Share

Bab 3

Author: Sya Reefah
last update Last Updated: 2025-10-27 13:41:51

“Aku tidak suka mengulangi perintahku!” lanjut Durand dengan nada penuh ancaman. “Jangan paksa aku mendobraknya, Sora!”

Dengan tangan gemetar Sora membuka pintu. Membuka pintu ataupun tidak, hukuman akan tetap diterima.

Belum sepenuhnya pintu terbuka, Durand mendorong Sora masuk dan menutup kembali pintu kamar tersebut dengan sedikit keras.

Pria itu mencengkram pundak Sora, lalu mendorongnya ke dinding.

“Kau sudah melanggar aturan malam ini.” Jari-jari besarnya menekan pundak wanita itu hingga membuatnya meringis kesakitan. “Sudah kukatakan, kau tidak ada hak melakukan sesuatu sesuka hati di sini!”

Sora menggeleng, mencari kata-kata yang tepat untuk menjawabnya. “Saya mendengar suara–”

“Tutup mulutmu!” potong Durand, sebelum Sora menyelesaikan ucapannya. “Aku tidak memintamu berbicara, dan aku tidak butuh alasanmu!”

Sora yang dikuasai ketakutan kini hanya menundukkan pandangannya. Pria di hadapannya benar-benar kasar, bahkan pada seorang wanita lemah sepertinya.

“Dengar baik-baik.” Durand sedikit membungkuk dan memiringkan kepalanya. “Kau di sini hanya untuk mencari perlindungan, bukan mencampuri urusanku!”

Jari telunjuknya menyentuh dagu Sora, memaksanya mendongak untuk menatapnya. “Jika aku melihatmu melanggar garis batasmu, aku tidak akan membiarkanmu merasa tenang. Kau akan menyesal sudah melihat, mendengar, dan sudah bernapas di rumahku!”

Tak ada yang bisa Sora lakukan selain mengangguk, mengakui kendali sepenuhnya berada di tangan Durand.

Esok harinya, Sora sudah kembali menjalani aktivitas di kampus. Pagi-pagi sekali harus berangkat, karena jarak mansion dan kampusnya cukup jauh.

Ketika di lantai bawah, Sora tak melihat jejak semalam. Semuanya bersih. Bahkan hidungnya tak mencium anyir darah.

Takut membuat Durand kembali murka, Sora segera menuju mobil yang sudah menunggunya.

Selama perjalanan, ia hanya diam. Ia tak diizinkan berbicara dengan siapapun. Yang bisa ia lakukan saat ini hanyalah memandangi pemandangan kota melalui jendela mobil.

Sekitar pukul 17.00, Sora baru saja menyelesaikan jam perkuliahannya. Mobil yang mengantarnya sudah menjemputnya. Ia harus segera kembali sebelum malam tiba.

Sesampainya di mansion, Sora turun dari mobil, berjalan melewati pintu masuk.

Kakinya menapaki tangga, membawanya ke lantai dua menuju kamarnya. Ketika melewati lorong pendek, langkah kakinya mendadak terhenti. Telinganya menangkap suara Erangan samar-samar.

Erangan yang jelas-jelas dari seorang wanita.

“Suara siapa itu?” gumamnya pelan. “Apa ada yang terluka?”

Sora memperlambat langkah kakinya, karena penasaran. Matanya melirik ke sembarang arah guna mencari asal suara itu. Semakin lama, suaranya semakin jelas.

Rupanya, suara itu bukan berasal dari orang yang terluka. Suara itu disusul desahan berat, bercampur dengan napas terengah-engah.

Langkahnya terhenti tepat di depan salah satu kamar dengan pintu sedikit terbuka, memperlihatkan celah kecil. Suara yang dihasilkan terdengar jelas dari dalam sana.

Karena rasa penasarannya, Sora mencondongkan tubuhnya, mendekatkan matanya pada sela sempit itu.

Pemandangan yang tak terduga ia lihat. Durand yang biasanya kaku dan selalu mengintimidasi, sekarang pria itu terlentang di atas kasur dengan wanita seksi berambut hitam di atasnya.

Kedua tangannya berada di pinggul wanita itu, menggerakkan tubuh seksinya sesuai ritme yang ia inginkan.

Wanita itu mendongak dan menjerit nikmat, sesekali memanggil nama Durand dengan suara seksinya. “Lebih cepat lagi, Tuan.”

Mata Sora terbelalak karena adegan yang tak seharusnya ia lihat. Rasa hangat mulai menjalar di pipinya. “Owh, astaga!”

Detik itu juga, Durand dan wanita itu menghentikan gerakannya. Matanya menatap tajam ke arah pintu yang terbuka.

Saat matanya memfokuskan ke sela pintu, ia melihat keberadaan Sora di sana.

Tubuh Sora membeku. Ia tertangkap basah, Durand telah melihat keberadaannya.

Dalam kepanikan, Sora segera menjauhkan diri dari pintu dan berjalan cepat menuju kamarnya.

“Ya Tuhan … Orang Gila mana yang melakukan itu tidak mengunci pintu?” Sora mengutuk perbuatan Durand.

