Share

Bab 5

Jantung Isabella seakan berhenti berdetak melihat Jayden berlari menghampirinya. Ia menyempatkan melirik Javier yang terpaku akan kehadiran Jayden.

"Mommy!!! Mommy kemana saja? Ana terus menangis dan itu berisik sekali!" gerutu Jayden.

Isabella masih terpaku, badan ia seolah mati rasa.

Sementara Javier menurunkan badannya agar sejajar dengan Jayden. "Kau pendek sekali."

Jayden yang tidak terima, langsung menatap Javier tajam. "Aku masih berumur empat tahun asal kau tau, Tuan."

Isabella yang baru menyadari Jayden berbicara pada Javier, langsung ia tarik tangan anaknya.

"Ayo Jay." Isabella menarik tangan mungil Jayden, namun Jayden masih terdiam menatap Javier.

"Mengapa kau memanggil dia Mommy?" Javier bertanya pada Jayden lalu menujuk Isabella.

"Jay ayo...Ana pasti sudah menunggu." Isabella gelisah, mencoba membujuk Jayden untuk menjauhi Javier.

"Wait a minute, Mommy. Aku ingin berbicara dengan tuan ini sebentar." Jayden berkata.

Isabella tidak tahu harus berbuat apa saat ini.

"Pekernalkan Aku Jayden dan itu Mommy ku," tunjuk Jayden. "Siapa nama mu, Tuan? Mengapa kau bisa bersama Mommy ku?" Bagaikan bodyguard Isabella, Jayden berucap tegas pada Javier.

Javier menatap wajah Jayden yang mirip sekali denganya sewaktu kecil, apakah anak kecil ini adalah anaknya? Tetapi ia hanya malam itu saja berhubungan intim dengan Isabella.

"Javier. Namaku Javier El Daverion Coullard."

***

Setelah kejadian tadi, Isabella terdiam melihat pemandangan melalui kamar hotel.

Isabella langsung menggendong Jayden saat Javier memberitahu namanya. Ia panik hingga tidak mendengar suara Jayden yang terus memanggil Javier dengan sebutan daddy.

Jayden langsung mengetahui itu daddy-nya. Sudah Isabella bilang bukan, Jayden anak yang cerdas.

Sementara Javier, pria itu hanya terdiam melihat kepergiannya. Tidak mengejarnya atau ada drama tarik-menarik.

Akan tetapi Javier menghampiri kamar hotelnya setelah beberapa menit kejadian itu. Kini Isabella berada di kamar hotel Javire, sebab tidak ada pilihan lain ia juga harus berbicara dengan pria itu.

"Jelaskan," perintah Javier.

Isabella melirik pria itu yang sedang menyenderkan badan di balkon kamar hotel dengan kedua tangan dimasukan saku, menatap tajam Isabella yang tengah duduk di pinggir kasur.

"Aku bingung harus menjelaskan apa..."

"My son, right?"

Isabella mendongak kaget.

Javier terkekeh sinis. “Kenapa kau kaget? Aku tentu tahu, Isa. Anak itu mirip sekali denganku sewaktu kecil, hanya warna matanya saja yang berbeda."

Isabella yang terpojok tidak ada alasan berbohong juga, memilih menangguk mengakuinya.

Javier melangkah mendekati Isabella lalu mencekram dagu wanita itu. "Mengapa kau berani-beraninya menyembunyikan hal ini?" desis Javier.

Isabella meringis, cengkraman Javier kian menguat. "L-lepaskan sakit..."

"Kenapa kau nakal sekali, Isa? Apa lagi yang kau sembunyikan dariku? JAWAB!"

Tubuh Isabella bergetar. Aura Javier mengerikan. Ia merasakan matanya mulai memanas.

“Answer me.” Tekan Javier

Isabella semakin takut, air matanya mulai berjatuhan.

"Jangan menangis sayang. Maaf, maaf, maafkan aku tidak bisa mengontrol emosiku." Javier mengecup kedua mata Isabella.

Bagaikan mempunyai dua kepribadian, Javier yang tadi menatapnya tajam dan mengerikan, namun sekarang menatapnya lembut.

"Aku marah padamu, Isa. Mengapa kau bisa menyembunyikan anakku dariku, padahal itu darah dagingku sendiri."

Isabella tersiak, ia tidak kuat menjawab Javier.

