Share

Bab 22

"Maaf, Nin, Mas terpaksa mengizinkan dia di kamar ini. Mas sudah melarang, tapi dia bilang keinginan bayi."

"Mas, sudah diskusinya. Cepat sini, perutku kram. Mau dielus-elus."

"Gila kamu, Zea. Itu bukan anakku. Kamu boleh tidur di mana saja. Tapi jangan minta perhatian apalagi cintaku. Percuma saja. Selamanya hatiku hanya untuk Anin. Bukan untukmu. Jadi, lebih baik kamu menyerahlah. Hentikan permainan bodoh ini."

"Terserah kamu mau ngomong apa, Mas. Aku hanya butuh tanggung jawab. Kamu mau anak ini mati? lihat saja kamu, Mas Kalau kamu tak mau tanggung jawab, aku bakal laporkan ke polisi."

"Laporkan saja. Di mata hukum, aku istri yang sah. Sedangkan kamu, sebagai istri kedua tidak punya kekuatan hukum untuk menuntut."

"Berisik, Mbak. Perutku sakit nih. Arrgh ... Mas sakit ...."

"Zea ...."

Pada akhirnya, Mas Satria tetap tertipu dengan akting perempuan murahan itu. Dia pasti tidak tega. Takut anak itu benar-benar darah dagingnya. Rasa simpatinya, sanggup mengalahkan kekesalannya pada Z
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status