Share

Bertemu

Penulis: Cyma
last update Terakhir Diperbarui: 2023-06-16 20:30:07

"Tidak perlu terlalu gugup seperti itu. Mereka tidak akan menggigitmu." 

Helen berjalan mondar-mandir di kamar itu sambil meremas jemarinya. Dia terlalu terkejut ketika Gavin mengatakan bahwa kedua orangtua angkat lelaki itu akan datang besok dan menemuinya. Dia takut apabila dia melakukan kesalahan di hadapan kedua orangtua Gavin. 

Dia memikirkan segala kemungkinan buruk. Bagaimana kalau kedua orang tua Gavin tidak menyukainya dan memecatnya dari rumah ini. Jika sampai itu terjadi, dia mungkin tidak akan punya harapan lagi karena tidak terlalu berani untuk bekerja di luar sana ketika modalnya belum cukup. 

"Apa yang akan mereka katakan kalau mereka tahu bahwa aku sudah lama di sini dan bahwa kau membiarkanku tinggal di rumah ini sebelum kemudian kau jadikan sebagai koki?" Helen merasa cukup bingung harus mengatakan apa lagi. Dia mengambil segelas air putih dan meminumnya. Setidaknya cukup untuk membuatnya tenang beberapa saat. 

"Sudah kukatakan kau tidak perlu terlalu khawatir. Mereka bukan orang yang jahat. Terutama ibuku, dia orang yang lembut sama seperti ibu yang lainnya di luar sana." 

Helen pun berusaha menenangkan dirinya dan juga menepis semua pikiran buruk itu. Padahal tidak seharusnya dia berpikir seperti itu tentang orang tua Gavin. Helen duduk di sofa kamar tidur itu dan tepat di samping Gavin. Dia menghela napas panjang. 

"Kuharap kau bisa memberiku beberapa saran tentang apa saja yang harus kulakukan nanti ketika bertemu dengan orang tuamu." Helen memandang dalam mata Gavin yang malah membuat Gavin tertawa karena merasa lucu dengan ekspresi Helen saat ini. 

"Kau terlihat seperti akan bertemu presiden saja. Sudahlah, tidak perlu ada perlakuan yang terlalu istimewa ketika kau bertemu dengan mereka. Kau cukup berperilaku seperti biasa saja. Orangtuaku juga tidak terlalu suka dengan tipe pembicaraan atau pertemuan yang terlalu formal. Menurut mereka itu sangat kaku." 

Helen mengangguk paham. Maka pada saat itu juga dia bahkan memilih pakaian terbaik untuk dia pakai besok. Helen merasa tidak bisa tidur karena terpikir akan hal itu. Dia terlalu gelisah entah bagaimanapun dia berusaha untuk berpikir bahwa semuanya akan baik-baik saja. 

Ibu angkat Gavin yang pertama kali ditemui oleh Helen karena memang wanita itu yang lebih dulu masuk ke rumah daripada suaminya. Ibu angkat Gavin mungkin sudah berumur, namun wajahnya terlihat masih sangat cantik. Tubuhnya berisi dan rambutnya panjang terurai. 

"Ternyata kau jauh lebih cantik daripada ketika Gavin memperlihatkan fotomu pada kami. Terima kasih sudah membantu Gavin di rumah ini. Namaku Gracia Lawrence." Gracia tersenyum dan mengulurkan tangan pada Helen. Helen pun membalas senyuman dan uluran tangannya. Ternyata memang benar bahwa orang tua Gavin tidak terlalu suka dengan pertemuan atau pembicaraan yang terlalu formal. Terlihat dari cara bicara Gracia yang santai. 

"Nama saya Helen, Nyonya." 

Helen melihat Gracia mengangkat alis ketika dia memperkenalkan diri. Seperti terkejut yang membuat Helen juga merasa bingung bahkan takut apabila dia mengatakan sesuatu yang salah. 

"Santai saja. Tidak perlu panggil aku dengan sebutan nyonya. Panggil saja dengan sebutan ibu." 

