Share

05

"Kau bisa mengantarkan dia ke rumah," kata Lingga pada Sereia.

Sereia langsung melepaskan tangan El yang melingkar di pinggangnya. Dia tidak mau menjadi pusat perhatian apalagi ketika dirinya dipeluk oleh lelaki yang begitu ia benci ini. Jika tidak ada seorang pun disini, dia sudah mengambil heelsnya kemudian memukul wajah El. Lancang sekali lelaki ini.

Bagaimana jika orang-orang mulai berpikir yang tidak-tidak mengenai mereka? Sereia sungguh tidak ingin terlibat dengan El. Tidak pernah ingin.

"Dia mabuk berat," kata Lingga.

"Bisakah kau membawanya pergi?" tanya Sereia dengan nada cemas pada Lingga.

"Tidak bisa. Dia akan menghajarku sampai babak belur," ucap Lingga. "Kalau dia memelukmu, berarti dia ingin kau yang mengantarnya pulang. Kau bisa naik motor? Aku akan meminjamkanmu motorku karena jika menggunakan motornya El kau tidak akan bisa karena yah, kau tahu sendiri motor dia bagaimana."

Sereia menggelengkan kepalanya cemas. Dia memperhatikan sekitarnya yang tengah memperhatikannya. Entah kenapa, dia merasa teman-temannya El menjauhinya. Apakah itu karena El menempel padanya?

Sereia menatap Rasya mencoba meminta bantuan. Kenapa El tidak mau melepaskan pelukannya padahal dia sudah berusaha sangat keras untuk melepaskan pelukan lelaki ini dan menjauh darinya. Rasya juga tidak memberikan respon apapun. Akhirnya karena bingung setengah mati dan tidak mau menjadi pusat perhatian lebih lama lagi, Sereia pun mengambil kunci motor dari tangan Lingga dan mulai keluar dari tempat ini.

Sesampainya di parkiran bersama Lingga dan Rasya, Sereia mencubit tangan El sekuatnya, masih berharap El mau melepaskan pelukannya. Lelaki ini mabuk tapi dia tadi ikut berjalan jadi dia tidak sepenuhnya hilang kesadaran kan? Sereia yakin akan hal itu.

"Bisakah kau melepaskanku? Aku ingin pulang. Adik-adikku sudah menungguku di rumah," kata Sereia. Dia menengok ke El yang tengah menyenderkan kepalanya di pundaknya yang sebelah kanan.

El masih memejamkan matanya.

"Kalau begitu bawa saja El ke rumahmu," kata Lingga.

"Tidak mungkin. Kau bantu aku melepaskan dia dan bawa dia pulang. Bukankah kau temannya?" tanya Sereia pada Lingga.

"Dibilang dia akan marah padaku kalau mengetahui aku mencoba menghentikannya mendekatimu."

"Apa?" tanya Sereia.

"Kau tidak tahu kalau El menyukaimu?"

Sereia terdiam sejenak karena terkejut. Dia selalu berpikir bahwa El membencinya setengah mati. Setiap kali mereka bertemu, El selalu mengeluarkan kata-kata yang jahat padanya.

"Jangan bicara omong kosong," kata Sereia.

Lagipula, bagi Sereia, cinta itu tidak lebih dari sekedar omong kosong. Jika ada orang lain yang mengaku mencintainya, maka dia akan menganggap bahwa orang tersebut berbohong. Apalagi dia sudah tidur dengan banyak lelaki, siapa yang mau menerimanya dengan tulus.

"Kalau tidak percaya tanyakan saja. Dia mungkin akan mengaku karena keadaannya tidak sadar," kata Lingga.

Lingga pun menarik motornya dari parkiran ke tempat yang lebih lapang kemudian menyerahkannya pada Sereia juga membantunya menarik El. Sereia menatap khawatir pada Rasya.

"Bagaimana aku pulang?" tanya Sereia pada Lingga.

"Kau bisa meminjam motorku kalau kau mau atau temanmu ini ikut denganmu ke rumah El," kata Lingga.

Sereia menoleh ke Rasya, meminta jawaban atas ucapan Lingga.

"Apakah kamu mau Ras?" tanya Sereia pada Rasya.

Rasya mengangguk.

Akhirnya mereka bertiga pun ke rumah El. Lingga menyusul sedikit lebih lama. Dalam perjalanan, Sereia sedikit kesusahan mengendarai motornya. Sesampainya di rumah El, mereka disambut oleh ibunya El.

