan pulang ke apartemennya menggunakan taksi.Ia tidak mau naik mobil selagi sedang hamil lagi, bahkan meskipun kehamilannya baru berjalan tiga bulan dan belum kelihatan sama sekali. Perutnya masih datar.Tapi sebelum sempat sampai ke pintu keluar di lobi Cornell Hill, langkah Emma terhenti. Ia melihat seorang pria yang sedang duduk di salah satu kursi ruang tunggu lobi, berkutat dengan iPad.Itu Jack. Asisten pribadi Andrew.Emma berjalan menghampiri Jack, lalu setelah Jack menyadari kedatangannya dan langsung berdiri, ia berkata, “Apa yang kau lakukan di sini, Jack? Aku, ‘kan, sudah bilang, kau tidak perlu repot-repot mengikutiku terus. Sana, pergilah ke Sydney!” “Kau mengatakan kalimat yang sama pada Tuan Andrew untuk memintanya membawaku kembali ke Sydney, tapi Tuan Andrew me

  • OTW Janda!   101. Aku Mencintaimu

    Tangan mungil Nancy yang lembut terus menggenggam jari telunjuk Emma sejak setengah jam yang lalu.Ketika sadar kalau Nancy sepertinya benar-benar sudah pulas dalam tidur, pelan-pelan Emma menarik jarinya dari genggaman putrinya tersebut, lalu menjauh dari ranjang bayi Nancy, yang mana ranjang bayi itu sudah disiapkan oleh pelayan rumah Keluarga Maurice di dalam salah satu kamar tamu yang disediakan untuknya.Saat ini waktu menunjukkan pukul satu dini hari. Emma belum mengantuk sama sekali dan tidak bisa tidur. Ia berpikir mungkin berkeliling sebentar di halaman depan rumah yang sangat luas bisa membuatnya cepat lelah, lalu lebih mudah tertidur nantinya.Setelah memastikan kamera pada monitor bayi portable yang ia bawa sudah aktif dan terhubung ke ponselnya, ia keluar dari kamar. Jadi, ia tetap bisa memantau Nancy lewat ponselnya untuk mengantisipasi keadaan putrinya tersebut.Saat Emma melewati ruang keluarga, di mana di sana terdapat pohon Natal yang sangat besar dan dihias sangat i

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status