Share

Bab 1

Author: JEMMA JEMIMA
last update Last Updated: 2023-07-07 18:23:40

AMBAR

6 Bulan yang lalu

Ambar selesai bersolek dan merapikan kembali riasan wajahnya yang mungkin sempat mengkhawatirkan karena dia menangis melihat kakak tersayangnya berdiri di pelaminan bersama pria yang begitu besar mencintai kakaknya.

Kakak perempuannya–Amira Dwi Handayani hari ini menggelar resepsi pernikahannya dengan sang suami atau kakak ipar Ambar–Darius Richard Danudihardjo.

Si konglomerat muda mantan playboy yang akhirnya bertekuk lutut di hadapan kakaknya. Kini Mas Darius begitu bucin dengan Mbak Amira dan setiap orang yang melihat gerak geriknya pasti akan mengatakan 100% kalau Mas Darius itu heads over heels fall in love with Mbak Amira.

Rasa harunya juga muncul begitu saja karena dia tiba-tiba mengingat peristiwa penculikan di Pulau Laguna karena upaya Carlos Danudihardjo, ayah Mas Darius, untuk memisahkan dan bahka mencelakai Amira karena berhubungan dengan Darius. Untung saja Mas Darius telah menyelesaikan semua permasalahan, dan memberikan keyakinan kalau mereka semua telah aman dan yang tersisa adalah bahagia selamanya layaknya cerita dongeng.

Setelah yakin bahwa makeup-nya tidak bergeser dan tetap memperlihatkannya sebagai salah satu pagar ayu yang sempurna, Ambar bergegas kembali ke aula dan berkumpul dengan Pagar Ayu lainnya yang merupakan empat orang teman kerja Mbak Amira.

"Kamu lihat pengantinnya? Menarik sih memang, tapi rasa-rasanya Darius bisa mendapatkan wanita yang lebih cantik. Lihat saja, ada satu Pagar Ayu yang sangat cantik. Dia benar-benar seperti model." Di dalam bilik toilet tadi Ambar mendengar selentingan ucapan miring murahan yang keluar dari mulut tamu undangan.

Ambar tentu saja mendidih mendengarnya!

Enak saja menghina kecantikan Mbak Amira!

Tanpa pikir panjang, dia menggebrak bilik toilet dan menyuruh kedua perempuan yang bergosip itu keluar dari biliknya masing-masing.

"Bilang apa kalian?" Ambar membentak kedua perempuan muda yang matanya membelalak ketakutan.

"Kalian tidak menghargai sekali! Sudah baik-baik diundang, malah menjelek-jelekkan pemilik acara!" Ujar Ambar dengan nada tinggi.

Kedua perempuan yang sudah kadung malu bukannya meminta maaf malah justru menyerang Ambar balik dan mendorong tubuh Ambar. Dia meradang dan mendorong perempuan gengges itu kembali.

"Hey!" pekik perempuan yang berdandan heboh itu tatkala Ambar balas mendorongnya.

"Pakaian saja bermerek, tapi kelakuan kalian tidak menunjukkan kelas! Kalian iri ya sama Mbak Amira?" ucap Ambar dengan kesal.

Kedua perempuan itu malu dan wajahnya sontak memerah.

"Money can't buy a class memang benar ternyata! Aku melihat kedua contohnya di hadapanku sekarang."

Dengan angkuh, Ambar keluar dari toilet dan meninggalkan kedua perempuan yang tak berkutik dalam kemarahan dan perasaan malu mereka. Di luar, dia hampir saja bertabrakan dengan seorang pria yang juga baru keluar dari toilet pria.

Karena heels-nya yang lumayan tinggi, serta kain batik yang melilitnya begitu sempit, Ambar hampir saja terjatuh jika dia tidak dipegang oleh pria asing ini.

"Oh, terima kasih!" Ucap Ambar seraya melemparkan senyumnya.

Tapi wajah Ambar membeku ketika dia melihat pria yang menggapai tubuhnya dan kini memegang pinggang dan punggungnya untuk menstabilkan dirinya adalah pria yang pernah Ambar temui di Royal Ruby Hotel satu bulan lalu.

Diraja Sudibyo.

