Share

3.

Penulis: Seputar Cerbung
last update Terakhir Diperbarui: 2025-11-14 08:32:33

Bram kini membawa teman-temannya ke rumah Anaya, disini dirinya akan membuat rencana besar.

Beberapa orang sangat antusias menantikan adegan seru karena Bram masih nekad menemui Anaya meski sudah di tolak sebelumnya.

Namun, tampak seseorang yang begitu gelisah, manik matanya terus melirik ke arah Bram, memutar malas seolah dirinya tidak senang. Bahkan ekspresi dan raut wajahnya menampilkan semua kegelisahan itu.

Dia pun maju melangkah menghampiri Bram, dari lubuk hati terdalamnya muncul rasa iri yang begitu besar terhadap Anaya. Semakin dipikir, semakin marah dirinya.

"Kau tampak senang?" Tanya Fenny langsung, mulai tak tahan.

"Kau tidak lihat begitu penurutnya Anaya padaku. Aku jamin setelah menikah nanti, Anaya akan terus seperti itu." Ujar Bram dengan penuh percaya diri. Benar-benar meremahkan Anaya.

"Apasih yang kau sukai dari wanita itu?" Guman Fenny yang tidak bisa melawan, hanya terdiam sambil melipat kedua tangannya tepat di depan dada menunggu munculnya sosok Anaya, sosok yang selalu membuat dirinya kesal ketika melihat wajah Anaya.

Sementara di dalam rumah, Mama Anindita melihat banyak orang yang berkumpul di depan rumahnya, segera keluar bertanya dengan nada lembut. Tetapi Bram malah seolah meremehkan Mama Anindita.

"Ada apa ini? Kenapa kalian berkumpul di rumahku?" Tanya Mama Anindita.

"Maaf, apa katamu? Ini rumahmu? Mungkin sekarang akan menjadi rumahmu, tetapi besok dan seterusnya rumah ini akan menjadi milikku, atas nama Bram Wijaya!" ujar Bram dengan suara lantang di sambut sorakan dari teman-temannya.

"Apa? Kenapa bisa rumahku langsung menjadi rumahmu? Kau gila?" Mama Anindita malah tak percaya. Dia pikir anak-anak ini hanya bercanda.

"Hei, Calon Mama Mertua. Kau tidak harus patuh denganku, sebentar lagi aku menjadi menantumu. Semua aset atas namamu akan menjadi milikku!" Ujar Bram dengan sombong.

Ini membuat Mama Anindita semakin tak setuju jika anaknya menikah dengan Bram. Namun, Anaya begitu keras kepala membuat Mama Anindita tampak kesusahan.

"Aku akan paksa Anaya menolak kamu!" Tegasnya. Bram malah mengajukan jari tengah, meremehkan perkataan Mama Anindita.

"Semua orang yang ada disini tahu seperti apa cinta Anaya padaku. Dia bahkan bisa melakukan apasaja yang aku perintahkan. Mungkin juga bisa membunuh dirinya sendiri demi mendapatkan cintaku!" Jelas Bram yang membuat Mama Anindita syok parah.

Nafas Mama Anindita memburu, tubuhnya menjadi lemas. Dan ketika dirinya hampir kehilangan keseimbangan, Anaya berlari menangkap Mamanya.

"Ma, tenang dulu!" Ujar Anaya mencoba mengatur emosi Mama Anindita.

"Tenang? Kamu masih bisa bilang tenang? Dari kemarin selalu bilang tenang dulu? Anaya!" ujar Mama Anindita dengan marah, semakin membuat jantungnya sakit.

Bram yang tidak peduli dengan kondisi Calon Mertuanya, langsung melemparkan beberapa undangan ke arah Anaya.

"Aku sudah mengurus undangan pernikahan kita. Besok, kita harus menikah. Pakai saja baju apapun karena kamu tidak perlu tampak cantik saat menikah. Wajahmu pas-pasan." Jelas Bram.

Anaya mulai menggeleng kepalanya, mengingat kebodohannya dimasa lalu yang terus menerima Bram meski sudah di rendahkan seperti ini.

"Aku benar-benar bodoh memilihmu," Kata Anaya dengan senyuman yang sulit di artikan.

"Kau akhirnya sadar dirimu bodoh, lagian kamu yang terus memaksa aku menikahimu. Dan setelah aku menikah denganmu, semua aset yang keluargamu punya harus dibalik menjadi namaku. Rumah, perusahaan, dan barang-barang mewah milikmu harus diberikan pada Fenny!" Tunjuk Bram.

Saat itu, Fenny langsung maju. Berpura-pura polos di depan Bram sambil memainkan sandiwaranya.

"Kak Bram, bukan kah itu terlalu berlebihan. Bagaimana jika Anaya tidak mau memberikannya padaku.." Ucapnya dengan suara lemah lembut hampir membuat Anaya muntah.

"Anaya pasti memberikannya, jika tidak mau aku tidak akan menikah dengannya!" Balas Bram dengan memasang wajah angkuh.

Anaya berjalan mendekati dua orang itu, menatap tajam ke arah mereka berdua. Melipat kedua tangannya tepat di depan Bram.

"Kalau aku tidak mau? Untuk apa aku memberikan semua barangku pada Fenny? Atas dasar apa sementara semua itu adalah milikku, hakku sendiri!" Tantang Anaya.