Helen tentu saja merasa ragu ketika harus langsung menyebut Gracia dengan sebutan ibu. Rasanya seperti ada sesuatu yang aneh dalam hatinya. Biar bagaimanapun dia tidak terlalu akrab dengan Gracia. Gracia juga bisa dibilang majikannya meskipun yang mempekerjakannya di sini adalah Gavin. 

"Entahlah, aku ... " 

"Aku tahu dan sangat mengerti. Kau tidak perlu terlalu sungkan. Anggap saja aku sebagai temanmu. Para pelayanku di rumah juga biasa melakukan hal itu. Kami juga sering berlibur bersama." 

Meski masih merasa ragu, namun karena Helen juga tidak mau membuat Gracia kecewa, akhirnya dia hanya bisa mengangguk setuju. 

Ayah angkat Gavin akhirnya masuk setelah memarkirkan mobil. Dia memperkenalkan diri dengan nama Liam Lawrence. Liam bahkan membelikan pizza untuk Helen. Membuat Helen semakin mengerti bahwa memang benar apa yang dikatakan oleh Gavin. Kedua orangtua angkat lelaki itu memang sangat baik. 

"Apa sebelumnya Gavin memang membuka lowongan kerja dan kau langsung melamar kerja setelah mengetahui informasi itu?" 

Helen langsung terdiam mendengar pertanyaan Gracia. Mereka berada di meja makan saat ini dan menikmati beberapa kotak pizza itu. Dia merasa ragu untuk menceritakan tentang semua hal yang sudah terjadi sebelum kemudian dia bekerja sebagai koki di rumah itu. Helen melirik ke arah Gavin, berharap lelaki itu bisa sedikit membantunya karena memang dia merasa sangat bingung untuk menjelaskan semua itu pada kedua orang tua Gavin. 

"Yah, aku memang membuka lowongan pada awalnya. Dia datang keesokan harinya. Langsung kuterima karena memang dia pandai memasak." Gavin yang menjawab. Sepertinya memang sudah sangat paham dengan kebingungan Helen saat ini. Diam-diam Helen menghela napas lega. 

Helen juga merasa sangat bersyukur karena setelah itu Gracia ataupun Liam tidak lagi menanyakan sesuatu yang berurusan dengan kehidupan pribadinya. Gracia dan Liam memang sangat paham bahwa tidak sopan apabila menanyakan kehidupan pribadi orang lain yang baru saja dikenal. Gracia lebih memilih memberitahu Helen tentang masakan atau apa saja yang disukai oleh Gavin setelah mereka menikmati pizza itu, sedangkan Gavin dan juga ayahnya berada di kamar tidur untuk mendiskusikan pekerjaan. 

"Dia sebenarnya suka masakan yang digoreng, walaupun hanya untuk sekadar cemilan. Dan aku selalu melarangnya untuk memakan gorengan terlalu banyak. Jadi mungkin kau masih boleh menyajikan masakan semacam itu padanya asalkan dalam porsi yang cukup. Aku takut apabila terlalu banyak minyak jadi tidak sehat untuknya." 

Helen mengangguk paham dan melihat dengan seksama buku yang memperlihatkan berbagai jenis masakan itu. Dia juga menandai makanan apa saja yang disukai oleh Gavin. Selama ini dia tidak pernah memikirkan itu karena Gavin sendiri juga tidak pernah protes dengan masakannya, selalu memakan apa pun yang tersaji di meja makan. 

"Oh, ya! Apa kau punya waktu besok malam?" tanya Gracia sambil menutup buku masakan itu. Helen menggeleng sambil mengerutkan kening. "Kalau begitu, kau mungkin bisa pergi bersama Gavin ke pesta yang diadakan oleh teman bisnisnya. Dia bilang dia butuh teman kencan untuk pergi ke pesta itu." 

Helen tentu saja terkejut dan langsung membulatkan mata. Teman kencan? Dia bahkan tidak pernah berpikir tentang hal semacam itu, bahkan ketika dahulu dia masih kuliah. Sekarang Gracia mendadak saja memintanya untuk menemani Gavin ke sebuah pesta sebagai pasangan. Apakah dia harus menerimanya? 

