Share

03

Penulis: Eselitaa
last update Terakhir Diperbarui: 2023-09-08 21:17:09

Alih-alih lupa, El justru memimpikan perempuan itu. Pintu kamarnya digedor-gedor oleh ibunya. El pun segera bangkit menghampiri ibunya.

"Apa?" tanya El.

"Sana! Beli lauk!" titah ibunya. Dia memberikan uang 50 ribuan pada putranya itu. El menerimanya.

El yang masih mengantuk pun langsung ke depan. Dia baru ingat saat melihat motornya. Motornya masih belum bisa nyala. Motornya sering tiba-tiba mati tapi jarang mati saat ia pulang dari tempat nongkrong.

"Ma, aku boleh minta uang tambahan. Aku mau ke bengkel sekalian!" ucap El setengah berteriak.

Ibunya El buru-buru keluar setelah memasak nasi. "Makanya kerja jadi kamu bisa beli motor baru!"

Motornya El memang keluaran lama.

Mendengar perkataan ibunya, kantuk El buyar. "Jangan terus-menerus mengaitkan dengan aku harus bekerja. Aku juga sudah berusaha sebisaku. Mama pikir kalau aku keluar kalau bukan buat mencari pekerjaan memangnya apalagi?"

"Kamu judi dan main perempuan!" bisik ibunya tajam. Setelah itu, dia masuk ke dalam.

Tidak mau membuat ibunya lebih marah lagi, El pun terpaksa menuntun motornya ke bengkel terdekat. Sesampainya disana, dia bertanya pada orang-orang disana dimana ia bisa beli lauk dan mereka menunjukkan tempatnya. El pun berangkat kesana jalan kaki karena katanya tidak jauh sementara motornya ditinggal.

Rumah makan itu cukup luas. Bagian dalamnya terlihat cukup bagus. El berdiri di depan bilik kaca dimana makanan-makanan disimpan di dalamnya.

"Silahkan mas," ucap perempuan di dalam rumah makan tersebut.

"Ayam goreng dua, pakai sambel terasi, terus tumis daun singkongnya 10 ribu," kata El.

"Ada tambahan lagi?"

"Sudah itu saja."

"Totalnya 23 ribu."

El mengambil uang di saku celananya lalu matanya fokus memperhatikan perempuan di balik bilik kaca yang sedikit gelap ini yang sedang membungkus lauk untuknya. Ketika menyadari sesuatu, dia menyipitkan matanya. Dia pun sedikit membungkuk kemudian menyipitkan kedua matanya untuk melihat lebih jelas ke perempuan itu.

Saat pertama kali mendengar suaranya, dia pikir itu sedikit mirip dengan suara Sereia. Namun, dia sama sekali tidak kepikiran kalau perempuan yang sedang melayaninya ini adalah wanita itu.

El pun masuk ke dalam rumah makan tersebut untuk melihat lebih jelas. Dan alangkah terkejutnya dia saat melihat sosok yang berdiri dibalik bilik kaca.

"Kau bekerja disini," ucap El.

Sereia juga sama terkejutnya. Dia tidak habis pikir bahwa yang saat ini berada di dekatnya adalah El. Suaranya memang mirip tapi dia pikir, mana mungkin itu El. Namun ternyata memang benar dia.

Sereia fokus pada apa yang ia lakukan tanpa melirik sedikitpun kepada El.

“Apakah dengan Reza lebih menyenangkan dibandingkan bersamaku?” tanya El.

El pikir dia sudah gila menanyakan itu kepada Sereia. Dia seharusnya tidak mengeluarkan pertanyaan seperti itu, itu tidak ada hubungannya sama sekali dengannya mau Sereia lebih senang bersama Reza. Dia sendiri tidak mengerti dengan dirinya saat ini.

“Totalnya 23 ribu,” kata Sereia sambil menyerahkan makanan-makanan tersebut kepada El tanpa menatap lelaki itu sama sekali.

El memperhatikan pakaian Sereia. Bahkan lehernya pun ditutupi. Pasti karena apa yang sudah ia lakukan kemarin. Meski begitu, dia tidak kepikiran untuk minta maaf.

