Share

Bab 4

Author: Cath
last update Last Updated: 2022-11-15 19:04:27

Engelberg, Switzerland.

Satu kata untuk kota Engelberg, damai dan indah. Isabella memilih villa di desa ini sebab pemandanganya yang luar biasa, bagaikan lukisan nyata.

Bahkan dari villanya bisa melihat pemandangan Mount Titlis, gunung salju yang abadi.

"Ana sangat sangat sangat sangat sangat menyukai tempat ini..." seru Iriana dengan semangat.

"Mami mengapa memilih tempat yang jauh dengan tempat acaranya dilaksanakan?" tanya Isabella.

Acara World Economic Forum dilaksanakan di kota Davos, sedangkan mereka di Engelberg. Jika menaiki mobil bisa menempuh waktu sekitar 3 jam lamanya.

"Aku ingin menikmati pemandangan di sini," balas Diana.

"Aku juga menyukainya Grandma! Ini seperti di dongeng! Wah aku tidak menyangka memasuki negeri dongeng!!!" Iriana melompat riang melihat pemandangan disekitarnya.

"Apakah itu gunung yang dikatakan salju abadi?" Jayden menunjuk gunung Titlis.

"Benar, dari mana kau tau Jay?" tanya Isabella.

"Aku membaca mengenai seluruh isi Switzerland saat di pesawat tadi," jawab Jayden.

"Mengapa kau setiap berkujung ke negara lain selalu mempelajarinya dulu?" Iriana tidak habis pikir pada Jayden.

"Mengapa kau protes? Itu tidak merugikan orang lain dan itu juga menambah wawasan. Dari pada kau yang selalu tidur dan makan saja hingga pipimu seperti balon, lihatlah!" ejek Jayden.

"Sudah jangan bertengkar kembali. kalau tidak Mommy akan meninggalkan kalian berdua di negara ini," ujar Isabella. Entah mengapa kedua anaknya selalu saja beradu mulut.

Diana muncul setelah membeli beberapa makanan untuk dimasak.

"Mengapa Mami tidak menyuruh pelayan saja yang membelikan?" tanya Isabella.

Mereka memang membawa beberapa pelayan dan bodyguard.

"Aku ingin menikmati udara diluar, sangat sejuk. Ngomong-ngomong kau akan membawa Jay dan Ana ke acara nanti?"

Isabella menggeleng cepat, "Tidak."

"Bella, sampai kapan kau akan menyembunyikan anakmu?" Diana menghela nafas.

"Aku...takut. Kau tahukan pria itu dikenal kejam. Jangan lupakan Javier adalah keturunan keluarga Coullard yang kita tau mereka berikatan dengan Mafia juga," jawab Isabella.

"Jadi nama Daddy adalah Javier?"

Isabella dan Diana tersentak kaget melihat kehadiran Jayden.

***

Acara World Economic Forum sudah dilaksanakan. Isabella menggunakan dress formal Dior berwarna hitam yang dibikin khusus untuk dirinya. Sebab Diana mempunyai saham di perusahaan Dior, jadi Isabella me-request untuk dressnya.

Kini para tamu duduk di kursi masing-masing, di depan sana Isabella mendengarkan penyampaian dari Presiden Amerika.

Setelah itu beberapa seperti anggota kerajaan juga memberi pendapat mengenai ekonomi dunia. Kini saatnya para billionaire, penjabat, CEO yang akan memberi penyampaiannya.

"Tuan dan Nyonya. Kita beri tepuk tangan kepada, Mr. Javier Coullard..."

Jantung Isabella berpacu cepat, ia terpaku mendengar MC menyebut nama pria itu.

Isabella melihatnya di depan sana, di atas panggung pria itu berdiri tegak. Karisma yang dipancarkan Javier sungguh menawan. Javier berpakaian serba hitam pada acara ini, ditambah pria itu menggunakan kaca mata.

Isabella terpesona. Sungguh pria itu hot dan tampan bersamaan.