Bagaimana jika seandainya sesuatu yang tidak dia inginkan terjadi di pesta itu. Sudah bisa dipastikan bahwa itu adalah pesta yang akan dihadiri oleh para taipan kaya, tidak menutup kemungkinan bahwa Rey mungkin juga ada di sana.

"Bagaimana? Apa kau mau?" tanya Gracia lagi.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Obsesi Gelap sang Pewaris   Baik-Baik Saja

    "Kau sudah baik-baik saja?" tanya Albert setelah kembali melihat Helen hari ini. Dari wajah Albert saja sudah bisa ditebak bahwa dia memikirkan banyak hal, terutama ketika mengingat bahwa Helen baru saja mengalami keguguran. Alisnya sedikit berkerut. Wajahnya yang biasanya tegar dan kuat sekarang terlihat was-was.Perasaan campur aduk terlihat jelas di dalam mata Albert. Dia mungkin merasa bersalah karena insiden tersebut, dan perasaannya terhadap Helen, yang juga merupakan teman dekatnya, terasa sangat salah. Helen tersenyum manis dan mengangkat kedua tangannya tinggi-tinggi, merasa lebih lega sekarang. Dia seperti merasakan sesuatu yang jauh lebih bebas daripada hari sebelumnya. Dia tidak tahu perasaan semacam apa ini. Dia hanya merasa jauh lebih bahagia. Mungkin karena memang faktor hormon yang selalu berubah-ubah. "Yah, kau tidak perlu terlalu khawatir. Aku sudah baik-baik saja." Albert menghela napas lega. Dia menatap mata Helen yang sama sekali tidak balas menatapnya. "Aku me

  • Obsesi Gelap sang Pewaris   Satu-satunya

    "Kenapa kau terlihat sangat marah? Kau marah karena kehilangan bayinya atau kau marah padaku?" Gavin menatap wajah Helen yang sejak tadi seakan tidak mau menatapnya balik.Kamar rumah sakit itu hening, suasana tegang menggantung seperti awan. Cahaya pucat dari lampu langit-langit menyinari ruangan, memantulkan kebisuan. Suara detak jam dinding terdengar seperti dentingan waktu, semakin menegaskan keheningan yang melingkupi mereka berdua. Di tengah ruangan, Helen dan Gavin saling diam setelah apa yang baru saja terjadi. Meskipun suara mereka rendah dan terkontrol, kemarahan itu terasa begitu kentara, seperti medan magnetik yang bertabrakan, menciptakan gelombang kemarahan yang tak terucapkan. Helen juga tidak tahu apa yang terjadi pada dirinya. Ada suatu gejolak besar dari dalam hatinya yang sama sekali tidak bisa dia jelaskan di saat seperti ini. Dia tidak tahu apa yang harus dia katakan kepada Gavin. Helen beranjak dari kasur itu dan menatap mata Gavin. Kesunyian itu seakan membun

  • Obsesi Gelap sang Pewaris   Tidak Tahu

    "Mohon maaf, dia keguguran." Gavin langsung terpaku di tempat ketika mendengar apa yang dikatakan oleh dokter itu. Butuh waktu beberapa lama baginya untuk mencerna makna dari kalimat singkat itu. Ada sesuatu yang ingin dia katakan, sesuatu yang menyampaikan segala kebingungannya, namun kalimat itu seakan berhenti di ujung lidah, tidak bisa keluar begitu saja. Di belakang Gavin, Albert juga berdiri kaku. Ada banyak hal yang menjejali kepala dua lelaki itu. Gavin merasa sangat terkejut setelah mengetahui bahwa ternyata selama ini Helen sedang hamil. Sedangkan Albert juga ingin menanyakan banyak hal kepada Gavin tentang kehamilan Helen. Koridor rumah sakit itu terasa lebih sepi daripada biasanya, padahal masih ada banyak dokter dan para perawat yang lalu lalang. Gavin merasakan seolah tak ada nyawa lagi di rumah sakit ini. Terasa hampa dan sangat hambar. Semua menguap karena rasa terkejut dari dalam hati kecilnya. "Maksud, Dokter? Maaf, saya tidak mengerti sama sekali," ucap Gavin ag

