"Bercinta. Aku ingin bercinta denganmu malam ini, Isa."Sontak Isabella terkaget. Ia tidak bisa berbuat apa-apa ketika Javier melangkah menuju kasurnya. "J-jav...kau masih terluka..." Isabella terbata-bata. Ia belum siap mengulang kejadian malam itu. Javier merebahkan Isabella kemudian menindih wanita itu. Lihat, betapa indahnya pemandangan Isabella di atas sini. "Ini hanya luka kecil." Isabella menatap Javier tidak percaya. Luka kecil katanya? Muka pria itu berdarah dan lebam biru."T-tapi..." Isabella mengigit bibirnya. Javier yang melihat itu langsung mengusap bibir Isabella. "Jangan mengigit bibirmu di depanku." Masih dengan mengusap bibir lembut Isabella.Manik Javier dan Isabella saling menatap dalam. Tidak tahu kapan bibir mereka kembali bertemu, dalam belitan yang mengebu-ngebu. Javier melepaskan tautan bibir mereka, menurunkan kepala, mengecup, menjilat, lalu mengisap leher Isabella hingga menimbulkan kemerahan. Isabella mengigit bibirnya menahan desahan saat dadanya d
Wiliam adalah adik laki-laki dari daddy-nya. Wiliam di kenal kriminal, karena tidak terhitung berapa kali ia keluar penjara. Wiliam di penjara paling lama hanya satu minggu, karena pria itu memilik banyak uang. Membayar kepolisian hal yang mudah baginya.Pria itu mempunyai bisnis yang ilegal, seperti bandar narkoba, menjual senjata ilegal, serta perdagangan manusia. Tidak heran ia mempunyai banyak uang. Sebab, Wiliam adalah ketua mafia di Russia. Sudah lama Javier tidak mendengar nama Wiliam lagi. Menurut informasi anak buahnya, pria itu selama ini hanya fokus pada organisasi mafianya. "Kau sudah mendengarnya?" Javier menoleh saat mendengar suara Xander. "Ada urusan apa kau di sini?" Xander memutar matanya. "Oh c'mon, man. Kau marah padaku? Maafkan aku memukul mu kemarin, tetapi bukannya kau pantas menerimanya?" sinisnya. Javier berdecak. "Untuk apa aku marah? Buktinya aku tidak membalas pukulanmu. Kalau aku marah, kau sudah terbaring di rumah sakit." "Kau sudah mendengar Wilia
"Siapa ini, Jav?" Manik Lauren menatap Isabella bingung kemudian bergeser pada Jayden dan Iriana yang duduk di seberang Isabella. "Astaga! Apa ini nyata?!" pekik Lauren saat melihat Jayden dan Iriana.Lauren melangkah cepat mendekati keduanya. "J-javier! Kau bisa menjelaskan semua ini?!" Javier menghela nafas, ia tidak duga ibunya akan mengetahui secepat ini. "Anakku," ujarnya dengan tenang. Isabella kaget mendengar ucapan Javier, ingin ia menoleh untuk menatap pria itu, namun Isabella masih kesal akan perilaku Javier padanya.Jayden menyudahi makannya lalu menatap seorang wanita tua di hadapannya. "Salam, perkenalkan aku anak mereka dan ini kembaranku." Seraya mengulurkan tanganya untuk berjabat tangan. Lauren memandang Jayden takjub. "Kau sangat cerdas!" Jayden tersenyum."Iriana, berhenti mengunyah dan perkenalkan dirimu," pintah tegas Jayden. Iriana cemberut memandang kesal Jayden. Ia melirik ke arah Lauren dan berkata malu-malu. "H-hallo..." Jayden langsung tertawa menden
"Isa?" Isabella menoleh saat mendengar suara serak Javier. "Kau tidak apa-apa?" Isabella mendekat kemudian memeriksa suhu tubuh Javier kembali.Javier menatap wanita itu bingung. "Apa maksudmu? Tentu saja aku baik—tunggu dulu," ucapan Javier tertahan saat ia baru menyadari sedang ada di kamarnya. "Bukankah aku sedang di ruang kerja?" tanya Javier bingung. "Pukul tiga nalam tadi aku mencarimu dan ternyata kau di ruang kerjamu, saat aku ingin membangunkanmu tetapi kau tidak bangun-bangun, aku kira kau pingsan. Jadi tadi aku langsung memanggilkan dokter," jelas Isabella.Javier bertambah bingung. “Aku tertidur?” Isabella menangguk. Seingat Javier semalam ia sibuk membaca laporan perusahannya. “Mungkin kau lelah, Jav. Lebih baik kau tidur kembali, ini masih pagi,” ucap Isabella.“Tidak, sayang. Aku harus bekerja.” Javier bangkit namun ditahan oleh Isabella. “Astaga! Kau benar-benar gila kerja rupanya. Ini hari libur, Javier!”“Aku hanya bercanda.” Javier menarik tangan Isabella unt