Pria itu pun menyadari siapa yang dia bantu pun akhirnya melepaskan genggamannya dan rahangnya kembali mengeras.

"Ambar–" panggilnya singkat.

"Mas Diraja," jawab Ambar tak kalah singkatnya.

Ambar melirik pergelangan tangannya yang masih ditahan oleh Diraja. Menaikkan sebelah alisnya dan meminta pria itu segera melepaskannya. Diraja paham itu, tapi dia justru mengetatkan pegangannya sampai akhirnya Ambar menyentakkan tangannya untuk melepaskan genggaman pria itu.

Tapi belum jauh dia melangkah, pergelangan tangannya kembali ditarik oleh Diraja dan membuat Ambar hampir terjatuh kembali karena kehilangan keseimbangan. Untungnya pria itu kembali mendekap pundak Ambar dan menjaganya tetap berada di dalam pelukannya.

"Apa kamu punya waktu hari ini? Ayo kita bicara," pinta Diraja dengan nada dingin yang sungguh tidak Ambar sukai.

"Ingin bicara masalah apa? Saya rasa tidak ada yang perlu dibicarakan. Kita tidak saling mengenal," ujar Ambar dengan tegas. Dia mencoba untuk melepaskan genggaman pria yang berdiri di hadapannya.

"Kita perlu bicara mengenai masalah pertunangan kita."

Kesal karena ucapan semaunya pria tampan di hadapannya kini, Ambar dengan sengaja menginjak sepatu kulit pria itu dengan stiletto tajamnya dan sikap brutalnya itu sukses membuat pria itu berjengit kesakitan dan mundur beberapa langkah. Secara otomatis pelukannya mengendur dan Amira terbebas dari kungkungan Diraja.

“Kamu tuh delusi ya! Nggak ada pertunangan di antara kita! Nggak usah telpon-telpon lagi, apalagi bicara hal ngaco seperti ini lagi sama saya!”

Benar-benar orang kaya di lingkungan Mas Darius isinya banyak sekali orang gila dan stress! Seperti pria yang akhirnya mengekor di belakang Ambar sekarang.

“Bisa nggak sih jangan dekat-dekat! Ngapain juga ngikutin saya!” seru Ambar sambil berjalan cepat, mencoba menghindari pria yang tingginya seperti Mas Darius.

“Ambar!” Suara Diraja yang mengeras akhirnya membuat Ambar menghentikan langkahnya dan membalikkan tubuhnya. Tangannya berkacak pinggang dan matanya mengerjap kesal.

Di depan pintu aula tempat pernikahan kakaknya, Ambar menatap sengit Diraja yang wajahnya juga menahan kesal karena dicuekin terus menerus oleh Ambar.

“Kapan kamu ada waktu untuk bicara? Ini pembicaraan yang penting untuk kita berdua,” ujar Diraja dengan serius.

“Saya sibuk,” jawab Ambar seraya menelengkan kepalanya ke arah aula, memberi gestur implisit kepada pria mapan di hadapannya ini. Ambar mengerutkan keningnya, mungkin saja keluarganya sekarang sedang mencari dirinya yang menghilang dari pos Pagar Ayu sejak tadi.

Diraja memejamkan matanya. Seakan-akan mencoba bersabar atas jawaban yang baru saja Ambar berikan.

“Kalau begitu kapan?” Diraja mengulangi pertanyaannya lagi.

Ambar mengedikkan bahunya cuek.

“Kalau bisa nggak usah ketemu sekalian,” gumamnya pelan.

Diraja menyipitkan matanya, “Gimana?” ulangnya sekali lagi.

“Nanti deh saya hubungi lagi,” ucap Ambar berkelit. Haha tentu saja dia tak ada niatan untuk menghubungi pria ini sama sekali!

Dan sepertinya Diraja dapat menebak jalan pikiran Ambar dan dia sontak menggelengkan kepalanya, menolak opsi tersebut.

“Kamu pilih, antara kamu kasih saya waktu yang jelas, atau saya datang ke rumah dan bahkan ke sekolahmu!” ancam Diraja yang membuat Ambar ingin sekali memukul pria itu sekarang.

“Nggak bisa, nggak bisa! Ngapain sampai nyamperin ke rumah atau ke sekolah!” ujar Ambar setengah histeris.

