Share

Bab 4

Engelberg, Switzerland.

Satu kata untuk kota Engelberg, damai dan indah. Isabella memilih villa di desa ini sebab pemandanganya yang luar biasa, bagaikan lukisan nyata.

Bahkan dari villanya bisa melihat pemandangan Mount Titlis, gunung salju yang abadi.

"Ana sangat sangat sangat sangat sangat menyukai tempat ini..." seru Iriana dengan semangat.

"Mami mengapa memilih tempat yang jauh dengan tempat acaranya dilaksanakan?" tanya Isabella.

Acara World Economic Forum dilaksanakan di kota Davos, sedangkan mereka di Engelberg. Jika menaiki mobil bisa menempuh waktu sekitar 3 jam lamanya.

"Aku ingin menikmati pemandangan di sini," balas Diana.

"Aku juga menyukainya Grandma! Ini seperti di dongeng! Wah aku tidak menyangka memasuki negeri dongeng!!!" Iriana melompat riang melihat pemandangan disekitarnya.

"Apakah itu gunung yang dikatakan salju abadi?" Jayden menunjuk gunung Titlis.

"Benar, dari mana kau tau Jay?" tanya Isabella.

"Aku membaca mengenai seluruh isi Switzerland saat di pesawat tadi," jawab Jayden.

"Mengapa kau setiap berkujung ke negara lain selalu mempelajarinya dulu?" Iriana tidak habis pikir pada Jayden.

"Mengapa kau protes? Itu tidak merugikan orang lain dan itu juga menambah wawasan. Dari pada kau yang selalu tidur dan makan saja hingga pipimu seperti balon, lihatlah!" ejek Jayden.

"Sudah jangan bertengkar kembali. kalau tidak Mommy akan meninggalkan kalian berdua di negara ini," ujar Isabella. Entah mengapa kedua anaknya selalu saja beradu mulut.

Diana muncul setelah membeli beberapa makanan untuk dimasak.

"Mengapa Mami tidak menyuruh pelayan saja yang membelikan?" tanya Isabella.

Mereka memang membawa beberapa pelayan dan bodyguard.

"Aku ingin menikmati udara diluar, sangat sejuk. Ngomong-ngomong kau akan membawa Jay dan Ana ke acara nanti?"

Isabella menggeleng cepat, "Tidak."

"Bella, sampai kapan kau akan menyembunyikan anakmu?" Diana menghela nafas.

"Aku...takut. Kau tahukan pria itu dikenal kejam. Jangan lupakan Javier adalah keturunan keluarga Coullard yang kita tau mereka berikatan dengan Mafia juga," jawab Isabella.

"Jadi nama Daddy adalah Javier?"

Isabella dan Diana tersentak kaget melihat kehadiran Jayden.

***

Acara World Economic Forum sudah dilaksanakan. Isabella menggunakan dress formal Dior berwarna hitam yang dibikin khusus untuk dirinya. Sebab Diana mempunyai saham di perusahaan Dior, jadi Isabella me-request untuk dressnya.

Kini para tamu duduk di kursi masing-masing, di depan sana Isabella mendengarkan penyampaian dari Presiden Amerika.

Setelah itu beberapa seperti anggota kerajaan juga memberi pendapat mengenai ekonomi dunia. Kini saatnya para billionaire, penjabat, CEO yang akan memberi penyampaiannya.

"Tuan dan Nyonya. Kita beri tepuk tangan kepada, Mr. Javier Coullard..."

Jantung Isabella berpacu cepat, ia terpaku mendengar MC menyebut nama pria itu.

Isabella melihatnya di depan sana, di atas panggung pria itu berdiri tegak. Karisma yang dipancarkan Javier sungguh menawan. Javier berpakaian serba hitam pada acara ini, ditambah pria itu menggunakan kaca mata.

Isabella terpesona. Sungguh pria itu hot dan tampan bersamaan.

Javier mulai berbicara, selama itu tamu-tamu tekagum atas penyampaian darinya. Isabella jadi yakin, kepintaraan Jayden didapat dari Javier.

Satu hal yang Isabella tahu sifat Javier benar-benar Aroggant, selama pria itu berbicara.

Waktu terus berjalan, hingga acara telah selesai. Kini para tamu undangan, berkumpul diruang megah dengan tersedia makanan di sekeliling ruangan.

