Home / Romansa / OTW Janda! / Istri yang Tidak Berharga

Share

Istri yang Tidak Berharga

Author: Nadia Styn
last update Last Updated: 2025-09-28 19:56:25

    Selain karena pertanyaan intens Emma tentang siapa yang datang kemarin, kening Chris makin mengerut begitu melihat ponselnya ada di tangan oleh Emma.

    Sudah dua tahun menikah, selama ini Emma dan Chris tidak pernah memeriksa ponsel satu sama lain tanpa izin.

Emma sangat percaya pada Chris, sehingga ia tidak pernah berpikiran negatif kalau Chris akan menyembunyikan sesuatu darinya. Pagi ini adalah pertama kalinya ia membuka ponsel Chris tanpa diketahui oleh Chris, itu pun hanya melihat notifikasi pesan saja, tidak lebih.

    Namun tampaknya, hal itu membuat Chris sangat tidak suka. Pria berambut pompadour itu menjawab, “Itu temanku.”

    “Temanmu yang mana? Wanita atau pria? Apakah kemarin dia datang ke sini? Kenapa dia membawa-bawa namaku?”

    Chris menghela napas. “Temanku dari kantor, Emma. Dan tentu saja dia pria. Dia pernah datang ke sini pekan lalu saat kau sedang lembur, lalu kami minum-minum bersama. Dia tahu kau melarangku minum alkohol, makanya aku baru bisa mempersilakan dia untuk datang saat kau sedang lembur. Puas?”

    Emma terdiam.

    Kalau memang yang dikatakan Chris benar, maka tentu ia merasa bersalah karena membuat Chris kesal pagi-pagi begini. Hanya saja, ada bagian dari perasaannya yang seolah tidak yakin dengan perkataan Chris, sehingga ia tetap menaruh rasa curiga.

    Selagi ia masih terdiam dan sibuk memaksa dirinya sendiri untuk tidak curiga pada suaminya itu, Chris mencoba merebut ponsel dari tangannya dengan sangat kasar sambil menggerutu, “Lancang sekali kau membuka-buka ponselku.”

    Tindakan Chris yang kasar dan tiba-tiba, membuat Emma merasa tidak terima, sehingga ia defensif dan menahan ponsel itu agar tak bisa direbut oleh Chris.

    “Aku tidak membuka ponselmu. Aku hanya tak sengaja melihat notifikasinya saja ketika kebetulan aku ingin membawakan ponselmu ke dapur,” sahut Emma dengan nada bicara yang meninggi. Tangan kanannya masih terus mencengkeram ponsel Chris.

    “Tetap saja kau lancang! Aku tidak mengizinkanmu menyentuh ponselku!”

    “Sekalipun kau tidak mengizinkan, seharusnya sah-sah saja jika aku menyentuh ponselmu. Memang apa salahnya? Aku ini istrimu! Perkara aku melihat notifikasi di ponselmu saja, kau mendadak marah-marah begini. Apakah ada yang kau sembunyikan di ponselmu selama ini?!” tukas Emma.

    Emma tidak tahu apa yang salah pada suaminya. Namun setelah ia selesai melontarkan tuduhan seperti barusan, tiba-tiba Chris melayangkan tamparan ke pipi kirinya.

    Tamparan yang sangat keras, efektif membuat wajah Emma terhempas ke samping dan ia terhuyung setengah langkah.

    Jelas terkejut bukan main. Rasa tak percaya membuat Emma mematung menatap lantai, lalu akhirnya Chris berhasil merebut ponselnya dari tangan Emma.

    Sikap Chris benar-benar aneh. Emma makin yakin bahwa ada sesuatu yang Chris sembunyikan, terutama di ponselnya. Wajar jika ia jadi terdorong untuk memeriksa ponsel Chris.

    Dengan begitu, mengesampingkan sejenak tentang tamparan di pipinya barusan meski itu membuatnya sangat kesakitan, ia berusaha mengambil kembali ponsel Chris secara paksa.

    Namun, Chris mencengkeram pergelangan tangan Emma dengan sangat keras dan kasar, lalu mendorong tubuh istrinya itu sampai sang istri menjauh darinya.

    Kalau saja punggung Emma tak menabrak kulkas, dorongan Chris bisa mengakibatkan Emma jatuh ke lantai dan itu dapat membahayakan kandungannya.

    “Kau benar-benar keterlaluan!” bentak Emma. “Apa yang kau sembunyikan di ponselmu, hah?!”

    Chris sedikit merasa bersalah setelah mendorong Emma seperti barusan. Dia berdecak seraya menyahut dengan emosinya yang berusaha dia tahan, “Tidak ada yang aku sembunyikan, Emma.”

    “Kalau memang tidak ada, maka berikan ponselmu itu padaku! Biarkan aku memeriksanya.” Emma kembali mendekat pada Chris dan mencoba lagi merebut ponsel dari tangan Chris.