“Minggu ini di Plaza Indonesia, deal?” Diraja akhirnya menentukan waktu dan tempat pertemuan mereka. Meskipun Ambar merasa tidak ada tujuan yang jelas dalam pertemuan mereka kelak.

“Setelah bertemu, jangan ganggu saya lagi, deal?”

Tak gentar, Ambar akhirnya menjabat tangan besar dan kekar milik Diraja dan membalas pernyataan Diraja dengan dingin.

Tanpa menunggu jawaban dari Diraja, Ambar membalikkan tubuhnya dan berjalan dengan dagu terangkat.

Ini hari bahagia dirinya dan keluarganya. Tidak akan dia biarkan pria asing yang mulai mengusik ketenangan hidupnya itu membawa mood-nya turun. Ambar terus melenggang masuk ke dalam aula penuh percaya diri dan keanggunan yang dipaksakan. Walau begitu, dia masih merasakan tatapan menusuk yang dari belakang yang membuat bulu tengkuknya meremang. 

Tentu saja, satu minggu kemudian Ambar tak menghiraukan permintaan Diraja untuk menemuinya. Dia sengaja ghosting pria itu dan langsung memblokir nomornya. 

Pria sinting seperti itu memang tidak perlu dihiraukan!

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Obsesi Sang Pewaris   EPILOG

    “Selamat ulang tahun!” Suara yang mengagetkan Ambar ketika membuka pintu apartemennya membuatnya terhenti sejenak. Tangan kanannya masih memegang gagang pintu, sedangkan tangan kirinya sontak mengurutkan dadanya karena terperanjat kaget. Confetti dan suara terompet bersahutan menyambutnya masuk ke dalam apartemen malam ini. Wajah-wajah familiar menyapanya dengan senyuman dan tawa lebar. “Ya ampun, kok ada surprise segala?” ujarnya penuh haru. Dia menatap Diraja yang berjalan dengan langkah pelan dan pasti ke arahnya. Di tangan sang suami ada kue ulang tahun lengkap dengan lilin angka 20 yang sudah terbakar di atasnya, menunggu untuk ditiup olehnya. “Yang penting surprise-nya berhasil, ‘kan!” jawab Diraja penuh dengan kebanggaan. Ini memang sebuah pencapaian tersendiri untuk suaminya. Sebelumnya dia tak pernah melakukan ini. Ini merupakan surprise event perayaan ulang tahun pertama sejak mereka menikah. “Repot-repot banget, makasih banyak loh, sayang!” Ambar menjawab deng

  • Obsesi Sang Pewaris   Bab 95

    AMBAR Dua bulan kemudian, Apakah mungkin keinginan menjadi ibu itu menular, apalagi jika sudah memegang bayi kecil, imut dan lucu di pelukannya sendiri? Ini sebenarnya yang dirasakan Ambar ketika dia melihat anaknya Mbak Amira dan Mas Darius yang akhirnya tiba juga menyapa mereka di dunia ini. Kakaknya baru saja selesai melahirkan putra pertama mereka yang diberi nama Maximilian Naradipta Danudihardjo. Nama keponakan pertama Ambar ini berdasarkan kompromi ayah dan ibu Maxi. Mbak Amira ingin tetap membawa nama lokal yang membumi sedangkan sang ayah ingin sesuatu yang memiliki sentuhan modern namun tetap terdengar regal. Ambar ingat sekali bagaimana mereka berdebat sedemikian rupa ketika satu waktu Ambar mengunjungi mereka. “Maxi… Maxi baby… ya ampun kamu lucu bangeeet! Mbak! Aku bawa pulang ya!” Ambar berceletuk asal tatkala melihat baby Maxi terlelap di tangan Mas Darius. Rasanya baru sekejap saja dia menggendong Maxi, tapi ayahnya sudah melebarkan tangannya agar Ambar men