  • Obsesi Gelap sang Pewaris   Ke Rumah Sakit

    "Apa yang terjadi pada Helen?" suara panik Gavin memecah keheningan lokasi syuting. Dia dengan cepat melangkah ke arah tubuh Helen yang tergeletak di tanah. Orang-orang di sekitarnya hanya bisa menatap tanpa melakukan apa pun, bahkan malah banyak orang yang merekamnya.Tanpa ragu, Gavin dengan cepat mengangkat tubuh Helen yang tidak sadarkan diri, mengangkatnya dengan hati-hati. Albert tentu saja juga khawatir, dia mengikuti Gavin yang membawa Helen ke mobil yang terparkir tidak jauh dari lokasi syuting. Gavin segera berlari ke sisi pengemudi dan menyalakan mesin mobil. Dengan cepat dan hati-hati, dia memacu mobil menuju rumah sakit terdekat. Gavin tidak tahu kalau Albert mengikutinya dari belakang.Sambil berkendara, Gavin terus mencoba membangunkan Helen. "Helen, bangunlah," bisiknya dengan suara lembut, namun tidak membuahkan hasil sama sekali. Di belakang mereka, Albert menjaga jarak, menngikuti setiap pergerakan mobil Gavin. Hatinya berdebar, terus berharap agar Helen baik-baik s

  • Obsesi Gelap sang Pewaris   Apa yang Terjadi?

    "Aku akan membicarakannya dengan Albert," ucap Helen sebelum berangkat ke lokasi syuting. Dia tersenyum ke arah Gavin, membiarkan lelaki itu yang mengantarnya hari ini. Albert sebenarnya sudah mengirim pesan pada Helen agar mereka berangkat bersama pagi ini seperti biasa. Namun karena kejadian tadi malam, Helen tentu saja menolak tawaran dari Albert.Helen keluar dari mobil setelah mereka sampai. Dia melambaikan tangan ke arah Gavin sebelum kemudian lelaki itu pergi ke tempat kerjanya sendiri.Dia langsung menemui Albert di lokasi syuting itu. Melihat Albert duduk sendirian di salah satu kursi, tepat di samping para pemain lainnya. Dengan gugup Helen menghampiri lelaki itu. Berbisik sejenak pada Albert agar bisa sedikit menjauh dari para aktor lainnya dan mereka bisa berbicara berdua. Albert yang walaupun merasa heran, tetap mengusahakan untuk menuruti apa yang dikatakan Helen. Mereka duduk berdua, jauh dari orang-orang.Helen mengambil napas dalam-dalam, menatap ke arah Albert, mera

  • Obsesi Gelap sang Pewaris   Aku Mencintaimu

    Helen hanya bisa menahan nafas ketika Gavin menggagahinya. Gavin tidak mungkin mabuk. Helen cukup tau bahwa seorang pria tidak akan bisa ereksi ketika sedang mabuk. Jangankan ereksi, untuk bangun dari tempat tidur saja rasanya sulit. Helen sudah tidak mengenakan pakaian apa pun. Gavin melemparnya ke tempat tidur begitu saja. Entah harus disebut apa, namun Helen sama sekali tidak merasa kalau Gavin memperkosanya, meskipun memang caranya cukup kasar, namun Helen cukup menikmatinya. Bahkan dia juga mendesah. "Gavin, aku lelah. Tolong, cepatlah keluar." Helen mengeluh karena merasa kalau sebentar lagi dia akan pingsan jika seandainya Gavin tetap melanjutkan permainan ini. Dia merasakan gairah dan juga kemarahanGavin dalam permainan ini. Helen tahu kalau Gavin sudah marah padanya, dia belum menyadari penyebab dari kemarahan lelaki itu. Helen tetap saja bergerak cepat di atasnya. Sedikit perih namun juga geli di bagian kemaluannya. Setelah beberapa menit akhirnya Gavin mengerang, tidak

  • Obsesi Gelap sang Pewaris   Kenapa?