    Entah apa yang mempengaruhi Chris sampai seperti kesetanan, tindakan yang kemudian Chris lakukan, membuat Emma merasa tidak mengenali suaminya sendiri.

    Chris mencengkeram pergelangan tangan kanan Emma dan memelintir tangan itu sampai Emma menjerit kesakitan, memukuli tangan Emma berkali-kali supaya Emma berhenti mencoba merebut ponsel.

Chris bahkan menampar pipi Emma empat kali berturut-turut kala Emma berupaya melawan.  Sambil mengumpat kasar, kemudian Chris mendorong Emma sampai tubuhnya menghantam bagian depan kulkas.

    Semua itu terjadi begitu cepat sampai Emma tidak punya kesempatan untuk membela diri. Saking cepat dan terasa mendadak sekali, Emma merasa seperti sedang bermimpi.

    Emma adalah wanita yang sebenarnya cukup tangguh, kuat, dan sangat pemberani. Kalau saja dirinya tidak sedang hamil, kalau saja pengaruh kehamilan tidak membuatnya mudah lelah dan tenaganya sangat kecil, dan kalau saja semua perlakuan Chris tidak terjadi secara mendadak serta tanpa jeda sedikitpun, ia pasti bisa melawan dan tidak akan pasrah begitu saja ketika dipukuli.

    Kini tubuhnya langsung lemas dan seperti mati rasa, bahkan untuk menangis saja Emma tidak bisa. Ia terlalu syok dan kebingungan, sehingga ia hanya mematung dalam posisinya di depan pintu kulkas.

    Bekas pukulan Chris jelas akan meninggalkan bekas. Terutama di bagian tangan Emma yang kebas dan lama-kelamaan pasti akan terasa sakit sekaligus nyeri sebelum memar-memar.

    Sementara itu, Chris masih mengumpat kasar. Membawa ponsel yang seolah dia anggap lebih berharga daripada istrinya yang sedang hamil tua, dia berjalan pergi dari dapur meninggalkan Emma yang masih mematung sendirian.

***

Bersambung .....

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • OTW Janda!   Bertekuk Lutut

    Mendengar Emma meneriakkan kata cerai, kepanikan menggerayangi Chris dan membuat wajahnya kaku. Dia menggeleng pelan dan mencoba membujuk Emma dengan berkata, “Emma, aku mohon jangan seperti ini, Sayang.” “Persetan. Mulai sekarang, kita tidak punya hubungan apa-apa lagi. Kuharap kau paham.” “Apa yang kau bicarakan? Jangan sembarangan bicara! Aku tidak mau cerai, Emma. Kau sedang hamil besar dan kau butuh didampingi oleh suamimu.” Chris menegaskan. “Aku bisa hamil, melahirkan, dan membesarkan anakku sendirian tanpamu.” Emma berupaya menepis tangan Chris dari bahunya seraya menghardik, “Lepas, Chris! Taksiku sudah datang.” Chris mendadak menyeret Emma masuk ke kamar dan menguncinya dari luar. Emma tentu makin mengamuk, tetapi Chris tak menghiraukan dan pergi menemui sopir taksi di depan rumah, memberikan sejumlah uang kepada sopir taksi tersebut sebagai kompensasi karena dia langsung membatalkan pesanan Emma. Setelahnya, barulah Chris pergi ke kamar dan menemui E

  • OTW Janda!   Aku Ingin Cerai!

    Seharian penuh Emma berusaha menutupi memar-memar di tangannya. Ketika rekannya tak sengaja melihat dan menanyakan apa yang terjadi, ia beralasan bahwa dirinya terjatuh. Beruntung, bekas tamparan Chris di pipinya tidak sampai meninggalkan bekas yang terlalu tebal, hanya memerah selama beberapa jam saja, tetapi gusinya sempat berdarah. Sementara memar di tangan kanannya, justru lumayan parah hingga berwarna merah keunguan. Emma pulang tepat waktu hari ini. Begitu sampai di rumah, ia langsung masuk ke kamar dan mengambil koper miliknya dari atas salah satu lemari di ruang pakaian. Tadi pagi setelah bertengkar hebat dengan Chris, karena ia harus berangkat bekerja, ia berusaha untuk bersabar dulu, menahan diri agar bisa tetap profesional dengan pekerjaannya dan tidak terlambat ke rumah sakit. Sekarang, karena ia sudah pulang dan untungnya tidak lembur, ia bergegas mengemasi pakaiannya sekaligus barang-barang penting yang akan ia bawa. Tidak semua pakaian ia bawa,