El menerima lauk yang ia beli kemudian menyerahkan uang 50 ribu.

“Kalau tambahan rames satu bungkus berapa?” tanya El.

“10 ribu.”

“Baiklah, rames satu.”

Sereia yang sedang mengambil kembalian langsung berhenti kemudian mengambil kertas minyak.

“Untuk kamu,” kata El.

Sereia langsung menoleh ke El. Matanya menyipit semakin dingin. El menatapnya dengan sedikit senyuman di bibirnya.

“Mungkin aku bisa dapat bonus,” kata El setengah berbisik.

Sereia mengerti maksud ucapan El. Dia mendengar dari rekan-rekan El bahwa lelaki ini seringkali berjudi dan main perempuan. Malah bisa dibilang setiap hari. Namun di sisi lain, lelaki ini belum mendapatkan pekerjaan jadi terkadang dia hutang ke temannya.

Sereia berpikir bahwa El ingin menghabiskan waktu bersamanya tanpa membayarnya. Itu yang dimaksud soal bonus yang dia katakan.

“Hargaku bukan 10 ribu,” jawab Sereia dingin.

“Tapi di tempat tidurku kamu sampai memoh-”

“Terima kasih atas perhatian palsumu. Ini kembaliannya,” ucap Sereia sambil menyerahkan uang kembalian kepada El.

El tidak mau menerimanya jadi Sereia meletakkannya di meja. Setelah itu, dia meninggalkan El.

“Padahal aku hanya bercanda. Aku memang berniat memberi. Mungkin saja kamu belum sarapan,” kata El.

Sereia mengeluh di dalam hati. Untung saja baru dia yang datang kesini. Kalau ada yang mendengar pembicaraannya dengan El, bisa gawat. Dia memutuskan untuk membersihkan meja makan lalu setelah cukup lama, dia menoleh ke arah depan untuk memastikan apakah El sudah pergi.

Pelanggan baru datang. Sereia balik lagi ke tempat tadi untuk melayani pelanggan tersebut dan dia tidak sengaja menemukan uang 10 ribu tergeletak di tempat tadi dia menaruh kembalian untuk El. Dia curiga uang ini sengaja ditinggalkan oleh El. Bahkan jika lelaki itu berniat tulus, dia tidak akan pernah menerimanya.

Tidak hanya uang 10 ribu yang ditinggalkan oleh El, tapi juga pesan singkat. Sereia mengecek ponselnya. Dia pikir dari orang lain ternyata dari El. Benar juga, dia berencana memblokir nomornya.

El

Minggu besok reunian. Aku yakin kamu tidak akan datang karena malu pada mereka karena kamu sudah menjadi kupu-kupu malam.

Setelah membaca pesan tersebut, Sereia langsung memblokir nomor El.

"Nomorku langsung diblokir," gumam El.

El bertanya pada Lingga apakah dia tahu dimana rumah Sereia. Setelah mendapatkan jawabannya, dia pun berencana menuju kesana.

El benar-benar tidak pernah sejauh ini kalau soal perempuan.

Bagi El, cinta itu tidak lebih dari sekedar omong kosong. Dia tidak pernah ingin memiliki pacar karena menurutnya itu akan membuatnya semakin terkekang. Banyak perempuan yang menyatakan cinta padanya dan dia memanfaaatkan mereka. Alasannya karena dia pikir mereka yang menyatakan cinta padanya hanya tertarik dengan penampilannya saja.

Ayah El sudah lama pergi dari rumah. Dia bercerai dengan istrinya karena masalah keuangan dan kelakuan putranya. El adalah anak tunggal. Namun, El merasa bahwa dia tidak pernah disayang.

Sejak kecil, El sering dimarahi oleh ayahnya. Tidak hanya dimarahi menggunakan kata-kata tapi dia juga sering dipukul hingga wajahnya sering bengkak dan dibawa ke bidan oleh ibunya. Itulah kenapa El tumbuh menjadi orang yang sering main tangan dan amarahnya mudah sekali terpancing.

Sebelum ke desa tempat tinggal Sereia, El menaruh lauk yang ia beli di rumah dan menyerahkan uang kembalian pada ibunya.