    Helen sudah pasti salah sangka, namun dia tidak menyadarinya sama sekali. Selama proses syuting hari ini, Gavin sama sekali tidak menelepon walau hanya satu kali. Padahal biasanya Gavin selalu menyempatkan diri menelepon Helen minimal sekali untuk memastikan keadaannya.Dan karena hal ini juga Helen merasa gelisah karena takut terjadi sesuatu yang salah. Dia tidak mau kalau hubungannya dengan Gavin jadi renggang karena sesuatu yang dia sendiri tidak sadari."Ayolah, Gavin. Kenapa kau tidak mengangkat teleponnya?" Helen menempelkan smartphone itu ke telinganya. Dia merasa gelisah karena Gavin sejak tadi tidak mengangkat telepon darinya.Suara berisik di sekitar lokasi syuting semakin membuatnya merasa frustasi. Helen menutup kedua telinga. Panggilan itu masih berdering dan tidak digubris sama sekali oleh Gavin."Kau terlihat kesal sekali. Apa ada sesuatu yang terjadi hari ini? Atau mungkin kau sedang menstruasi?"Helen tersentak ketika seseorang mendadak duduk di sampingnya dan mengelap

  • Obsesi Gelap sang Pewaris   Albert

    "Siapa lelaki itu?" Helen mengangkat alis ketika Gavin bertanya dengan nada dingin. Dia memang baru saja pulang dari lokasi syuting. Kali ini dia pulang bukan dijemput oleh Gavin atau juga menaiki kendaraan umum, dia diantar oleh salah satu lawan mainnya. Helen menoleh ke belakang ketika orang yang mengantarnya tadi sudah berbalik dan siap untuk meninggalkan beranda apartemen mereka. Helen hanya tersenyum sambil mengangkat bahu ke arah Gavin. "Dia hanya temanku. Dia salah satu lawan mainku. Namanya Albert," jawab Helen dengan tenang sambil melemparkan ranselnya begitu saja ke atas sofa ruang tamu. Dia juga melepas ikat rambutnya, bersiap untuk mandi. Walau cuaca kali ini memang masih dingin, namun dia merasa kalau tubuhnya sangat lengket. Dia harus mandi dengan air hangat sekarang. "Oh, ternyata begitu." Gavin termenung. Dia melipat tangan di depan dada. Masih memandangi beranda apartemen mereka yang sudah sepi. Dia tidak sempat untuk mengajak lelaki itu untuk mengobrol tadi. Lelak

  • Obsesi Gelap sang Pewaris   Dia Pergi

    "Kuharap aku tidak mengganggumu. Kau sedang sibuk?"Helen tersenyum ketika menerima telepon dari Gavin. Dia sedang menghafal dialog sekarang. Gavin juga ada di tempat kerjanya. Mereka tetap berkabar. Gavin juga hanya ingin memastikan tidak ada sesuatu yang buruk pada Helen. Helen duduk di salah satu rumah pohon. Dia selalu suka dengan lantai rumah pohon itu. Terasa sangat hangat. Suhu di lokasi syuting mereka juga terasa sangat pas. Di luar sana, salju sudah tidak turun. Bukit salju di pinggir-pinggir jalan itu juga mulai mencair. Jalanan tidak lagi menjadi penghalang bagi mereka karena sudah tidak terlalu licin."Yah, lumayan." Helen menggigit bibirnya. Dialog itu cukup panjang. Dia juga masih punya waktu karena masih ada banyak adegan lain yang sedang diambil. Aktor lainnya juga ada di sana. Belum tiba gilirannya."Oh, apa aku cukup mengganggu? Kalau begitu, aku akan telepon nanti saja.""Eh, tidak. Kau tidak mengganggu sama sekali." Helen buru-buru menjawab agar Gavin tidak menutu

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status