  • OTW Janda!   Istri yang Tidak Berharga

    Selain karena pertanyaan intens Emma tentang siapa yang datang kemarin, kening Chris makin mengerut begitu melihat ponselnya ada di tangan oleh Emma. Sudah dua tahun menikah, selama ini Emma dan Chris tidak pernah memeriksa ponsel satu sama lain tanpa izin. Emma sangat percaya pada Chris, sehingga ia tidak pernah berpikiran negatif kalau Chris akan menyembunyikan sesuatu darinya. Pagi ini adalah pertama kalinya ia membuka ponsel Chris tanpa diketahui oleh Chris, itu pun hanya melihat notifikasi pesan saja, tidak lebih. Namun tampaknya, hal itu membuat Chris sangat tidak suka. Pria berambut pompadour itu menjawab, “Itu temanku.” “Temanmu yang mana? Wanita atau pria? Apakah kemarin dia datang ke sini? Kenapa dia membawa-bawa namaku?” Chris menghela napas. “Temanku dari kantor, Emma. Dan tentu saja dia pria. Dia pernah datang ke sini pekan lalu saat kau sedang lembur, lalu kami minum-minum bersama. Dia tahu kau melarangku minum alkohol, makanya aku baru bisa memp

  • OTW Janda!   Pesan dari 'E'

    “Kau sudah pulang, Sayang?” sapa Chris. Emma hanya mengangguk pelan pada suaminya yang baru muncul dari kamar itu. Karena entah mengapa perasaannya mendadak tidak enak dan sedikit curiga, ia mendorong Chris ke samping supaya Chris menyingkir dari depan pintu kamar tidur mereka, sehingga ia bisa membuka pintu kamar tersebut. Ia melempar pandangan ke seluruh penjuru kamar, melihat-lihat apakah ada sesuatu yang aneh dan tak biasa di sana. Tapi tidak ada apa-apa. Kamar tidur mereka sangat rapi. Kasur pun juga rapi sekali seperti tadi pagi. Membuat Emma berspekulasi kalau Chris baru pulang juga dan belum menyentuh kasur sama sekali. Chris kemudian menyusul masuk ke kamar. Pria yang sudah menikah selama sekitar dua tahun dengan Emma itu bertanya, “Ada apa? Kenapa kau buru-buru masuk ke kamar?” Beberapa minggu belakangan, Emma merasa kalau sikap Chris memang berbeda. Termasuk soal jadwal pulang kerja Chris yang sangat tak biasa, hampir tiap hari selalu terlambat s

  • OTW Janda!   Kakak Ipar yang Bertamu

    “Kalau kau butuh sesuatu, kabari saja. Aku akan mampir ke sini jika senggang.” Sambil memegangi bagian bawah perut hamilnya, Emma sedikit membungkuk di samping pintu mobil. Ia menatap wanita berambut cokelat yang ada di dalam mobil itu dan duduk di kursi kemudi. “Kau yakin? Aku ini ibu hamil. Aku mungkin butuh sesuatu hampir setiap saat. Aku bisa mengabarimu tiap jam, Jenna,” sahut Emma. Jenna—dokter baru di Cornell Hill yang belakangan akrab dengannya—tertawa di dalam sana. Dia mengangguk dan menjawab, “Silakan saja. Aku tidak keberatan.” Emma turut tertawa. Ia mengetuk pelan kaca belakang mobil Jenna beberapa kali seraya berkata, “Terima kasih karena sudah mengantarku pulang. Kau pulanglah sekarang. Kasihan anakmu menunggu di rumah.” Emma menunggu sampai Jenna memundurkan mobil, lalu mulai melaju menjauh dari area rumahnya di wilayah Washington Heights. Sampai mobil Jenna benar-benar sudah tidak terlihat, barulah Emma berbalik dan melangkah memasuki rumah.

  • OTW Janda!   Perbandingan Kehebatan di Ranjang

    Memanfaatkan waktu sebaik mungkin selagi Emma belum pulang, mereka masih terus berpacu pada gairah di dalam kamar yang dingin itu. Tangan kanan Chris berada di dada kiri Evelyn, sementara tangan kirinya berada di punggung Evelyn, meraba punggung mulus tersebut dengan penuh kesensualan. Bersamaan dengan itu, bibir Chris tidak mau menyia-nyiakan kesempatan untuk menikmati leher Evelyn ketika Evelyn mendongak di tengah desahan yang tak karuan. Sengaja ia tidak mencium bibir Evelyn, sebab ingin membiarkan mulut wanita itu terus menggaungkan desah yang semakin membangkitkan gairahnya. “Kau ... sudah berapa lama kau tidak bercinta dengan Emma, huh? Apakah ... semenjak rutin bercinta denganku ... kau tidak pernah lagi menyentuh Emma?” tanya Evelyn di sela napasnya yang menggebu-gebu dan beradu dengan desahan. Chris melirik wajah Evelyn sekilas, melihat bagaimana ekspresi wajah wanita itu menunjukkan kenikmatan yang luar biasa karena ia tak sedikitpun menjeda segala sentuh

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status