Ia ingin segera tiba di kamarnya, tetapi langkah kakinya seperti melambat.

“Sora!”

Langkah Sora mendadak berhenti. Tanpa menoleh pun, ia tahu pemilik suara itu.

Dalam hatinya mengumpat, belum genap satu minggu ia tinggal bersama Durand, tetapi nasib sial selalu mendatanginya. Ia selalu melihat apa saja yang tidak seharusnya dilihat.

Saat membalikkan badan, tiba-tiba saja Durand sudah berada di belakangnya. Sora tersenyum kikuk. Suasana menjadi canggung.

Di sana, Durand berdiri mengenakan kimono robe-nya, rambutnya acak-acakan.

Pandangan Sora menunduk.

“Kau melihatnya?” tanya Durand. Ekspresi wajahnya tak menunjukkan rasa malu.

Sora mengangguk, tetapi satu detik kemudian ia menggeleng cepat. “Tidak, Tuan!”

Sora tak sanggup mengangkat kepalanya. Rasa malu menjalarinya. Ia terus menunduk, menatap corak marmer di bawah kakinya.

Suara hatinya bertalu-talu, matanya terpejam bersiap menerima omelan Durand.

“Angkat kepalamu!” perintahnya, tidak bisa dibantah.

Sora terpaksa mendongak. Akan tetapi arah pandangnya tak sengaja tertuju pada kimono robe yang dipakai Durand terbuka, memperlihatkan bagian dadanya. Kulitnya yang berkeringat, serta otot-ototnya menonjol.

Sekarang, pipi Sora terasa terbakar hingga terasa ke telinga.

Durand tahu ke mana arah pandang Sora saat ini. Ekspresinya yang dingin bertambah tajam. “Ingat peraturan yang kubuat.”

Sora memberanikan diri menjawab, “Maafkan saya, Tuan. Saya kira … suara itu berasal dari seseorang yang sedang terluka.”

“Kau tidak perlu tahu apa yang terjadi di rumah ini. Kau hanya boleh tahu jika aku mengizinkanmu untuk tahu. Mengerti?” Durand menekankan kata-katanya.

Sora mengangguk.

“Lupakan apa yang kau lihat!” Suaranya rendah, tetapi mematikan.

Sora kembali mengangguk. Tanpa berani menatap lagi, ia berbalik dan segera berlari menuju kamarnya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Obsesi Buta Tuan Mafia   Bab 7

    Anak buah yang dikenal Stepan itu sedikit membungkuk. “Maafkan saya, Tuan.” Durand adalah Tuan Muda Volkov yang terkenal intimidasinya dan ketidakmudahan. Di mata semua orang, ia seperti gunung es yang tak tersentuh. Sejak kecil, ia tidak dikenalkan dengan kelembutan, melainkan tentang perintah dan hukuman. Ia dibesarkan dengan bayang-bayang disiplin militer yang ketat dan keras. Akhirnya, ia tumbuh menjadi sosok yang kaku, tanpa belas kasih dan dingin. Kelembutan dan kehangatan adalah bahasa yang tidak pernah ia pelajari.Semua pekerja di Mansion harus menuruti semua aturannya yang tak tertulis. Ia tak menerima kesalahan sekecil apapun. Satu kali melakukan kesalahan, maka hukuman harus diterima. Namun, Stepan adalah satu-satunya orang yang bisa berbicara leluasa dengan Durand. Satu-satunya orang yang boleh melanggar aturan tak tertulisnya karena informasi yang ia bawa menentukan nasib semua orang. “Katakan,” ucap Durand tak menoleh. Ia mengambil satu batang rokok, menjepitnya

  • Obsesi Buta Tuan Mafia   Bab 6

    Ucapan tajam Durand itu langsung menembus hatinya. Seketika air matanya berhenti, digantikan kepalan tangan erat. Api di perapian itu memantul di matanya, seolah kobaran itu adalah bentuk amarahnya yang siap membakar Durand. Kini, matanya bukan lagi menggambarkan kesedihan, tetapi kemarahan dan kebencian. Ia bisa menerima semua bentuk hukuman Durand untuknya. Namun, untuk kali ini, Sora tak bisa menerima perlakuan pria itu padanya. Sora bangkit dengan perlahan. Matanya menatap ke arah Durand. Tatapan ketakutan itu kini menjadi tatapan kebencian yang baru lahir. Ia tak lagi peduli dengan semua aturan pria itu. “Saya tahu jika barang itu hanya sampah di mata Anda, Tuan. Tapi, apakah Anda berhak membuang barang milik orang lain?!” Sora menaikkan suaranya satu oktaf. Durand terdiam. Alisnya sedikit terangkat melihat kemarahan Sora. Sora tersenyum sinis, kemudian melanjutkan, “Anda membuktikan betapa besarnya kekuasaan Anda hingga membakar satu-satunya kepingan emas milik Yatim Piat