Javier mulai berbicara, selama itu tamu-tamu tekagum atas penyampaian darinya. Isabella jadi yakin, kepintaraan Jayden didapat dari Javier.

Satu hal yang Isabella tahu sifat Javier benar-benar Aroggant, selama pria itu berbicara.

Waktu terus berjalan, hingga acara telah selesai. Kini para tamu undangan, berkumpul diruang megah dengan tersedia makanan di sekeliling ruangan.

"Mami kemana saja tadi?" gerutu Isabella. Ia tidak nyaman berada di acara ini, lihatlah banyak para lelaki melirik dirinya.

"Ana menangis mencarimu tadi, jadi aku menenangkannya terlebih dahulu. Temuilah anakmu, mungkin sebentar lagi mereka akan menangis lagi," balas Diana.

Jay dan Ana memang ikut bersamanya, sebab kedua kembar itu memaksa ikut. Jadi Isabella hanya bisa berdoa semoga tidak ada yang mengetahui kedua anaknya.

Mengenai Jayden yang mendengar nama Javier, Isabella membenarkan. Tidak ada gunanya berbohong didepan Jayden, anak itu sudah cerdas tahu mana yang benar dan tidak.

Isabella berjalan menuju lantai atas. Acara ini dilaksanakan di ballroom sebuah hotel megah, jadi para tamu pun diberi masing-masing kamar di hotel ini.

Baru saja lift ingin tetutup, ada sebuah tangan yang menahannya hingga lift terbuka kembali. Isabella melotot kaget melihat pria itu sedang di hadapannya sekarang.

"Long time no see, Nona Carol." Javier tersenyum miring.

Isabella mengigit bibirnya, bisa-bisanya ia dulu memakai nama palsu.

"Atau, Nona Isabella?" lanjutnya. Membuat jantung Isabella berdetak cepat.

"Apa mau mu, tuan?" Kini Isabella berdoa semoga liftnya cepat sampai di langai kamarnya berada. Ia tidak nyaman berdua di lift dengan Javier.

"Dirimu."

Isabella berdecak, tidak menanggapi.

"Mengapa kau berbohong?"

Isabella menoleh dan langsung mendapat mata tajam Javier, ia kembali memalingkan wajah. "Berbohong apa?"

"Namamu."

"Waktu itu aku hanya berbicara asal." Isabella berkata jujur.

Pintu lift terbuka, Isabella dengan cepat keluar dan melangkah menjauhi Javier.

Namun, tak disangka Javier pun ikut mengikutinya.

"Kenapa kau mengikutiku?" Isabella menoleh tidak suka.

"Kamar ku berada di lantai ini," jawab Javier santai.

Isabella mengumpat dalam hati, malu sekali dirinya!

Isabella kembali melangkah, namun ia bisa merasakan tanganya ditarik kebelakang.

"Apa mau mu?! Lepaskan aku!" Isabella memberontak.

Sia-sia Isabella memberontak, tenang Javier jauh lebih besar darinya. Sekarang ia menjadi cape sendiri.

"Kau..menjauhlah!" teriakan Isabella menggelegar di lorong hotel.

Javier terkekeh, "Tetapi kau menyukainya."

"Tidak!”

"Mukamu memerah, sayang."

Isabella memalingkan wajahnya, kenapa pria ini menyebalkan sekali.

"I hate you!"

Javier mengelus pipi Isabella. "Kau sungguh cantik malam ini, Isa. Aku jadi teringat malam indah kita empat tahun lalu."

Isabella membuang mukanya, mengapa pria itu membahas kejadian itu?!

"Mengapa kau tidak menghubungiku, Isa?"

"Apa maksudmu?"

"Kau membaca surat yang ku baca bukan? Lalu mengapa kau tidak menghubungiku? Kau tau, setelah aku menyadari kau tidak menelpon, aku langsung datang ke hotel itu dan mencarimu."

Isabella menyerengit bingung,"Kenapa kau mencariku? Kita hanya orang asing, Mr. Javier."

"Aku menyukai kau memanggilku begitu." Javier menatap dalam Isabella.

