Share

04

"Tadi pagi ada yang mencari kakak."

Sereia dan Erix yang tengah menatap makanannya menoleh ke adik mereka.

"Siapa?" tanya Sereia.

"Dia tidak mau memberitahukan namanya tapi dia laki-laki, lebih tinggi dari kakak, dan menurutku dia tampan. Meskipun kulitnya sedikit kecoklatan," jawab sang adik perempuan.

"Kami bertemu dengannya saat kami akan berangkat sekolah. Dia bertanya apakah kalian tahu dimana rumah Sereia terus Flosie menjawab bahwa Sereia adalah kakak kami. Tapi tenang saja, kami tidak memberitahukan dimana letak rumah kami kok. Kak Erix jangan marah. Kami juga saat itu waspada," ucap si adik laki-laki.

"Apa ini?" Erix bertanya sambil menoleh ke Sereia.

Sereia membalas tatapan Erix.

"Kamu bilang kamu belum punya pacar lalu kenapa ada laki-laki yang mencarimu? Kamu tidak pernah bercerita bahwa ada laki-laki yang menyukaimu. Seharian kamu bekerja di rumah makan, kalau ada yang menyukaimu, maka seharusnya dia juga bekerja di rumah makan kan? Dia seharusnya mencarimu disana. Kenapa dia sampai mencari-cari rumah kita?" tanya Erix dengan nada kesal.

"Kak Erix jangan begitu marah. Bisa saja dia adalah pelanggan di rumah makan tempat kakak bekerja dan sudah mendekati kakak tapi kakak selalu menolaknya makanya dia melakukan hal seperti ini. Aku pernah membacanya di buku. Kalau tidak salah apa namanya ya? Stalker," ucap si adik laki-laki.

"Kalau begitu, kenapa kakak tidak pernah menceritakannya pada kita bahwa ada laki-laki yang menyukainya? Seperti ini, kalau terjadi apa-apa dengan Flosie dan Kai bagaimana? Aku tidak suka ada rahasia di antara kita semua. Karena orang tua kita sudah meninggal."

Setelah mengatakan itu, Erix menatap Sereia dengan tatapan tajam. Sereia juga membalas tatapan adiknya dengan kedua mata menyipit lesu.

"Kakak paham Erix. Kakak akan bercerita padamu kalau ada apa-apa," kata Sereia.

"Baguslah kalau begitu. Mengenai lelaki itu, kamu pasti mengenalnya kan?"

"Tidak. Namun, aku akan menanyakan pada temanku besok."

"Semoga lain kali aku yang akan menemukannya biar kutanya ada urusan apa denganmu. Jika kamu menginginkan pacar, setidaknya carilah seorang pengusaha, bos, atau apapun itu yang memiliki banyak uang dan bisa membantu kita."

"Kak Erix, jangan menceramahi Kak Sereia terlalu banyak. Masalah pasangan bairkan Kak Sereia menentukan sendiri. Dia berhak menikah dengan orang yang dicintainya tak peduli orang itu mau pengusaha apa bukan," ucap adik laki-lakinya.

"Diam kamu! Kamu tahu apa mengenai kehidupan orang dewasa?" ketus Erix.

"Sudah-sudah. Jangan membahas masalah seperti ini terus. Makanlah yang banyak nanti makanan kalian dingin!" lerai Sereia.

Setelah makan malam, seperti biasa, Sereia mengajari adik-adiknya belajar. Dia kerap ingin membantu Erix tapi anak itu selalu menolaknya. Sereia tidak berhenti cemas sejak makan malam. Dia bertanya-tanya siapa yang sudah mencarinya hingga bertemu dengan adik kembarnya.

Sereia bertanya lebih lanjut mengenai ciri-ciri laki-laki itu pada adik kembaranya. Tetapi juga menyuruh mereka untuk menyembunyikannya dari Erix.

"Dia memiliki tahi lalat di bawah mata kanannya," ucap Flosie.

Sereia langsung lemas. Itu adalah El. Mengapa laki-laki itu mendadak mencaritahu tentangnya seperti ini? Apa yang akan direcanakannya? Uang 10 ribu dari dia membuatnya tidak berselera makan jadi di tempat kerjanya tadi dia tidak memakan apapun.

Sejak saat itu, Sereia selalu menolak teman-temannya El. Hal itu membuat rekan-rekan El sering membicarakannya.

"Aku tidak tahu kenapa sejak bersamamu, dia tidak pernah lagi menerima kami sebagai pelanggannya. Apakah dia sudah berhenti jadi wanita penghibur apa bagaimana?"

