Share

Pesona Kevin

Penulis: Atiek S
last update Terakhir Diperbarui: 2024-01-25 08:04:39

Mang Darto menghentikan mobil tepat di depan pintu masuk Kafe Biru, tempat yang disepakati Kevin untuk pertemuan mereka pagi ini.

Kafe Biru memang benar-benar berwarna biru, mulai dari warna dinding, meja kursi, lampu, hiasan, dan pernak-perniknya semua bernuansa biru.

Begitu masuk ke dalam kafe mereka disambut musik slowrock yang mengalun pelan. Membuat para pengunjung betah berlama-lama duduk sambil mengobrol dengan teman ataupun rekan kerja. Maya dan Reynand berjalan beriringan menuju meja resepsionis.

"Atas nama Bapak Kevin?" tanya Reynand pada pelayan di situ.

"O iya, Bapak Kevin sudah menunggu di ruang VVIP, mari saya antar," jawab pelayan itu ramah.

Mereka dibawa masuk ke arah pintu sebelah kiri kafe, melewati beberapa gazebo out door dan ruang meeting. Mereka tiba pada sebuah ruangan tertutup dengan pernak-pernik bulan dan bintang yang juga berwarna biru tua.

"Silahakan Tuan ... Nyonya. Bapak Kevin sudah menunggu di dalam," kata pelayan itu.

"Terima kasih," jawab Maya dan Reynand bersamaan.

Reynand mengetuk pintu sebelum masuk.

"Silahkan, Nona, dan ini berkas yang Bapak Kevin minta," kata Reynand mempersilahkan Maya masuk dan menyerahkan berkas kerjasama dengan perusahaan Kevin. Sedangkan dia berdiri di luar pintu untuk berjaga.

Maya melangkah anggun, di dalam ruangan dia disuguhkan dengan pemandangan menakjubkan. Langit-langit ruangan dihiasi dengan lukisan awan dan bintang dengan berbagai ukuran. Maya merasa seperti berada di ruang angkasa.

Di dalam Maya melihat seorang laki-laki muda berumur sekitar awal 30-an, berambut lurus dengan potongan model artis Korea, memakai setelan jas hitam dan kemeja biru dengan dasi warna senada.

Kevin yang menyadari kehadiran Maya kemudian bangun dari duduknya dan menyalami Maya.

"Halo ... Ibu Maya, senang sekali hari ini akhirnya saya bisa bertemu langsung dengan pemilik perusahaan terbesar nomor tujuh di Indonesia. Wow ... jauh diluar bayangan saya, ternyata Anda cantik sekali," sapa Kevin ramah.

"Ah ... Anda terlalu memuji, Pak Kevin."

"Mmhh ... no ... Anda memang cantik luar biasa Bu Maya, mari silahkan duduk," Kevin menyalami Maya dan mempersilahkan duduk.

"Just Maya, Pak Kevin," ucap Maya tersenyum.

"Oke Maya, kalau begitu panggil Kevin juga ya. Biar enak ngobrolnya," kata Kevin mulai menggunakan bahasa santai.

"By the way ... terima kasih loh sudah mau menemui saya, suatu kehormatan buat saya bisa bertemu wanita secantik Anda.

Dengar-dengar Anda baru saja sembuh dari sakit, maaf tidak bisa menjenguk waktu itu," kata Kevin sambil mengambil sebuah buket bunga mawar berwarna pink dari kursi di sebelahnya dan diberikan kepada Maya.

"Ini untuk wanita cantik yang kuat dan tangguh sepertimu, Maya," kata Kevin sambil menatap tajam langsung ke manik hitam milik Maya.

Maya salah tingkah menerima buket mawar itu, karena itu diluar dugaan. Tanpa disadari dia menoleh ke arah Reynand yang sedari tadi berjaga di dekat pintu seolah minta persetujuan pada asisten pribadinya itu. Tapi sayangnya Reynand menghadap keluar hingga tidak melihat Maya.

"Terima kasih Kevin, tidak perlu repot sebenarnya, saya juga sudah sembuh, sudah bisa menemui Anda, dan selesai dari sini nanti rencananya langsung ngantor," Maya merasa tidak enak diperlakukan istimewa seperti itu.

"O iya, ini laporan yang Anda minta mengenai proyek pembuatan iklan yang ...." belum sempat Maya melanjutkan, Kevin menghentikan kalimat Maya dengan isyarat mengangkat tangan.

"Please, Maya. Aku mengundangmu bukan untuk berkas ini, jadi tolonglah jangan bahas soal pekerjaan. Kita rileks ... makan sambil ngobrol santai. Biar sedikit fresh gitu, nggak ngomongin kerjaan mulu," kata Kevin.

Maya heran, "Loh bukannya Anda mengundang saya untuk membicarakan proyek kerjasama kita?" tanyanya.

"Siapa bilang? Asistenmu itu?" kata Kevin sambil tertawa. "Good boy," katanya kemudian.

"Jadi ... ini?"

"Yup ... murni makan pagi, alias sarapan," jawab Kevin.