"Mami kemana saja tadi?" gerutu Isabella. Ia tidak nyaman berada di acara ini, lihatlah banyak para lelaki melirik dirinya.

"Ana menangis mencarimu tadi, jadi aku menenangkannya terlebih dahulu. Temuilah anakmu, mungkin sebentar lagi mereka akan menangis lagi," balas Diana.

Jay dan Ana memang ikut bersamanya, sebab kedua kembar itu memaksa ikut. Jadi Isabella hanya bisa berdoa semoga tidak ada yang mengetahui kedua anaknya.

Mengenai Jayden yang mendengar nama Javier, Isabella membenarkan. Tidak ada gunanya berbohong didepan Jayden, anak itu sudah cerdas tahu mana yang benar dan tidak.

Isabella berjalan menuju lantai atas. Acara ini dilaksanakan di ballroom sebuah hotel megah, jadi para tamu pun diberi masing-masing kamar di hotel ini.

Baru saja lift ingin tetutup, ada sebuah tangan yang menahannya hingga lift terbuka kembali. Isabella melotot kaget melihat pria itu sedang di hadapannya sekarang.

"Long time no see, Nona Carol." Javier tersenyum miring.

Isabella mengigit bibirnya, bisa-bisanya ia dulu memakai nama palsu.

"Atau, Nona Isabella?" lanjutnya. Membuat jantung Isabella berdetak cepat.

"Apa mau mu, tuan?" Kini Isabella berdoa semoga liftnya cepat sampai di langai kamarnya berada. Ia tidak nyaman berdua di lift dengan Javier.

"Dirimu."

Isabella berdecak, tidak menanggapi.

"Mengapa kau berbohong?"

Isabella menoleh dan langsung mendapat mata tajam Javier, ia kembali memalingkan wajah. "Berbohong apa?"

"Namamu."

"Waktu itu aku hanya berbicara asal." Isabella berkata jujur.

Pintu lift terbuka, Isabella dengan cepat keluar dan melangkah menjauhi Javier.

Namun, tak disangka Javier pun ikut mengikutinya.

"Kenapa kau mengikutiku?" Isabella menoleh tidak suka.

"Kamar ku berada di lantai ini," jawab Javier santai.

Isabella mengumpat dalam hati, malu sekali dirinya!

Isabella kembali melangkah, namun ia bisa merasakan tanganya ditarik kebelakang.

"Apa mau mu?! Lepaskan aku!" Isabella memberontak.

Sia-sia Isabella memberontak, tenang Javier jauh lebih besar darinya. Sekarang ia menjadi cape sendiri.

"Kau..menjauhlah!" teriakan Isabella menggelegar di lorong hotel.

Javier terkekeh, "Tetapi kau menyukainya."

"Tidak!”

"Mukamu memerah, sayang."

Isabella memalingkan wajahnya, kenapa pria ini menyebalkan sekali.

"I hate you!"

Javier mengelus pipi Isabella. "Kau sungguh cantik malam ini, Isa. Aku jadi teringat malam indah kita empat tahun lalu."

Isabella membuang mukanya, mengapa pria itu membahas kejadian itu?!

"Mengapa kau tidak menghubungiku, Isa?"

"Apa maksudmu?"

"Kau membaca surat yang ku baca bukan? Lalu mengapa kau tidak menghubungiku? Kau tau, setelah aku menyadari kau tidak menelpon, aku langsung datang ke hotel itu dan mencarimu."

Isabella menyerengit bingung,"Kenapa kau mencariku? Kita hanya orang asing, Mr. Javier."

"Aku menyukai kau memanggilku begitu." Javier menatap dalam Isabella.

"Memanggil apa?" tanya Isabella polos.

Javier gemas akan tingkah wanita di hadapannya. "Mr Javier. Aku menyukainya," bisik Javier ditelinga Isabella.

"Kau tidak jelas!!!" Isabella mendorong dada Javier yang berakhir sia-sia, tenaga pria itu lebih besar.

"atau memanggilku dengan sebutan sayang lebih baik bukan?" bisiknya lagi.

Belum sempat Isabella bersuara, teriakan anak kecil menggema membuat keduanya menoleh.

"MOMMY!"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status