Setelah beberapa menit, Javier menunggu Isabella sampai berhenti menangis. Isabella sepertinya sudah siap untuk menjelaskan semuanya.

"Aku akan menjelaskannya," ucap Isabella yang sudah jauh lebih tenang.

Javier mengangguk.

"Sebulan setelah kejadian malam itu aku dinyatakan…hamil. Hidupku berantakan, aku takut jika mencoreng nama baik keluargaku. Jadi aku sembunyikan kehamilanku. Aku juga takut Jav, setelah mengetahui kau siapa aku takut, sebab kau dikenal kejam dan aku takut kau juga tidak bisa menerima kehamilanku," jelas Isabella.

Javier membalas. “Aku memang kejam, itu benar. Namun aku tidak mungkin kejam dengan orang yang kusayang, Isa.”

Isabella yang mendengar itu memalingkan wajah salah tingkah.

Javier tersenyum lembut melihatnya. "dan masalah kehamilanmu, kenapa kau berfikir aku tidak akan menerimanya? Seburuk apapun diriku, aku harus bertanggung jawab, Isa."

Isabella bernafas lega, Javier tidak seburuk pikirannya.

"Apakah ada lagi yang kau sembunyikan dariku, sayang?" Javier bisa melihat kegelisahan di mata Isabella.

Isabella mengangguk.

"Anakmu...."

Javier menunggu Isabella melanjutkan ucapanannya.

"....kembar. Mereka kembar, Jav."

Javier tertegun sejenak. "Aku hanya melakukannya malam itu dan langsung kembar? Wah, Kualitas ku memang premium." Lalu terkekeh.

Isabella mengigit bibirnya, yang benar saja pria itu! Astaga, kualitasnya premium? Muka Isabella menjadi memerah malu.

Javier mengusap bibir Isabella. "Jangan pernah mengigit bibirmu di depanku, Isa."

"Berhenti menatapku seperti itu, Jav.”

"Seperti apa memang?"

"Mata mu itu menyeramkan tahu!"

"Kenapa dengan mataku?"

"Biasa saja menatapnya!"

"Aku menatapmu biasa saja."

Isabella menjadi kesal. "Ish!!! Kau menyebalkan!"

Javier tertawa. Sifat asli Isabella telah keluar, tidak seperti tadi yang malu-malu kucing kini Isabella seperti macan betina yang mengamuk.

Isabella terpesona melihatnya Javier tertawa. Baru kali ini melihat pria tersebut tertawa lepas.

"Mengapa wajahmu tambah memerah?" tanya Javier menggoda. Isabella memalingkan wajah yang memanas.

Javier menarik Isabella ke pangkuaanya. "Terluslah mengomeliku sebab kau terlihat sexy dan mempesona."

Isabella memiliki perasaan tidak enak, sepertinya

Javier akan memakannya kali ini.

***

Bunyi pintu bergeser membuat Jayden dan Iriana langsung menoleh dan mendapati Isabella yang tersenyum menghampiri keduanya.

"MOMMY!"

Jayden dan Iriana memeluk Isabella.

"Mommy kemana saja tadi? Ana takut disini Mommy..." keluh Iriana

"Maafkan Mommy sayang..."

"DADDY!"

Suara teriakan Jayden mengalihkan perhatian Iriana dan Isabella.

Jayden berlari kencang dan meloncat pada Javier yang langsung menangkapnya.

Javier memang mengikuti Isabella untuk bertemu kedua anaknya.

Sedangkan Iriana dalam kebingungan, mengapa Jayden memanggil pria itu daddy? Bukannya daddy-nya Xander? begitu pikirnya.

"Daddy, aku mencarimu! Kau berjanji tadi untuk menyusul, mengapa kau lama sekali?!" gerutu Jayden digendongan Javier.

"Daddy memiliki urusan yang harus dituntaskan tadi, boy." Javier melirik Isabella jahil.

Isabella berdecak, memang tidak waras pria itu!

"Mommy dia siapa?" tanya Iriana.

"Ini Daddy kita Ana!" sahut Jayden riang.

Javier melangkah medekati Iriana. Menatap anak perempuannya, jika Jayden mirip dengan dirinya dan warna matanya mengikuti Isabella. Iriana kebalikannya, mirip sekali dengan Isabella namun warna matanya sama dengannya.

"Daddy?" Iriana menekuk alisnya bingung. Ia menatap Isabella. "Dia bukan Daddy Xander!" ucap Iriana tidak suka.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status