  • Obsesi Buta Tuan Mafia   Bab 5

    Jantung Sora berdebar kencang. Tangannya mulai menjauh dari buku lalu menoleh ke arah pintu. Apakah dia harus membukanya?Ketukan itu kembali terdengar disertai suara perempuan dari balik pintu. “Nona Sora.”Sora menarik napas lega. Ternyata, itu adalah pelayan di rumah ini. “Ya?” sahut Sora, sambil berjalan ke arah pintu. Begitu pintu terbuka lebar, pelayan perempuan itu segera memberitahu, “Tuan Durand meminta Anda datang ke ruangannya, Nona.” Perasaan takut kembali menggerogoti hatinya. Namun, ia tak dapat menolak perintahnya. Sora mengangguk lalu mengikuti langkah pelayan itu, membawanya ke ruangan Durand. Mereka harus melewati lorong interior yang mewah dengan gaya klasik. Langit-langit tinggi berwarna putih mewah dihiasi ukiran stucco emas yang mahal. Di ujung sana, pintu ganda berwarna coklat tua dan dihiasi ukiran rumit berwarna emas. Semakin mereka dekat dengan pintu itu, ritme jantung Sora semakin kencang. Pikirannya dipenuhi dengan berbagai macam pertanyaan dan baya

  • Obsesi Buta Tuan Mafia   Bab 4

    Hari demi hari berlalu, kini sudah satu bulan Sora tinggal satu atap bersama Durand. Beberapa kali ia mendapati wanita datang ke rumah. Namun, ia tak ingin tahu mengenai urusan Durand lebih dalam. Sora hanya ingin hidup tenang selama di sana. Meski beberapa kali telinganya mendengar suara-suara yang menarik perhatiannya. Namun, pikirannya terus bertanya, di manakah Viktor selama ini? Mengapa di mansion mewah ini tak terlihat keberadaannya?Hari ini, tepat pukul 14.00 waktu setempat, Sora sudah tiba di mansion. Jam pulang lebih awal dari biasanya. Begitu memasuki ruang tamu luas itu, langkahnya terhenti begitu salah satu pelayan menghampirinya. “Tolong berikan ini pada Tuan Durand. Aku sudah tidak tahan ingin ke belakang.” Pelayan itu memberikan dokumen tersebut pada Sora secara paksa. Posisi Sora tidak siap, hingga hampir membuat dokumen itu terjatuh dari tangannya. “Eehh … tung … gu.”Pelayan itu sudah menjauh, sebelum Sora berkata lebih lanjut. Sora menghela napasnya panjang,

  • Obsesi Buta Tuan Mafia   Bab 3

    “Aku tidak suka mengulangi perintahku!” lanjut Durand dengan nada penuh ancaman. “Jangan paksa aku mendobraknya, Sora!” Dengan tangan gemetar Sora membuka pintu. Membuka pintu ataupun tidak, hukuman akan tetap diterima. Belum sepenuhnya pintu terbuka, Durand mendorong Sora masuk dan menutup kembali pintu kamar tersebut dengan sedikit keras. Pria itu mencengkram pundak Sora, lalu mendorongnya ke dinding. “Kau sudah melanggar aturan malam ini.” Jari-jari besarnya menekan pundak wanita itu hingga membuatnya meringis kesakitan. “Sudah kukatakan, kau tidak ada hak melakukan sesuatu sesuka hati di sini!”Sora menggeleng, mencari kata-kata yang tepat untuk menjawabnya. “Saya mendengar suara–”“Tutup mulutmu!” potong Durand, sebelum Sora menyelesaikan ucapannya. “Aku tidak memintamu berbicara, dan aku tidak butuh alasanmu!”Sora yang dikuasai ketakutan kini hanya menundukkan pandangannya. Pria di hadapannya benar-benar kasar, bahkan pada seorang wanita lemah sepertinya.“Dengar baik-baik.

  • Obsesi Buta Tuan Mafia   Bab 2

    Sora mematung.Dengan langkah lebarnya Durand mendekat.Sora masih menunduk, fokusnya pada kaki pria itu. “Apa itu?” Matanya tertuju ada gelas di tangan Sora.Sora diam. Akan tetapi, hatinya berteriak panik. Durand semakin mendekat, tatapannya penuh intimidasi membuat gelas yang ada di tangan Sora bergetar. “Aku bertanya, apa yang ada di tanganmu?” Sora berpikir, haruskah ia menjawabnya?Melanggar aturan adalah kesalahan, tetapi mengabaikan pertanyaan Durand itu jauh lebih buruk. Dengan suara pelan dan nyaris berbisik, ia menjawab, “Air, Tuan.”Seketika, udara di sekeliling semakin mencekam. Suasana hening itu membuat tawa mematikan Durand terdengar jelas. “Air?” Durand mengulang. Ia kini berdiri tepat di depan Sora. “Aku tidak menyuruhmu berbicara!”Keberanian Sora semakin menciut. Ia memberanikan diri menatap Durand, lalu tak lama pandangan itu kembali turun. Ia takut, sekaligus bingung. “Tapi … Anda bertanya, Tuan. Saya hanya mengikuti peraturan yang Anda buat.”Sora tahu, i

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status