“Kembaliannya kenapa cuma segini? Kamu mengambilnya?” tanya sang ibu setengah berteriak karena El begitu terburu-buru keluar.

“...Anggap saja begitu!” jawab El.

“Anggap saja begitu, benar-benar itu anak!” keluh ibunya.

El balik ke bengkel untuk mengambil motornya. Kira-kira lima menit berlalu, dia sampai di desa tempat tinggal Sereia.

“AKu tidak tahu kalau dia tinggal disini, lumayan dekat dari rumahku. Dia juga bekerja di rumah makan, apakah dia sudah lama berada disana atau masih baru?" bisik El.

El melihat seorang anak laki-laki dan perempuan. Mereka mengenakan seragam sekolah sd. Dia pun mendekati mereka.

“Permisi dek, mau tanya, rumahnya Sereia dimana ya?” tanya El.

Kedua anak itu saling pandang.

“Sereia kan kakak kami.”

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Obsesi Sang Badboy   70

    Sereia dan ketiga adiknya pada akhirnya mencoba mengunjungi keluarga dari ayah mereka. Sereia mengajak Lingga untuk berjaga-jaga apabila mereka ditahan lagi, Lingga bisa mengambil tindakan untuk menyelamatkan mereka, jika ia bisa melakukannya. "Kenapa kamu kesini hah?! Gara-gara kamu, suamiku sampai dihajar babak belur oleh bodyguardnya juragan! Dan gara-gara kamu juga, kita semakin terlilit hutang dimana-mana!"Sereia menghela nafas. Adik-adiknya sudah bertambah besar dan mereka lebih tenang menghadapi bibi mereka, mereka sudah tidak sama lagi seperti sebelumnya. "Aku kesini ingin bersilaturahmi dengan keluarga. Maafkan semua kesalahnku dan adik-adikku bibi. Dan maaf juga apabila selama kami tinggal disini, kami merepotkan kalian," kata Sereia."Tentu saja kalian merepotkan! Kalian benar-benar tidak tahu diri dan tidak tahu diuntung!" ketus bibi Sereia."Kalau begitu kami tidak akan lama bibi, ini, untuk bibi dan paman. Untuk keluarga lain aku akan memberikannya sendiri," kata Serei

  • Obsesi Sang Badboy   69

    Setelah melalui perdebatan yang cukup panjang, akhirnya Sereia mengancam Samuel."Aku yakin kamu dikenal oleh orang-orang sebagai bos yang baik dan bertanggung jawab, Samuel. Aku juga yakin kamu tidak akan mau karirmu hancur begitu saja. Kepribadian yang kamu bangun itu, kau pasti tidak menginginkannya hancur begitu saja kan?" tanya Sereia. "Akh!"Samuel tampak frustasi. "Tidak mungkin aku kalah dari orang yang bahkan tidak bisa memberikanmu apapun kecuali penderitaan kan?""Jujur saja Samuel, aku memang mengincar uang. Maksudku, lebih tepatnya, aku lebih butuh uang daripada seseorang untuk menemaniku," kata Sereia. "El masuk penjara dan dia keluar dari penjara entah beberapa tahun lagi. Aku tidak berencana menunggu karena aku tidak tahu apakah perasaannya padaku masih ada atau tidak nanti."Samuel tampak berbinar-binar. "Mungkinkah aku masih memiliki kesempatan?"Sereia ingin membeberkan kalau dia awalnya mengincar Samuel karena hartanya tetpi dia rasa dia tidak bisa membeberkan soa

  • Obsesi Sang Badboy   68

    "Sudah lama sekali ya, Sereia, Kai, Erix, dan Flosie? Kalian terlihat baik-baik saja dan malah...bahagia."Bibi mereka, Feyre, menghampiri mereka. Sereia menyipitkan kedua matanya. "Apa yang kalian mau? Apa kalian mau seperti keluarga ayah kami? Apa kalian bekerja sama dengan mereka untuk mengendalikan kami?""Justru kebalikannya. Aku sudah mendengar tentangmu yang dijodohkan dengan seorang juragan yang sudah memiliki banyak istri. Mana mungkin kami akan membiarkannya begitu saja. Paman dan bibimu disana meminta kami untuk menyuruhmu menuruti keinginan mereka tetapi kami tidak mungkin begitu saja menyerahkanmu pada mereka. Kalian berempat, pulanglah ke rumah keluarga besar ibu kalian!""Tidak!" tegas Erix. "Aku mengerti. Kalian tenang saja, aku akan membiayai keperluan kalian," kata Feyre."Tidak perlu bibi. Kak Sereia sudah bekerja dan dia bisa menyekolahkan kami seorang diri," kata Flosie. "Apa? Benarkah itu?" tanya Feyre.Sereia menganggukkan kepalanya."Itu tidak mungkin. Kamu

