Share

Obsesi Gelap sang Pewaris
Obsesi Gelap sang Pewaris
Penulis: Cyma

Obsesi Gila

"Kejar dia!"

Helen merasa sudah tidak sanggup melebarkan kaki untuk menjauh dari kejaran sekelompok lelaki itu. Dia tidak sanggup kalau harus kembali dibawa ke apartemen yang dia anggap jauh lebih mengerikan daripada neraka. Langkah kakinya terlalu kecil apabila dibandingkan dengan langkah kaki beberapa lelaki yang mengejarnya sekarang.

Helen menjerit keras berharap ada orang yang bisa mendengar kemudian menolongnya. Namun jeritannya itu seakan tak ada bedanya dengan suara kucing liar. Dia merasakan seseorang menarik baju dan rambutnya dari belakang. Helen sampai meringis sakit ketika ketiga lelaki itu kini menyergap tubuhnya dan memasukkan ke mobil.

"Kami berhasil menangkap Nona Helen."  Salah satu pria itu menelepon sang atasan. Orang yang mendengar hal itu pun tersenyum puas. Helen hanya bisa pasrah karena sebentar lagi dia akan kembali ke apartemen itu.

"Bagus, segera bawa dia kemari. Jangan sampai dia lepas lagi," ucap pria di seberang sana. Telepon itu pun terputus.

Hanya butuh waktu beberapa menit bagi mereka untuk sampai ke apartemen mewah itu. Helen tidak sadar tubuhnya kini dibawa ke sebuah kamar. Kamar yang sebetulnya sudah dia kenali. Jadi memang ini bukan pertama kali dia dibawa ke kamar itu. 

Helen melihat Rey tersenyum penuh kemenangan setelah berhasil menangkap Helen untuk kesekian kalinya. Rey adalah pria yang dijodohkan dengan Helen. Segala penolakan sudah Helen sampaikan pada ayahnya, namun sang ayah justru membiarkan Rey menguasai Helen bahkan sebelum mereka sah menjadi suami istri.

Telah berminggu-minggu lamanya Helen disekap di apartemen mewah itu. Tidak boleh bekerja dan tidak boleh keluar.  Semua kebutuhannya dilayani oleh pelayan. Dia sendiri juga tidak boleh menolak apa pun diinginkan oleh Rey. Berkali-kali dia mencoba kabur, namun berkali-kali pula Rey berhasil menangkapnya.

"Kerja bagus. Kalian memang tidak pernah mengecewakanku. Silakan pergi. Besok pagi aku akan mentransfer uangnya," ucap Rey pada ketiga pria itu. 

Ketiga pria tersebut menunduk sejenak sebelum kemudian keluar dari kamar tersebut.

"Aku membencimu!" Helen meninggikan suara dan menatap tajam ke arah Rey. Dia sudah terlalu lelah meladeni sikap Rey yang terlalu ingin mendominasi dan menguasai dirinya.

Helen malah semakin kesal ketika melihat Rey tersenyum seperti itu ketika dia sendiri melayangkan tatapan tajam padanya. Dia menarik selimut dan berusaha menutupi seluruh tubuhnya. Dia tahu kalau Rey mungkin saja kembali memaksakan kehendaknya pada Helen malam ini. 

"Apa yang membuatmu membenciku? Aku memberikan semua kemewahan seperti yang diinginkan oleh kebanyakan wanita. Aku juga sudah menjamin hidupmu. Bahkan ayahmu sendiri juga mempercayakan dirimu padaku." 

Helen tertunduk mendengar perkataan Rey. Itu hanya sudut pandang Rey, dari pandangannya sendiri dia malah merasa kalau ayahnya telah menjual dirinya pada Rey dengan berdalih bahwa mereka berdua dijodohkan dan akan segera menikah. 

Semua ini hanya demi kepentingan bisnis. Ayahnya melakukan semua ini agar kerjasama bisnisnya dengan Rey bisa berjalan lancar. Helen yang harus mengorbankan kehidupannya dengan memenuhi semua obsesi Rey terhadap dirinya selama ini. 

"Tidak semua wanita bisa bahagia karena harta, terlebih lagi aku tidak mencintaimu sama sekali." 

Rey malah semakin tertawa mendengar perkataan Helen. Helen tahu bahwa Rey tidak butuh cinta darinya, yang diinginkan oleh Rey adalah Helen ada di apartemen ini dan memenuhi apa pun yang diminta oleh Rey. 