  • Obsesi Sang Pewaris   Bab 94

    Makan siangnya dengan Ambar di sebuah restaurant Chinese Food yang terletak di sebuah gedung perkantoran lantai teratas di kawasan dekat kampus Ambar berjalan begitu cepat di mata Diraja.Dua jam yang dihabiskan bersama sang istri terasa seperti sekedipan mata saja. Ketika hidangan selesai disantap dan dia melirik jam tangannya, waktu sudah menunjukkan pukul 13.45 siang.“Aku habis ini masih ada kelas, Mas.” Ambar pun terlihat bolak-balik mengecek jamnya, berharap dia tak telat untuk kelas selanjutnya.“Jam berapa? Perjalanan dari restoran ini ke kampus kan nggak terlalu lama,” balas Diraja seraya memberikan sinyal kepada waitress untuk mengirimkan bill ke meja mereka.Sang waitress mengangguk dan mempersiapkan bill sambil membaw

  • Obsesi Sang Pewaris   Bab 93

    DIRAJABreaking news, Sebuah penggerebekan terjadi di kawasan pedalaman Myanmar dan Kamboja oleh aparat setempat dibantu dengan koordinasi interpol dan kepolisian Republik Indonesia. Disinyalir gudang tersebut merupakan headquarter, atau markas besar tindakan kriminal judi online dan penipuan online dengan target masyarakat Indonesia. Menurut perkembangan terbaru, ada fakta yang lebih mengejutkan dibaliknya. Jika ditelusuri lebih dalam, ternyata terungkap banyak tindakan kejahatan transnasional yang bernaung dibalik operasi tersebut. Ada indikasi human trafficking atau penjualan manusia yang dipekerjakan secara ilegal dengan kondisi memprihatinkan tanpa adanya kesejahteraan dan hak asasi manusia yang dipenuhi. Pihak kepolisian masih mendalami dugaan kejahatan organ harvesting dan sex trafficking lintas negara dan benua dalam pemeriksaan lebih lanjut. Yang cukup mengejutkan, terendusnya jaringan kejahatan transnasional ini bermuara pada seorang konglomerat asal Singapura berinisia

  • Obsesi Sang Pewaris   Bab 92

    RAKA Selama beberapa hari belakangan ini, dia selalu kembali ke apartemennya di atas jam dua malam. Begitu banyak yang harus dia kerjakan setelah mereka berhasil membawa Joseph Ong untuk diinterogasi di markas kepolisian. Tentu saja tarik ulur begitu hebat terjadi di balik layar. Pihak Joseph Ong lewat kedutaannya secara formal meminta pria itu diekstradisi segera kembali ke Singapura untuk menjalani pemeriksaan di sana. Yang turun tangan membereskan masalah berkaitan dengan hukum, legalitas, melihat loophole dari aturan tentu saja dirinya. Raka bertugas di belakang layar membersihkan dan menguraikan kusutnya benang birokrasi, ditambah dengan berbagai channel dan networking yang luas dari Darius, mereka akhirnya berhasil memberikan waktu lebih banyak untuk kepolisian Indonesia serta interpol mengulik sampai dalam dan menarik bukti sebelum tim kuasa hukum beserta backingnya Joseph Ong menutup akses penyelidikan, atau yang paling parah–menghilangkan alat bukti. Dan orang yang cuku

  • Obsesi Sang Pewaris   Bab 91

    Ibu bersikeras jika mereka kembali ke kediaman beliau di daerah Dharmawangsa. Bersama Mbak Rengganis dan ayah, mereka bertiga menolak keinginan Diraja untuk kembali ke apartemen dan memulihkan diri di sana. Ambar pun setuju dengan keputusan tersebut. Ini sudah hari ketiga sejak Diraja diputuskan bisa kembali ke rumah dan memulihkan diri di kediamannya. Kemarin tim dokter selesai melakukan kontrol pertama dan memastikan proses penyembuhan Diraja berjalan seperti yang semestinya. “Sayang, aku bosan makan bubur terus,” ujar Diraja saat Ambar membantunya mengeringkan rambut suaminya setelah dia bersikeras untuk mandi karena sudah lebih dari dua hari dia tidak melakukannya. “Tapi–takutnya kamu sulit mengunyah, makanya ibu dari kemarin menyiapkan bubur untukmu, Mas!” balas Ambar dengan sabar. Sebenarnya bahkan sejak kembali dari rumah sakit, sikap Diraja jauh lebih manja dan terkadang dia tak ingin ditinggal oleh Ambar. Setiap saat jika Ambar keluar kamar untuk melakukan sesuatu, d

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status