"Tapi Kevin," Maya masih belum mengerti.

Kevin hanya menggeleng sambil tersenyum.

"Sudahlah ... kita makan dulu, aku lapar," kata Kevin sambil mulai menyantap makanan yang sudah tersedia di meja.

"Ayo dong sambil dimakan. Kamu juga belum sarapan kan?" Kevin mempersilahkan.

Maya yang memang belum sarapan dari rumah memang merasa lapar. Tadi pagi mood makannya sudah hilang duluan sebelum sempat menyantap sarapan gara-gara Andini.

Kevin orangnya cool dan mudah akrab. Sesekali Kevin mencuri pandang saat mereka makan. Dan entah kenapa, si Kevin ini suka sekali tersenyum setiap pandangan mereka bertemu. Diam-diam Maya geram dalam hati.

'Awas saja Rey. Awas nanti kalau sampai kantor, kena kamu. Seenaknya saja mengatur pertemuan nggak jelas begini. Katanya mau cek berkas nyatanya hanya untuk nemenin sarapan,' batin Maya kesal.

"Kamu santai saja soal proyek ini Maya. Klien biar aku yang handle, untuk pengerjaan lapangan sepenuhnya aku serahkan sama tim kamu. Mulai dari pemilihan model sampai ke syuting iklan aku yakin feel kamu lebih mengena dalam hal ini, cuma ...," Kevin menggantung kalimatnya.

"Cuma apa?"

"Sorry to say ya. Aku kurang percaya dengan suamimu, Bramantyo. Entahlah, aku melihat gelagat kurang sehat dari cara kerjanya."

Maya mencoba mencerna kata-kata Kevin. Proyek kerjasama ini Bram yang melobi ke pihak Kevin, ketika Maya dirawat di rumah sakit. Tapi mangkrak selama seminggu, karena Bram sering keluar kantor untuk urusan yang tidak jelas. Akhirnya diambil alih oleh Reynand sesuai arahan Maya.

"Kamu juga harus hati-hati dengan Mama kamu, mmhh ... maksudku mereka berdua," kata-kata Kevin semakin membuat Maya bingung.

"Maksud kamu?" Maya berusaha bertanya, tapi Kevin hanya tersenyum penuh makna.

Bersambung ...

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Obat Yang Diberikan Suamiku Ternyata Racun   Fix, Maya Cemburu

    Maya memalingkan muka. Omaigot malu sekali rasanya. Reynand memergokinya menangis karena alasan yang konyol. Entah harus sedih atau bahagia dia kali ini. Yang jelas dia malu pada Reynand karena mendapati keadaanya kacau seperti ini.Ah sudah terlanjur ketahuan, biar sajalah. Namun Maya masih bingung harus berkata apa. Reynand memgambil kursi dan duduk di hadapannya saat ini."Berhenti nangisnya, kita ke butik kalau memang kamu mau ke butik. Aku antar, tapi janji nggak nangis kayak gini."Ah manis sekali sih sikap Reynand ini. Membuat Maya membuncah di dalam hati. Entah kemana larinya semua kosakata yang ada di otaknya, sehingga Maya tidak bisa menyusun kalimat yang tepat untuk dikatakan saat ini.Reynand mendekat untuk menghapus air mata dengan tisu yang masih dipegangnya. Pipi Maya memerah mendapat perhatian yang manis seperti itu."Aku bisa sendiri," katanya meraih tisu dari tangan Reynand. Dia tidak mau Reynand menyadari pipinya yang semakin merona karena malu."Kita sarapan dulu s

  • Obat Yang Diberikan Suamiku Ternyata Racun   Buku Jadi Sasaran Amarah

    Reynand sengaja bangun lebih pagi dan berkutat di dapur. Dia membuat bubur untuk Maya. Mudah-mudahan hari ini keadaanya sudah membaik. Beruntung hari ini adalah hari Minggu sehingga dia tidak diburu pekerjaan.Berbeda dari biasanya, kali ini Reynand membuatkan bubur sumsum. Yaitu bubur khas Jawa Tengah yang dibuat dari tepung beras dengan kuah yang terbuat dari rebusan gula jawa dan daun pandan sebagai pewangi.Masakan simpel itu hanya membutuhkan waktu beberapa menit saja. Setelah siap Reynand membawa bubur itu ke kamar Maya.Reynand mengetuk pintu meskipun kamar Maya terlihat terbuka. Dilihatnya gadis cantik itu tengah memilih-milih buku. Maya memang mewarisi hobi ayahnya yang suka membaca. Berbagai buku dari mulai filosofi, fiksi, hukum, dan motivasi berjajar rapi dalam rak sudut di pojok kamarnya.Tok ... tok ... tokMaya menoleh untuk melihat siapa yang datang. "Masuk, Rey." Maya memasukkan kembali buku seri dari Chicken Soup For The Soul ke dalam rak karena tahu Reynand memba