  • Obsesi Sang Badboy   67

    Entah sudah berapa tahun dia tidak pernah bertemu dengan ayahnya. Semenjak menembak orang, dia tidak pernah berhenti gelisah dan ketakutan. Dia memikirkan ibunya, dia memikirkan Sereia, dan dia juga memikirkan dirinya sendiri. Tak dapat dipungkiri dia khawatir berada di penjara untuk selamanya. "Jangan seenaknya menyebutku putramu, pak tua, ayahku sudah mati sejak aku masih kecil," ucap El.Pria itu tercengang. Dia tidak bisa berkata-kata. Segera dia menundukkan kepalanya dan raut wajahnya terlihat sedih. "Pergi saja kalian semua! Tidak ada gunannya menghabiskan waktu berbicara denganku!" ketus El."El, jangan seperti ini. Aku...kamu tahu tidak siapa orang yang sudah mengirimkan dua orang yang menyerangku? Aku kerap mendatangi orang yang berada di rumah sakit itu yang kamu tembak. Dia mengaku kalau yang menyuruhnya adalah Samuel. Padahal aku tidak pernah bercerita padanya mengenai Samuel. Tampaknya dia tidak berbohong. Samuel sampai sekarang masih terus menggangguku," kata Sereia.E

  • Obsesi Sang Badboy   66

    Samuel ternyata jauh lebih jahat daripada yang Sereia kira. Sereia merasa terjebak di lumpur hisap."Dia seharusnya tidak membiarkan kebocoran ini terjadi begitu saja. Apa sebenarnya alasanmu membicarakan soal itu?" tanya Sereia dingin."Aku merasa kasihan padamu. Aku tidak ingin melihatmu datang kesini lagi. Itu seperti mimpi buruk bagiku," kata orang itu. "Alasan aku tidak memaafkan El karena aku khawatir dia akan menyerangku lagi."Sereia menghela nafas. "Tidak! Dia tidak akan melakukannya lagi.""Kau pikir aku akan percaya? Dia sudah menjadi traumaku jadi menyerah saja soal El. Aku sudah membocorkan yang lebih penting daripada mengeluarkan dia dari penjara."Sereia terdiam sejenak. Jika dia bisa memilih, dia lebih memilih El dikeluarkan dari penjara daripada mengetahui tentang Samuel yang sebenarnya jahat padanya. Itu karena dia berencana tidak pernah ingin berurusan lagi dengan Samuel. "Padahal aku bisa meminta pada El untuk tidak menyerangmu lagi. Dia itu sangat luluh padaku t

  • Obsesi Sang Badboy   65

    "Terima kasih banyak bu sudah di izinkan bekerja disini lagi," kata Sereia merasa lega luar biasa."Iya Sereia. Ngomong-ngomong, aku sudah mendengar banyak dari Raden. Kamu yang semangat ya! Jangan putus asa! Adik-adikmu perlu kamu perjuangkan sampai mereka bisa sekolah tinggi! Kamu pasti bisa melakukannya. Buat orang tuamu disana bangga padamu!""Terima kasih banyak bu motivasinya," kata Sereia. "Saya benar-benar berterima kasih.""Sama-sama Sereia. Adik-adikmu sudah masuk sekolah lagi kan?"Sereia menganggukkan kepalanya. "Iya. Keadaan sudah aman akhir-akhir ini jadi aku berpikir untuk mengirim mereka ke sekolah. Karena tidak mungkin jika mereka terus menerus berada di rumah.""Ya benar. Kalau soal biaya sekolah, kamu tidak perlu khawatir. Ibu mau membantumu.""Aku juga!" sahut Raden. Sereia sedikit tercengang. "Sungguh, terima kasih.""Sereia, bisakah kamu mengantarkan ini ke meja disana?" tanya Raden. "Ya tentu saja. Bu, saya izin bekerja dulu ya?""Iya."Ketika Sereia sibuk bek