"Aku juga tidak tahu. Sebenarnya apa yang terjadi padamu dengan Sreia saat itu El?"

El menggelengkan kepalanya. "Aku tidak melakukan apapun. Kenapa tidak memanggil yang lain saja."

"Tapi aku hanya mau Sereia."

"Bukannya dia sebenarnya cukup menawan juga?"

"Menurutmu juga seperti itu kan El? Memangnya kau tidak mau lagi?"

El menghisap rokoknya baru menjawab. Dia tertawa kecil lebih dulu. "Tidak mungkin aku mau menyentuh wanita menjijikkan itu lagi."

"Tidak hanya menolak kita, dia juga memblokir nomor kita semua."

"Lebih baik kita main saja. Tidak usah memikirkan perempuan bejat itu," kata El.

Entah kenapa, mengetahui teman-temannya sudah tidak berhubungan lagi dengan Sereia, membuat hatinya tenang. El terlihat semangat malam ini karena dia sedang menunggu reunian besok malam. Dia bertanya-tanya apakah sereia akan datang atau tidak.

Dan hari yang ditunggu akhirnya datang. Banyak sekali orang yang datang. Termasuk Sereia. Sereia tidak pernah menyangka bahwa dia dijemput oleh teman terdekatnya. Meskipun hampir semua anak di sekolahnya membencinya dan tidak mau berteman dengannya, tapi dia masih memiliki seorang teman. Temannya ini juga sering dibuli di sekolah.

"Sudah lama sekali ya Sereia aku tidak bertemu denganmu," kata Rasya.

Sereia hanya tersenyum.

Rasya juga terlihat jauh berbeda. Mereka mengobrol sembari dilihat oleh alumni yang lain. Sereia menjadi pusat perhatian karena dirinya sangat berbeda sekali penampilannya dengan dulu. Jika dulu dia terlihat sangat jelek, sekarang benar-benar sangat cantik.

Beberapa lelaki mendekati Sereia. Sereia tersenyum kecil dan langsung menjaga jarak. Dalam hati dia mengeluh. Beberapa dari laki-laki pernah menjadi pelanggannya jadi dia cemas kalau mereka akan membocorkan pada yang lain mengenai apa yang sudah ia lakukan selama ini.

"Mau minum Sereia?" tawar seorang lelaki sambil menyerahkan sebuah minuman kepada Sereia.

Sereia tahu betul minuman apa itu. Meskipun dia sering tidur dengan laki-laki, tapi untuk minum-minuman seperti itu, dia hampir tidak pernah melakukannya. Apalagi Erix memperingatkannya untuk tidak mabuk apalagi sampai pulang diantarkan laki-laki.

"Aku tidak minum. Terima kasih," kata Sereia.

"Bukannya kamu sudah terbiasa dengan ini?" tanya laki-laki itu.

Sereia terus menghindari lelaki itu. Rasya berusaha menyelamatkannya. Namun, tiba-tiba dari arah belakang mereka telulur sebuah tangan kekar dan cukup besar meraih gelas berisi alkohol itu. Bau lelaki itu masuk ke indera penciuman Sereia dan terasa familiar.

"Buat aku saja karena ini minuman terlalu disayangkan kalau diberikan pada wanita ini," kata El.

Sereia menarik tangan Rasya dan membawanya pergi dari sana.

Teman-teman El memperhatikan Sereia. Sementara El mulai banyak minum. Sereia terus saja menghindari orang lain. Rasya sampai menggoda Sereia karena dirinya sekarang di dekati banyak laki-laki karena perubahan drastisnya yang menjadi sangat cantik.

"Kamu tidak mau memiliki pacar dan menikah? Lihat? Banyak teman-teman kita yang sudah memiliki anak," kata Rasya.

"Adik-adikku belum lulus sekolah," kata Sereia. "Dan aku masih belum bisa melupakan apa yang mereka semua lakukan padaku dulu."

Rasya mengusap sebelah pundak Sereia. Dia juga menjadi saksi anak-anak di sekolah mereka membuli Sereia. Dia juga lebih sering tidak menyelamatkan temannya ini karena dia khawatir akan ikut dibuli juga. Namun, dia menemaninya setelah pembulian itu berakhir.

TIba-tiba semua mata menoleh pada Sereia. Rasya juga membelakkan matanya dan mulutnya terbuka kecil. Sementara Sereia membeku. Itu karena tiba-tiba saja, El memeluknya dari belakang sambil memejamkan matanya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status