  • Obat Yang Diberikan Suamiku Ternyata Racun   Sakit Karena Cemburu

    Reynand panik begitu mendapat telfon dari Mang Darto. Rasa bersalah tiba-tiba menguasai hatinya. Tapi tadi pagi nonanya itu baik-baik saja. Sakit apakah? Apakah racunnya menyerang lagi? Apakah Maya lupa meminum obat penetralisir racun pagi tadi? Wah ... bahaya kalau memang situasinya seperti itu. Meskipun efeknya halus tapi tetap saja membahayakan keselamatannya. Itulah makanya dia selalu menjaga Maya selama ini. Karena jiwa gadis itu terancam. Bukan cuma dari musuh-musuh bisnisnya tapi juga dari racun yang ada di dalam rubuhnya."Loh, memang nona sakit apa Mang? Tadi baik-baik saja. Bukannya nona masih di kantor? Kok sudah sama Mang Darto? Memang sekarang nona di mana Mang?" Reynand memberondong dengan banyak pertanyaan.[Mamang nggak tau, Den. Tadi tuh nona telpon Mamang minta diantar ke butik. Suruh jemput di lobi kantor. Tapi begitu Mamang datang Nona nangis, kepalanya sakit katanya. Terus minta pulang saja. Den Reynand di mana ini? Sebaiknya segera pulang, Den]"Saya masih di ka

  • Obat Yang Diberikan Suamiku Ternyata Racun   Ambisi Aruni

    "Nona, Anda baik-baik saja?" Mang Darto tiba-tiba sudah berdiri di belakang Maya. Dia menepuk pundak nona mudanya itu sangat pelan agar tidak mengejutkannya.Maya buru-buru menghapus air matanya tanpa menoleh ke arah Mang Darto. Dia malu kalau sampai Mang Darto memergokinya menangis tanpa alasan yang jelas.Kemudian dia menarik nafas dalam untuk menetralisir sesak di dadanya. Sambil tersenyum dia menoleh."Ah iya, Mang. Sa-saya hanya pu-pusing sedikit. Iya ... pusing, Mang. Hehe ...."Ah pasti jelek sekali mimik mukanya saat ini. Mudah-mudahan Mang Darto tidak menyadari kalau tadi dia menangis."Loooh ... pusing kok malah minta diantar ke butik? Nona sudah makan? Atau Mamang antar pergi makan dulu saja?"Soal perhatian Mang Darto dan Bik Munah jagonya. Perasaan sayang mereka ke Maya juga tulus. Maya sungguh bersyukur memiliki dua orang itu. Kalau saja tidak sedang berada di lobi pasti air matanya makin tumpah saat itu j

  • Obat Yang Diberikan Suamiku Ternyata Racun   Tespack Di Tangan Aruni

    "Selamat pagi, Bu Maya," sapa Pak Johan ramah.Lelaki berumur sekitar 45 tahun itu memang selalu murah senyum. Pelayanannya yang cepat dan baik hati membuat Maya nyaman bekerja sama dengannya."O iya, selamat pagi juga, Pak Johan. Mari silahkan. Kita duduk di kursi sebelah sana saja ya."Maya mempersilahkan Pak Johan duduk di ruang khusus untuk menerima tamu. Tak lama berselang datang Karin membawakan dua cangkir kopi latte dengan sedikit kue untuk cemilan."Mari silahkan kopinya, Pak. Kita ngobrol santai saja ya.""Iya, terima kasih, Bu Maya."Pak Johan mengeluarkan berkas perceraian Maya dengan Bram. Ada beberapa lembar yang perlu ditanda tangani."Maaf, Pak. Ini saya terima jadi saja loh ya. Untuk biaya saya ngikut aja. Maaf karena jadwal saya padat, jadi saya mohon kerja samanya.""Bu Maya tenang saja. Setelah proses penandatangan ini, surat cerai akan segera kami proses dan kami kirim ke alamat ibu. Setelah itu selesai. Silahkan Bu Maya tanda tangan di sini."Pak Johan menunjukka

  • Obat Yang Diberikan Suamiku Ternyata Racun   Pacar Baru Reynand?

    Setelah lebih dari tiga hari istirahat di rumah, hari ini akhirnya Maya datang ke kantor. Selain ada temu janji dengan pengacaranya yaitu Pak Johan, ada beberapa hal yang harus dia kerjakan. Termasuk koordinasi dengan EO yang menangani pelaksanaan Gathering Perusahaan sebentar lagi.Maya tampak anggun melangkah memasuki kantor. Gadis cantik itu mengenakan kemeja putih dengan hiasan syal kecil untuk mempermanis penampilannya. Celana kulot berwarna coklat mocca dengan blazer warna senada membuat penampilannya semakin mempesona. Rambutnya yang panjang dia buat agak curly agar kelihatan lebih feminim.Di belakangnya tanpak Reynand yang selalu setia mendampingi orang nomor satu di Wijaya Corp itu. Setelan jas berwarna hitam yang dipadukan dengan kemeja tanpa dasi berwarna putih membuat penampilannya hari ini tampak memukau. Wajah tampan khas asli orang Indonesia tak membuatnya kalah dengan wajah-wajah blasteran Indo. Reynand memang memiliki khar

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status