"Memanggil apa?" tanya Isabella polos.

Javier gemas akan tingkah wanita di hadapannya. "Mr Javier. Aku menyukainya," bisik Javier ditelinga Isabella.

"Kau tidak jelas!!!" Isabella mendorong dada Javier yang berakhir sia-sia, tenaga pria itu lebih besar.

"atau memanggilku dengan sebutan sayang lebih baik bukan?" bisiknya lagi.

Belum sempat Isabella bersuara, teriakan anak kecil menggema membuat keduanya menoleh.

"MOMMY!"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Obsesi CEO Arogan   Bab 70

    "Mana mereka? Mengapa tidak membawa sendiri tas mereka? " tanya Isabella pada Grace yang memasuki ruang tengah dengan membawa tas sekolah miliki kedua anaknya. "Mereka langsung pergi ke halaman belakang untuk memindahkan pembibitan tugas sekolah Iriana karena hujan." "Alasan, untuk bisa bermain hujan." Kata Isabella yang ditanggapi senyum oleh Grace pengasuh ketiga anaknya.Isabella menyadari sesuatu, "Apakah Isya tahu?" putri si bungsu yang sudah berusia 3 tahun tentu saja pulang lebih awal dari kedua kakaknya tadi berlari dari dapur untuk menyambut kepulangan kedua kakaknya. "Tadi masih berdiri diteras." Jawab Grace yang juga memiliki pemikiran yang sama. Dia segera memberikan tas sekolah ditangannya pada pelayan yang ada disana dan meminta tolong untuk dibawa keruang belajar sebelum menyusul nyonyanya kedepan. Kelihatannya sesuai dugaannya, si kembar sudah menuruni tangga depan bahkan ketika melihat Isabella datang bukannya berbalik kembali untuk naik, mereka berdua memperc

  • Obsesi CEO Arogan   Bab 69

    Kedua anak kecil berlari menyabut kedatangan lsabella, bergantian memeluknya seperti Isabella yang sudah meninggalkan mereka beberapa hari, padahal Isabella hanya pergi beberapa jam lebih tepatnya dia pergi menemani suaminya menghadiri perjamuan makan siang sehingga saat ketiga putranya pulang sekolah dia tidak ada dirumah. "Merindukan mommy?" tanya Isabella. "Tidak boleh, hanya daddy yang boleh merindukan mommy." Kata Jayden. Isabella tertawa, Javier selalu bertingkah sama dengan anak-anaknya jika berhubungan dengan dirinya. "Mom, minggu depan ada acara outbond disekolah, apakah aku boleh ikut?" tanya Iriana. "Mom, ada tugas sekolah yang tidak kumengerti." Kata Jayden. Isabella tersenyum, duduk diantara kedua anaknya, "Kalian bertiga menyambut mommy ternyata ada kepentingan, tapi mana adik kalian?" Isabella baru menyadari kedua putri bungsunya tidak ada, padahal ini adalah jam bermain mereka yang artinya walau si bungsu baru berusia 5 bulan, kedua kakaknya selalu mengajak adi

  • Obsesi CEO Arogan   Bab 68

    Javier menatap Isabella yang masih terlelap di depannya. Sudah hampir 7 jam paska operasi caesarnya selesai. Dengkuran halus Isabella terdengar. Matanya juga masih terpejam. Istrinya yang kuat. Isabella baru saja melahirkan anak ketiga merrka.Isabella dan Javier bersyukur sudah dikarunai tiga anak. Mereka mempunyai kembali anak perempuan yang cantik. Permasalahan besar hari itu selesai dan kehidupan Isabella dan Javier berjalan sangat baik. Kehamilan Isabella juga tidaklah mudah. Banyak hal yang harus dikhawatirkan karena dokter mengatakan fisik Isabella tidak sekuat dulu saat melahirkan kedua anak kembarnya. Mungkin juga karena efek dari kelahiran pertamanya. Kehamilan anak tiga juga terasa sangat berat bagi Isabella. Di bulan kelima, pernah Javier mendapati Isabella yang menangis tiba-tiba di depan pintu rumah mereka. Ia memegang perutnya sambil sesunggukan. Ternyata karena rasa tidak nyaman dan sesak di dadanya. Penderitaan Isabella jauh lebih menyakitkan ketimbang kehamilan