  • Obsesi Sang Badboy   64

    "Kenapa kamu mencoba lari dariku setelah semua yang kamu lakukan? Apakah kamu mau menjadi pecundang yang melarikan diri dari semua masalah yang menimpamu? Jangan bercanda denganku!" ketus Sereia dingin.El diam sejenak. Orang-orang yang berada di penjara yang sama dengan El memperhatikan Sereia dan El secara bergantian. El masih saja membelakangi sereia meskipun sudah mendengar suara wanita itu. Dia tampak tidak tertarik untuk berhadapan dengan Sereia. "Kalau iya kenapa? Sudahlah tuan putri! Sana pergi! Kamu sudah bebas dari penjahat sepertiku sekarang. Ini adalah waktunya untukmu bersenang-senang dan mencari kebahagiaan yang kamu inginkan."Sereia menendang jeruji besi yang mengurung El. "Bisa-bisanya kamu mengatakan itu setelah semua yang kamu lakukan?""Jadi apa?" tanya El. "Kamu ingin aku dihukum seperti apa atas semua kejahatan yang aku lakukan padamu?""Kau sengaja tidak mau bertemu denganku karena tidak mau mendengar hukuman atau bagaimana?" tanya Sereia. "Bukan jawaban itu

  • Obsesi Sang Badboy   63

    "Kenapa kamu terus datang kesini?"Sereia tidak pernah menyukai kedatangan Lingga. Terutama sejak saat dia menyampaikan berita dari El yang menurutnya tidak masuk akal. "Memangnya tidak boleh? Aku disini sebagai perantara pesan El untukmu. Kamu habis dari mana?" tanya Lingga. "Bukan urusanmu!" jawab Sereia ketus. "Hey, aku ini tidak pernah melakukan apapun padamu jadi jangan benci aku seperti kamu membenci teman-teman kita yang lain. Dengarkan aku, sebaiknya kamu menghilang saja dari El," kata Lingga. "Hah? Aku tidak mengerti apa yang kamu bicarakan!""El sudah tidak bisa dikenali lagi.""Katakan dengan penjelasan yang dapat aku pahami! Aku benar-benar tidak paham. Tidak dikenali lagi, maksudnya bagaimana?" tanya Sereia. Lingga menghela nafas. "Kami sebagai teman dekat El bahkan tidak tahu kalau pria itu menyimpan senjata semacam itu. Dia berani emnggunakannya. Masalahnya, dia mendapatkannya dari mana? Kami saja. Tidak. Teman kami yang lebih buruk dari El saja tidak memiliki senj

  • Obsesi Sang Badboy   62

    Sereia ingin berteriak sekencang-kencangnya. Dia bertanya-tanya kapan hujan akan datang. Dia ingin berdiri dibawah hujan. Dia ingin menikmati dinginnya angin ketika hujan deras datang. El mendadak seperti sebuah puzzle yang tidak bisa dia pecahkan.Setelah mengejarnya seperti orang gila sampai mengorbankan dirinya sendiri demi menyelamatkannya, dia mendadak membuangnya seperti tidak membutuhkannya lagi. Memang mereka bersama lagi entah kapan. Tidak. El sempat akan dijatuhi hukuman ppenjara seumur hidup. Sereiia ingin diberi kesempatan untuk mengungkapkan perasaannya pada El. Ibunya El menemui Sereia di rumahnya. "Sebenarnnya apa yang terjadi antara kamu dan El?""Antara aku dann Elias? Ibu tidak mau bertanya soal kejadian waktu itu?" tanya Sereia dengan pandangan kosong ke depan. "Banyak yang mengatakan El sudah tidak tertolong lagi. Banyak yang mengatakan amit-amit memiliki anak seperti El. Dia itu...aku sendiri sebenarnnya juga sudah lelah menghadapinya. Aku berharap dia menjadi

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status