Air mata Isabella terus mengalir dengan jelas. Ia tidak tau siapa pengirim yang memberika sebuah beberapa foto Javier dan seorang perempuan muda. Keduanya tidak berpakaian. Walaupun muka Javier tidak terlihat, Isabella tahu tempat itu ruang kerjanya Javier. Entah kapan Javier sudah berselingkuh dibelakangnya atau mungkin dirinya yang selama ini menjadi selingkuhan? Kedua anaknya sedang menginap di rumah orang tua Javier. Kedua tangan Isabella mengambil cepat pakaiannya dan di masukkan ke dalam koper, tidak peduli berantakan. “Apa yang kau lakukan?!” sentak Javier setelah membuka pintu kamar dengan kasar. Isabella tidak peduli datangnya Javier. “Isabella!” Javier menyentak tangan Isabella untuk berhenti mengemas barangnya. Isabella menepis tangan Javier dan tetap tidak mengubris pria itu.“Kau punya telinga kan?!” Javier menarik tangan Isabella hingga wanita itu berdiri. Kedua tangan Javier memegang bahu Isabella. “Kau kenapa?” tanya Javier khawatir saat melihat mata Isabella b
Javier melaporkan semua yang dilakukan Wiliam selama di Italia. Catatan kriminal pamannya juga mempermudah polisi untuk menangkap pria itu. Setelah penangkapan Wiliam. Javier kini sedang berada di rumah orang tuanya, sebab Isabella dan kedua anaknya menginap beberapaa hari di sini.Ngomong-ngomong mengenai kesalahpahaman mereka belum juga selesai. Isabella sampai saat masih tidak mau berbicara dengannya. "Kau sedang bertengkar dengannya?" tanya Lauren yang dibalas anggukan oleh Javier. "Jangan terlalu lama. Kapan kalian akan menikah?" tanya Lauren kembali.Javier mendadak tidak berselera makan setelah mendengar pertanyaan Lauren. "Kau berniat menikahinya bukan?" Mata Lauren menyipit."Pertanyaan apa itu, Mom? Tentu saja!" Javier berdecak."Lalu?""Lalu apa?""Lalu kenapa kau terlihat tidak bersemangat?" Javier menghembuskan nafasnya. "Isa belum siap menikah, itu faktanya.""Kau sudah membujuknya dengan baik-baik?" Perkataan Lauren membuat Javier terdiam. Saat itu obrolan mereka
"Kau mencintaiku kan?"Perkataan Javier terus terpikir di kepala Isabella. Kini ia sedang berada di balkon kamar tidur, menikmati sejuknya udara malam.Di belakang sana ada Javier yang sedang tidur pulas. Isabella terbangun tengah malam karena tidak bisa berhenti memikirkan perkataan Javier dan Lauren. Apakah ia mencintai Javiet?Tapi mengapa hanya ia yang ditanyakan? Isabella juga ingin tahu apakah pria itu juga mencintainya? Entalah setelah pertemuan kembali dengan Javier, jantung Isabella langsung berdetak cepat. Selalu nyaman jika berada di dekat pria itu.Isabella memang buruk dalam percintaan, bisa dibilang ia tidak mempunyai mantan satupun. Hidupnya sibuk belajar dan meraih cita-citanya sebagai dokter.Ngomong-ngomong mengenai dokter, Isabella jadi rindu pekerjaannya."Isa? Kenapa kau di luar? Astaga, kau akan kedinginan, sayang." Javier menghampiri Isabella dan menyelimuti tubuh wanita itu.Isabella mendongak menatap wajah Javier khas bangun tidur. "Kenapa kau bisa terbangun
Seolah mendapat pencerahan dari Xander, Isabella sudah memutuskan untuk menyetujui ajakan untuk menikah dengan Javier. Setelah mengetahui selama ini dia ternyata mencintai Javier, Isabella menjadi takut bertemu pria itu. Lebih tepatnya malu. Sebab ia sudah mengetahui perasaannya sekarang. Isabella memang bisa dikatakan bodoh dalam percintaan. Kini jam sudah menunjukan pukul 7 malam yang dimana 1 jam lagi Javier akan pulang dari kantornya. Pria itu memang akhir-akhir ini sibuk sekali dengan pekerjaan. Isabella jadi berfikir apakah Javier juga mencintainya? Namun perkataan Xander mengenai Javier sudah pasti mencintainya terngiang di kepalanya. Kalau dilihat-lihat, memang perilaku Javier semakin-kesini semakin berubah yang dalam artian semakin terbuka dengan Isabella. Bahkan pria itu tidak malunya menyuruh Isabella untuk mengambil celana dalamnya. "Sayang? Kau belum tidur?" Suara dari pintu masuk membuyarkan lamuan Isabella. Wanita itu tersenyum manis saat melihat Javier dengan set