Malam penuh kecanggungan berakhir dengan adanya pengantar makanan yang menekan bel rumah milik Kejora wanita itu bisa memutuskan rasa canggung dengan bergegas mengambil pesanan. Sementara itu, Andromeda memilih untuk menuju dapur dan mengambil piring bagi mereka berdua. Dia dapat melihat dapur itu rupanya kotor.
Sedikit terkekeh dia memandanginya. Dia teringat saat dia menginap secara tak sengaja karena mabuk dan melihat Kejora yang tengah menyiapka sarapan. Gadis itu bisa memasak, tapi kenapa memilih untuk memesan makanan?
Dia menggeleng-gelengkan kepalanya. Melihat bagaimana bahan-bahan masakan di dapur begitu banyak yang instan, dia akhirnya paham kenapa gadis itu sakit. Ah, ya dia mengingatnya. Kejora adalah gadis yang ditolongnya saat dia tak sengaja tengah berkendara di sekitaran kompleks ini.
“Rupanya aku sudah jatuh kepadamu sejak saat itu,” gumamnya lirih berbisik pada udara yang dia hirup.
Dia kembali dan menata piring.
Kejora menggeliat, tangannya sendiri terangkat keluar dari selimut tebalnya. Matanya terbuka perlahan, mengerjap dan menatap sekelilingnya. Nyawanya yang belum terkumpul sempurna pun kini membuat pemikiran otaknya lemot seketika. Benar-benar biadab kelakuannya jika baru saja terbangun dari mimpinya.“Heum, di mana aku?” tanyanya dengan suara serak akibat bangun tidur.Gadis itu mulai mencari-cari penerangan. Lampu tidurnya yang berada di nakas dinyalakannya. Dapat dilihatnya, memang benar dia berada di kamarnya sendiri saat ini. Benar-benar nampak jelas sekarang saat dia menatap jam di dinding.“Aku tertidur berapa lama?” tanyanya pada dirinya sendiri.Kejora menapakkan kakinya di lantai yang dingin dengan suhu yang dingin terdeteksi oleh hipodermis yang peka terhadap rangsangan. Dia sampai berjengit merasakan dinginnya yang lumayan dari suhu biasanya.Dengan sedikit melupakan soal Andromeda, Kejora pun turun k
Gadis itu menatap bingung dengan pandangan curiga Kania saat ini. Dia masih saja bersikeras tak melakukan hal-hal aneh, dan memang tak melakukan hal aneh sama sekali. Jelas-jelas dia dan Andromeda tak melakukan apa-apa selain makan dan tidur. Hanya tidur! Menutup mata.“Apa maksudnya kau mencurigai aku begitu? Aku tak tidur dengan sembarang pria,” cetus Kejora membela diri.Adam pun sudah memilih pergi meninggalkan Kania dan Kejora. Dia tak mau nantinya dia ikut terlibat dengan perdebatan akibat melihat tanda yang biasa dia tinggalkan kepada sahabat Kejora itu.“Kau tak perlu berbohong. Memangnya aku akan peduli jika kamu memiliki kissmark lebih banyak? Tentu tidak. Tapi, kali ini berbeda. Aku tak pernah menemukan kecerobohan dari sahabatku sebelumnya.”Kejora ikut meradang karenanya. “Ya Tuhan, sudah berapa kali aku bilang kalau aku tak melakukan apa-apa. Meski kami semalam memang berduaan!” pekiknya mera
Kali ini Kejora tak sibuk berdebat dengan Andromeda seperti yang lalu-lalu. Dia memilih bungkam dan tak mengucapkan sepatah kata pun. Melahap makanannya dengan santai dan mencoba untuk menenangkan jantungnya yang kian berdetak cepat.Andromeda kembali melarikan matanya pada Kejora yang masih diam dan makan dengan tenang. Di dalam netranya hanya penuh dengan bayangan gadis itu yang kini duduk di hadapannya. Dia memang melihat banyak orang memandang iri pada Kejora. Wanita dengan dua kewarganeraan yang dimilikinya itu mampu menggaet dua pria penting sekaligus.Begitu gosip yang dia dengan penjelasannya dari sekretarisnya yang selalu tahu hal apa pun untuknya.Kejora sudah berusaha menebalkan telinganya, mengabaikan gosip-gosip tentangnya dan kini ... dia sendiri memilih melahap makanannya cepat dan ... banyak. Pipinya menggembung seiring dengan mulutnya yang mengunyah makanannya. Dia sudah menganggap makanan itu adalah para pekerja yang hobinya bergo