  • Obsesi CEO Arogan   Bab 67

    Orang-orang bilang, cinta itu akan hadir karena terbiasa. Dan mungkin Javier pun sudah merasakan cinta tersebut untuk Isabella. Dia tak tahu kapan perasaan itu datang, dan Javier baru sadar akan perasaannya saat melihat Isabella berjuang mati-matian di dalam ruang persalinan saat akan melahirkan anak mereka. Javier gugup, panik, dan takut secara bersamaan. Melihat Isabella yang sudah sangat lemas padahal anak mereka belum lahir. Javier sangat takut Isabella akan kenapa-kenapa. Karena itu dia setia mendampingi Isabella, menggenggam tangannya dengan erat dan mengucapkan kata-kata penyemangat. Setelah perjuangan yang hebat dan melelahkan, akhirnya lahirlah bayi mereka yang berjenis kelamin perempuan. Javier tersenyum penuh haru saat perawat menaruh bayinya di atas tubuh Isabella. "Cantik. Seperti kau," bisik Javier. Isabella tersenyum lemah mendengar itu. Dia menatap bayinya, kemudian air mata menetes dari sudut matanya. Isabella merasa tak percaya dia akan di fase ini dalam waktu

  • Obsesi CEO Arogan   Bab 66

    FLASHBACK. ————————“Javier! Jayden!" jeritan Isabella terdengar ketika ia melihat ruang pakaiannya yang berantakan. Tentu saja ini ulah Jayden dan suaminya, Javier, yang selalu menemani putra mereka saat beraksi. Kali ini bukan baju, tas, atau sepatu Isabella yang menjadi korbannya. Tapi alat rias lsabella dan juga perhiasannya. Tak jauh dari tempat kejadian perkara, Isabella bisa mendengar tawa geli yang tertahan. Ia berjalan menuju salah satu ujung lemarinya. Ada kaki mungil yang terlihat mencoba bersembunyi di balik lemari. “Mommy bisa melihat kalian berdua," ujar Isabella. Ia menoleh mendapati Jayden dengan celana pendek dan kaus serta wajah cemong terkena berbagai jenis alat rias Isabella. Beberapa kalung berlian milik Isabella tergantung di tubuh mungil Jayden. Di sampingnya ada Javier yang menutup mulut Jayden agar anak itu tidak menimbulkan tawa berisik. Wajah Javier juga sama kacaunya dengan Jayden dan sebuah ikat rambut kecil di depan kepala Javier yang menyembul s

  • Obsesi CEO Arogan   bab 65

    Senyum Javier merekah ketika ia sibuk melihat ulang hasil foto-foto liburan mereka di ponsel dan kameranya. Kiri dan kanannya ada Jayden serta Iriana yang ikut berfokus pada gambar di kamera sang ayah. Sesekali mereka heboh ketika melihat salah satu yang mengeluarkan ekspresi konyol dalam foto. "Daddy, nanti kita akan liburan lagi? Dengan Mr. Xander bolekah?" tanya Jayden pada sang ayah. Mereka sudah sampai kembali ke Italia dan Javier masih berada di kediaman orang tuanya karena anak-anak memintanya bermain di sana sebentar saja. "Why not? Nanti Daddy tanya dia dahulu." Javier mencubit gemas pipi anak tersebut. Tampaknya memang tidak terelakkan lagi. Kedua anaknya sangat senang bermain dengan Xander. "Aku menyukai Mr. Xander, dia menyenangkan. Karena selama ini Mr. Xander menyebalkan di mataku," ujar Jayden.Javier dengan cepat menoleh pada anak laki lakinya. Oh ayolah. Javier seorang pria. Dia jelas tau jika Jayden menganggap Xander bagaikan kakanya karena itu yang Jayden la

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status