"Kau ataupun aku tidak butuh cinta untuk bertahan hidup. Ayahmu sudah menyerahkan dirimu padaku. Jadi lebih baik kau diam saja di sini dan nikmati semua fasilitas di apartemen mewah ini. Aku akan melakukan apa saja untukmu." Rey menyentuh bibir Helen dengan jemarinya yang membuat Helen langsung membuang pandangan. Dia terlalu merasa jijik dengan apa pun yang dilakukan oleh Rey padanya.

"Jangan menyentuhku!" teriak Helen. 

Rey mengangkat alis kemudian bergerak mundur. "Well, kau tahu kalau kau tidak pernah bisa menolak apa pun yang kuinginkan, Helen. Aku juga tahu malam ini kau terlalu lelah. Jadi mungkin lebih baik kau istirahat saja." 

Helen memalingkan pandangan dan mendengar suara pintu yang tertutup. Rey sudah meninggalkannya di kamar itu. Dia langsung menangis tersedu dan memilih untuk membersihkan dirinya sebelum beranjak tidur. 

Helen terbangun pada pagi harinya dan tiba-tiba saja melihat Rey yang sudah rapi dengan kemeja yang dipadu dengan jas kerja. Dia langsung bangun dan bergerak was-was. Rey membawa semangkuk bubur ayam dan juga segelas susu untuknya. 

"Makanlah dulu. Aku harus segera bekerja hari ini." Rey meletakkan semangkuk bubur itu di meja samping ranjang. Helen malah terdiam dan terlihat tidak ingin memakan bubur itu. "Kau tahu kalau aku tidak suka melihat kau jatuh sakit, Sayang. Perlukah aku menyuapimu?" tanya Rey. 

Helen menggeleng dan menyelimuti seluruh tubuhnya. Dia tidak pernah merasa nyaman kalau harus makan di depan Rey. 

"Tidak, tinggalkan saja aku. Aku akan memakannya nanti," ucapnya yang langsung membuat Rey meninggalkan kamar itu untuk segera berangkat kerja. 

Setelah Rey pergi dari sana, barulah Helen bisa menikmati semangkuk bubur itu. Sejenak dia merasa tidak bisa melakukan apa pun di kamar itu. Ada banyak penjaga di luar sana yang ditugaskan untuk menjaga agar dia tidak kabur lagi dari apartemen. Namun jelas Helen tidak kehabisan akal. 

Bahkan hingga hari ini dia masih tidak menyerah sama sekali. Helen menyapu segala ruangan itu dengan matanya, mencari apakah ada benda yang bisa dia manfaatkan untuk kabur dari kamar itu. Namun sayangnya semua jendela di sana tertutup rapat. Hanya pintu yang dibiarkan tidak terkunci. 

Untuk pagi ini Helen tidak mendapatkan ide apa pun bahkan hingga kembali pulang. Dia harus kembali menghadapi perangai dan keinginan pria itu. Hingga sekarang dia masih memberanikan diri untuk memberontak, termasuk juga ketika Rey ingin bercinta dengannya. 

"Aku sudah muak dengan semua caramu, Rey! Aku bisa saja diam di apartemen ini dan tidak kabur lagi, selagi kau tidak memaksakan kehendakmu padaku. Kau membuatku merasa seperti diperkosa selama ini." 

Helen bisa menyadari kalau perkataannya tadi menurut amarah Rey. Dia bisa melihat kemarahan itu dalam mata Rey. Selama ini dia memang tidak bisa menolak permintaan yang satu ini. Karena memang Rey terus memaksanya. 

"Dan seharusnya kau juga sadar bahwa kau adalah milikku. Aku sudah memberikan semuanya padamu, jadi jangan berpikir bahwa kau bisa membantah apa pun yang kuinginkan." Rey memegang kasar kedua pundak Helen dan memaksakan kehendaknya pada Helen. 

Helen menangis ketika untuk kesekian kalinya dia diperkosa oleh Rey. Hanya bisa meringkuk ketakutan di atas ranjang itu setelah Rey menuntaskan hasratnya dan kembali mengenakan pakaiannya setelah beberapa menit. 

Helen tidak memandangi Rey, namun dia masih bisa mendengar suara langkah kaki Rey yang hendak meninggalkan kamar itu. Rey berbalik dan menatap Helen sejenak. 

"Kau tidak akan pernah lepas dariku, Helen. Kau tinggal menunggu dan melihat apa yang akan kulakukan setelah ini."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status