Kejora harus menahan diri untuk tak mengeluarkan kekesalannya pada Andromeda. Dia memilih untuk bungkam dan menyaksikan senyum jumawa milik pria itu yang tak pernah luntur sedikit pun juga. Baginya, melihat wajah Andromeda sama saja mencari gara-gara pada kesehatan jantung dan mentalnya sendiri. Bagaimanapun juga, pria itu memang terlalu berbahaya baginya. “Kenapa kau pakai syal begitu?” tanya Andromeda dengan nada tak suka. Jelas dia tak suka, hasil karya indahnya pada Kejora bahkan tak bisa disaksikan oleh banyak orang. Benar-benar menyebalkan baginya. Memikirkan bagaimana gadis itu seolah-olah menolak keberadaannya. “Ah, ini? Hanya fashion saja, kenapa kau rajin sekali sih berada di rumahku dengan tiba-tiba begini? Tidak mungkin ....” Kejora menatap Andromeda dengan pandangan curiganya. “Apa?” “Kau sedari tadi sengaja menungguku pulang?” Kali ini Kejora memicingkan matanya, mencurigai Andromeda tentu saja. And
Kejora dibuat mematung begitu tangan Andromeda merebut mangkuknya. Dia ternganga dibuatnya, melihat apa yang dilakukan oleh Andromeda. Bagaimana pria itu sengaja menaruhnya di laci dinding yang tingginya hanya bisa dicapai oleh manusia bertubuh tinggi saja.“Ka--kau? Jangan taruh situ! Aku lapar, oh God!” pekik Kejora usai menyadari apa yang dilakukan Andromeda.Kejora buru-buru bangun, menghampiri Andromeda dan berusaha mencapai mangkuk berisi mie instan masakannya itu.Gadis itu berusaha mengangkat tangannya tinggi. Berusaha mencapai mangkuk yang sudah dijauhkan darinya sendiri.Gadis itu berbalik, menatap Andromeda tajam. Andromeda malah masih santai melipir dan membuka kulkas milik wanita itu. Mencari-cari bahan masakan yang dapat dibilang sehat barangkali, sayangnya hanya beberapa bahan makanan yang berasal dari sayur.Saat dirinya berbalik, matanya harus membulat penuh, menatap apa yang sedang ada di hadapannya. Kejo
Kejora menjadi blank seketika. Otaknya tak bisa bekerja dengan benar saat memikirkan bagaimana Andromeda menjadi berani melakukan hal itu kepadanya. Seolah-olah ada arus mengalir cepat di seluruh permukaan kulitnya begitu bibir basah itu menempel di lehernya.Hormon kortisol dalam tubuhnya mulai menurun, tubuhnya yang menegang akibat terkejut perlahan mulai rileks, otot-ototnya mengendur. Telapak tangannya mendadak memproduksi keringat lebih banyak hingga saat Andromeda sudah memundurkan wajahnya pun, jantungnya masih meledak-ledak.Tatapan mereka saling beradu pandang. Kejora sampai lupa caranya bernapas kali ini. Benar-benar mematikan seluruh respon yang ada dalam tubuhnya.“Kau jangan pernah menyodorkan lehermu pada pria lain,” desah Andromeda yang mengusak rambutnya secara acak.Mata Kejora berkedip-kedip tanpa bisa mencerna pandangannya.Andromeda bahkan bisa merasakan endorfinnya, hormon kebahagiaan &nb
Flashback on“Aku tak membuang waktu untuk berpacaran seperti ini, jadi mari kita putus,” tegas gadis dengan sweeter tebal yang membalut tubuhnya.Musim sudah berganti menjadi dingin, badai salju sering turun dan matahari sering lewat begitu saja, enggan untuk tinggal lebih lama.“Maksudmu berpacaran seperti ini? Karena aku meminta kita melakukan seks?” Pria dengan rambut blonde itu memandang tak percaya kepada Kejora yang tengah mengangguk, memberikan jawaban untuknya.“Kau gila! Siapa yang tahan tak melakukan seks huh?”Ya, Kejora tengah meminta putus hubungan dengan pria berdarah Italia itu. Jelas-jelas dia menolak untuk tak melakukan seks, dan pria itu memaksa.“Tinggal di Eropa memang seks itu bukan hal tabu, tapi tidakkah kau menghormati keputusanku tentang prinsipku? Aku jengah denganmu.”Kejora bahkan berani menatap bosan sang pacar tanpa rasa takut sedikit pun. Pas
Saat itu Kejora menangis hebat semalaman. Usai sampel penelitian guna kelulusan sarjana yang dia kejar pun tersisa serpihan-serpihan di lantai saja. Dia menangis hebat begitu mengingat sampelnya terlempar ke lantai karena ulah seseorang.Bagaimana dengan kecerobohannya membuat pria itu emosi. Dan berujung mengenai sampel berharganya yang tak bisa ditebus uang dan menghabiskan banyak waktu baginya. Dia tak bisa dihibur meski Marje, ayah tirinya membujuknya dengan cincin mahal pun tak akan bisa menghentikan tangisnya.Dia hanya menangis di dalam flatnya. Berkat membujuk ibunya, dia berhasil menempati flat bersama teman-temannya.“Kau kenapa Sayang?” tanya Giovanne, pria gemulai yang tinggal bersamanya. Duduk di sampingnya yang menangis ditutupi bantal.Ciara menatapnya meringis. Giovanne bahkan tak tahu penyebabnya.“Apakah kau ingin makan sesuatu? Biarkan aku memasak untukmu?” bujuk Giovanne kembali. Pria itu ba