Beranda / Romansa / Obsesi Dosen Tampan / 20. Ciuman di Dalam Mobil.

Share

20. Ciuman di Dalam Mobil.

Penulis: Amaleo
last update Terakhir Diperbarui: 2025-11-19 09:49:20

Leonard langsung mendekat, memeriksa kantong plastik itu. “Ini … dompet Ariana,” katanya lirih, jelas terkejut. “Dan lokasinya … di belakang gedung?”

Staf itu mengangguk. “Iya. Bukan di koridor locker. Di luar, dekat area servis. Lumayan jauh dari sini.”

Ketika Leonard memastikan bahwa dompet itu ditemukan di belakang gedung, ekspresi Mrs. Harrington menegang.

Sangat halus—hanya sepersekian detik—tapi cukup untuk terlihat oleh siapa pun yang memperhatikannya.

Rahang wanita itu mengeras, matanya menyipit tipis seolah menahan sesuatu yang bukan lagi kejengkelan pada Zelda, melainkan kekecewaan pahit pada Ariana.

Leonard menoleh pada Ariana dengan sorot mata seriusnya.

Ariana kaku seketika. Wajahnya yang tadi sudah pucat kini memucat dua kali lipat. Ia menggigit bibir, tangan gemetar kuat, lalu perlahan menunduk dalam-dalam.

“Kesimpulannya jelas,” ucap Leonard dengan suara tenang tapi mengancam. “Zelda hanya lewat. Tidak menyentuh dompet. Tapi, ada satu hal yang kau sembunyikan …,” Mat
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Obsesi Dosen Tampan   S2-107. Malam yang Hangat.

    Zelda merasakan jantungnya seperti jatuh ke perut. Wajahnya langsung memanas, mata membulat panik. Ia menatap Sarah dengan ekspresi ‘Sarah, bunuh aku sekarang juga!’Kevin mendelik terkejut, mulutnya terbuka sedikit, seolah dalam hati berteriak ‘Aku tak dengar apa-apa! Aku tak tahu apa-apa!’Sarah langsung membeku, wajahnya merah padam seperti tomat matang. Tangannya melambai cepat di udara, seperti orang mencoba memadamkan api yang baru saja ia nyalakan sendiri.“B-Bukan itu maksudku!!” jerit Sarah tergesa, suaranya nyaris melengking. “Maksudnya … eh … m-mereka berjodoh dalam arti … eh … takdir akademik!” Sarah mengangguk mantap. “Ya! Takdir akademik!”Ariana masih menunjuk Zelda dengan jari gemetar, mata melebar seperti baru saja melihat hantu. “T-tapi … Sarah, kau bilang ‘berjodoh’! Dan ‘ditakdirkan bersama’! Itu—”Zara langsung mengangkat tangan—gerakan tegas, tapi lembut, seperti dosen yang sedang menenangkan kelas gaduh.“Tenang, anak-anak,” ucap Zara dengan suara yang kembali

  • Obsesi Dosen Tampan   S2-106. Keluar dari Papan Catur.

    “Jadi … kau yang akan menanggung akibatnya, Noah.”Asap cerutu menggantung di antara mereka. Noah tidak mundur. Tidak pula membalas senyum itu.Ia menatap Christopher lurus—tatapan seseorang yang sudah berhenti berharap pada belas kasihan.“Akibat?” ulang Noah pelan. “Aku sudah hidup dengan akibat sejak lama.”Christopher mengangkat alis, seolah tertarik. “Oh?”“Ayahku dipenjara. Namaku dicemarkan. Wanita yang kucintai hampir mati di meja operasi.” Suara Noah tetap rata. “Kalau itu semua belum cukup, maka aku tidak tahu lagi apa definisi ‘akibat’ menurut Anda.”Christopher terkekeh kecil. “Dramatis sekali.”“Tidak,” Noah menyela. “Ini fakta yang aku alami sendiri, Sir.”Noah melangkah sedikit ke samping, mengitari meja billiard—tidak mendekat, tidak menjauh. Posisi aman. Terkontrol.“Kau mengira menyerahkan Chloe akan membuatmu bersih?” tanya Christopher santai. “Hukum hanya alat, Noah. Dan alat selalu punya pemilik.”Noah berhenti. Menoleh. “Kau salah,” katanya. “Hukum memang alat. T

  • Obsesi Dosen Tampan   S2-105. Resiko dari Pilihan.