"El!"

Ibunya El sangat kaget ketika melihat Sereia memapah El.

"Anak ini benar-benar!"

Ibunya El terlihat sangat marah hingga wajahnya memerah. Dia langsung merebut El dari tangan Sereia. Melihat ibunya El kesusahan membawa putranya, Sereia pun membantunya. Mereka masuk ke dalam kamar El.

"Terima kasih ya nduk sudah mengantarkan anakku pulang. Namamu siapa?" tanya ibunya El.

"Sama-sama tante dan namaku Sereia," jawab Sereia ramah.

"Oh begitu. Memangnya kamu mau dengan putraku yang masih jadi pengangguran? Maafkan kelakuan putraku jika dia sering bersikap tidak baik kepadamu ya. Sebenarnya, aku sudah sering mendengar yang tidak baik mengenai dia tapi aku sungguh tidak menyangka dia memiliki pacar yang rela sampai mengantarkannya ke rumah seperti ini. Putraku pasti menyayangimu."

Sereia melirik ke Rasya yang berada di dekatnya. Rasya juga menatap Sereia dan tidak mengatakan apapun.

Ibunya El ternyata salah paham mengira bahwa Sereia adalah pacarnya putranya. Sudah seperti itu, ibunya terlihat begitu bahagia sampai-sampai Sereia tidak tega mengatakan bahwa dia adalah temannya El bukan pacarnya. Tidak. Bahkan Sereia tidak menganggap El sebagai temannya karena dia sangat membenci lelaki itu.

"Tidak apa-apa tante. Kalau begitu, aku dan temanku pamit dulu," kata Sereia.

Ibunya El mengangguk kemudian mengantarkan Sereia dan temannya sampai ke depan rumah. Ibunya El memperhatikan motor yang dibawa Sereia. Tentu saja dia tahu itu adalah motornya Lingga. Kapan-kapan dia akan bertanya pada Lingga mengenai gadis ini.

"Aku sangat berharap El mendapatkan gadis yang baik karena dia berperilaku buruk kuharap dia berubah menjadi lebih baik juga," bisik sang ibu.

Sereia memberikan kunci motor Lingga pada ibunya El karena dia akan membonceng temannya.

Tidak lama kemudian, Lingga datang setelah Sereia dan Rasya pulang.

Lingga memutuskan untuk mampir ke rumah El lebih dulu kemudian mengobrol dengan ibunya El.

"Tadi itu pacarnya El?" tanya ibunya El.

Lingga tidak langsung menjawab. "Bagaimana mengatakannya ya? Tanya saja pada putramu bibi. Kelihatannya dia sudah sadar."

El mendekati Lingga. Kondisinya kelihatan berbeda jauh seperti sebelumnya yang terlihat mabuk berat. Lingga curiga kalau sahabatnya itu sebenarnya tidak benar-benar mabuk. Dia hanya berpura-pura.

"El, mau sampai kapan kamu seperti itu terus? Kamu sudah memiliki pacar. Sebaiknya cepat cari kerja lalu menikah," ketus ibunya.

"Haha ibumu sudah menginginkan cucu El," sahut Lingga.

"Besok aku akan melamar kerja."

Apa yang dikatakan El ibunya pikir hanya omong kosong belaka tapi meski begitu dia berharap anaknya tidak cuma bicara saja. Tapi ternyata benar. Putranya bangun pagi-pagi sekali, langsung mandi, dan berpakaian rapi.

"Kamu mau mendaftar kemana?" tanya sang ibu.

"Entahlah!" jawab El sambil terus melangkah ke motornya.

El pun sampai di rumah makan dimana Sereia bekerja. Awalnya Sereia jaga malam tapi sejak saat itu, dia masuk pagi. El mendekati Sereia. Ini adalah pertemuan kedua mereka di rumah makan.

"Sebenarnya aku tidak mau mengatakan ini tapi terima kasih sudah mengantarkanku pulang. Kau tidak perlu melakukannya seharusnya," kata El.

"Jika tidak ada urusan, silahkan pergi dari sini."

"Seperti itukah caramu melayani pelanggan? Pantas saja tidak ada yang menyukaimu."

Sereia tidak langsung menjawab. Sejak mengetahui kedatangan El, dia sama sekali tidak menatap ke lelaki ini.

"Dimana bosmu? Aku ingin mendaftar bekerja disini."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status