    Gudang Halden terasa dingin di malam itu. Lampu neon di langit-langit berkedip pelan, menciptakan bayangan panjang di lantai beton yang basah oleh tetesan air hujan dari atap bocor. Bau besi dan debu menggantung di udara. Di tengah ruangan, tiga sosok diikat di kursi besi. Sosok pria bernama Nick—tubuhnya babak belur, wajah bengkak, darah mengering di sudut bibir. Kepalanya tertunduk lemas, napasnya pendek dan tersengal. Ia sudah tak berdaya—tubuhnya penuh memar karena mencoba melawan saat ditangkap. Chloe duduk di sebelahnya, senyum tipis menggantung di bibirnya—senyum psikopat yang sudah terlalu sering Zelda lihat di mimpi buruknya. Mata Chloe berkilat gila, tapi tubuhnya tetap tenang, seperti ratu yang tahu tahtanya sudah runtuh tapi masih pura-pura kuat. Noelle di kursi paling ujung. Wajahnya pucat pasi, mata merah karena nangis. Tubuhnya gemetar, tapi matanya masih menyimpan sisa-sisa harga diri Grimm yang sudah retak. Noah berdiri di depan mereka, jas hitamnya rapi, tan

  • Obsesi Dosen Tampan   S2-104. Cahaya di Ujung Terowongan.

    “Aku tidak akan melepaskan mereka," ucap Noah dingin.Zelda tidak menjawab. Ia hanya mengusap punggung tangan Noah dengan ibu jarinya—pelan, berulang, seolah menenangkan. Gestur kecil itu jauh lebih kuat dari kata-kata apapun.“Terima kasih …” bisiknya akhirnya. “Karena selalu mengkhawatirkanku, Noah.”Ia membuka mata dan menatapnya—lelah, tapi penuh rasa. “Terima kasih juga … karena kau selalu mengusahakan agar aku aman.”Noah terdiam.Matanya turun ke wajah Zelda—ke selang di tubuhnya, ke bekas luka yang tersembunyi di balik perban, ke napasnya yang masih belum sepenuhnya stabil.Lalu, tanpa berkata apa-apa … ia mencondongkan tubuhnya. Bibir Noah menyentuh bibir Zelda.Dalam.Lama.Penuh rasa takut yang akhirnya dilepaskan. Zelda tidak membalas dengan tenaga—tubuhnya belum sanggup. Tapi, ia membalas dengan kehadiran. Dengan tetap di sana. Dengan tetap hidup.Noah menarik sedikit, dahinya menempel di dahi Zelda.“Jangan berterima kasih,” bisiknya serak.Ia mencium bibir Zelda lagi—l

  • Obsesi Dosen Tampan   S2-103. Tangis Kebahagiaan.

    Kesadaran itu datang perlahan. Bukan seperti bangun dari tidur—melainkan seperti ditarik paksa dari dasar laut. Gelap lebih dulu. Lalu cahaya putih menembus kelopak matanya—menyilaukan, menusuk. Suara-suara berdengung samar, bercampur dengan bunyi ‘bip’ yang ritmis dan asing. Zelda mencoba bernapas. Dadanya terasa … berat. Sakit. Nyeri tajam menjalar dari bahu ke dada, lalu merayap turun ke perut—menusuk, menghantam, membuat napasnya tercekat di tenggorokan. Tubuhnya refleks bergerak. Dan rasa sakit itu meledak. “Akh —!” Jeritan kecil itu keluar pecah, nyaris tak bersuara. Tenggorokannya kering, suaranya patah, seolah tubuhnya belum sepenuhnya kembali menjadi miliknya. Jari-jarinya gemetar. Dan saat itulah … ia merasakan sesuatu. Hangat. Sebuah genggaman. Tangan seseorang yang mencengkram tangannya erat—terlalu erat untuk dilepaskan. Zelda mengerjapkan mata. Pandangan buram itu perlahan membentuk satu wajah. “Zelda …?” Suara itu bergetar hebat. Matanya be

  • Obsesi Dosen Tampan   S2-102. Zelda Siuman.

    “Wanita itu ….”“Seorang mahasiswi …” lanjut Christopher, suaranya kini dingin dan pasti.“... yang bernama Zelda Lynn, bukan?”Noah terdiam.Tangannya mengepal semakin erat hingga buku jarinya memutih. Otot rahangnya mengeras, napasnya tertahan di dada. Untuk sepersekian detik, nama itu menggema terlalu keras di kepalanya.Zelda.Di seberang sana, Christopher tertawa pelan.Bukan tawa keras.Bukan tawa puas.Hanya tawa datar—kosong.“Tenang saja,” ucapnya santai. “Urusan wanitamu itu bukan urusanku.”Ia berhenti sejenak, lalu menambahkan ringan, seolah membicarakan cuaca.“Itu urusan Chloe.”Noah tidak langsung menjawab. Napasnya mulai liar, tak beraturan. Ada amarah yang berusaha ia tekan habis-habisan.“Jadi,” lanjut Christopher tenang, “sekarang apa yang kau inginkan lagi, Noah?”Suara Noah keluar lebih rendah dari yang ia duga. Tertahan. Tajam. “Apa Anda tahu, di mana Chloe berada?”Hening singkat.Lalu—“Anakku?” Christopher terkekeh kecil. “Oh.”Nada suaranya terlalu enteng. “

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status