"Kak Bram.." Fenny mulai mengadu secara halus pada Bram. Ini semakin membuat Anaya jijik melihatnya.

"Jadi, kamu tidak mau menurut lagi padaku? Anaya, kamu berjanji akan selalu menurut padaku asalkan aku menikahimu!" Ucap Bram dengan emosi yang mulai memuncak.

"Kak Bram, mungkinkah aku sangat keterlaluan karena meminta barang Anaya?" Ucap Fenny yang semakin memprovokasi Bram.

Anaya yang tidak tahan, segera melayangkan tamparan pedas di pipi Fenny. Semua orang langsung syok karena selama ini Anaya tidak pernah sekalipun bersikap kasar pada Fenny.

"Dasar bermuka dua!" Ujar Anaya.

"Kak Bram.."

"Anaya! Cukup bermainnya, minta maaf pada Fenny sekarang juga!" Teriak Bram yang begitu mengancam.

"Kau tidak berhak menyuruhku!" Tunjuk Anaya dengan amarah yang meluap. Terlebih dirinya masih mengingat jelas kehidupan sebelumnya dimana Bram rela membunuhnya hanya karena dirinya mengusir Fenny.

"Kau..."

"Sudah cukup. Aku tidak akan menikah denganmu. Karena kamu sudah menyebarkan undangan ini, aku sungguh berterima kasih. Besok aku akan tetap menikah, tetapi bukan denganmu!" Ujar Anaya dengan suara lantang.

Semua orang pun saling menatap, merasa bingung. Jika bukan menikah dengan Bram, lalu siapa?

Tetapi berbeda dengan Bram yang malah tertawa mengira jika Anaya hanya bercanda. Karena Bram tahu, tidak ada lelaki lain di hati Anaya selain dirinya.

"Aku serius, Bram. Sebaiknya kau besok datang saja kediamanku untuk melihat calon suamiku!" Kata Anaya mengingatkan sebelum berjalan masuk bersama Mama Anindita.

"Tentu, aku pasti datang karena diriku memang calonnya!" Teriak Bram yang benar-benar bodoh.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Obsesi Terpendam Sang Mantan   6.

    "Anaya keluar kamu!" Ketukan dan teriakan dari luar rumah membuat ketenangan Anaya seketika terganggu. Terlebih hari ini Anaya sedang sendiri di rumah, menikmati waktu luangnya. Lagi-lagi Bram kembali datang dan mencari masalah. Bukan hanya itu, Fenny tampak senang melihat Bram memasang wajah marah."Kak Bram, aku jadi takut. Bagaimana jika Anaya tidak mau mengembalikannya?" Ucap Fenny dengan ekspresi yang berubah drastis. Tampak kesedihan yang begitu mendalam dari balik wajahnya.Anaya sejujurnya malah membuat keributan, tetapi jika dirinya tidak muncul ketenangannya akan terus diganggu. Dia pun bermaksud mengusir Bram bersama Fenny, tetapi ketika membuka pintu...Plak...Anaya kaget sampai kedua matanya melotot. Tidak menyangka akan mendapat tamparan keras secepat ini.PLAK.. PLAK..Dua tamparan khas mendarat di pipi Bram, wajah Anaya kini memerah. Bahkan Fenny sampai membuka mulut ketika melihat Anaya dengan berani menampar Bram."Anaya... Kau?!" Seketika emosi Bram memuncak, ber

  • Obsesi Terpendam Sang Mantan   5.

    Setelah pernikahan Anaya selesai, Ridho terus menatap Anaya seolah tak percaya dirinya telah menikahi Anaya, wanita yang selama ini dia idamkan sekaligus mantan pacarnya."Sampai kapan kau terus menatapku?" Ucap Anaya yang mulai menahan malu terus di tatap dari dekat oleh suaminya."Aku hanya tidak percaya, apa ini mimpi?" Ucap Ridho sambil menepuk pipi Anaya dengan lembut.Mereka berdua pun saling menatap satu sama lain, Anaya sekilas melihat manik mata yang selama ini dia rindukan. Manik mata Ridho yang selalu perhatian padanya meski Anaya cuek dan acuh tak acuh karena sibuk memikirkan Bram."Tapi Anaya, sejak kapan kamu mulai menyukaiku?" Tanya Ridho yang penasaran sambil memegang erat tangan Anaya seolah tak ingin melepasnya."Sejak kamu menghilang!""Apa? Kapan aku menghilang?" Ridho tampak bingung, Namun Anaya hanya tersenyum melihat tingkahnya.Sebenarnya di kehidupan sebelumnya, setelah acara pernikahan sederhana Anaya dan Bram selesai, sejak saat itu Ridho menghilang dari hid

  • Obsesi Terpendam Sang Mantan   4.

    Hari pernikahan tiba, Anaya hanya menggunakan setelah biasa saja, sama persis di kehidupan lalu. Tidak ada keluarga yang datang, hanya Mama Anindita yang terus menangis melihat anaknya dari kejauhan. Anaya melangkah mendekati Mamanya, dia tahu persis apa yang ada dipikiran sang Bunda. "Ma, berhenti menangis. Ini hari bahagiaku," Bujuk Anaya, namun tangisan Mama Anindita semakin keras. "Ma, aku tidak akan menikah dengan Bram!" Lanjut Anaya yang tahu seperti apa ke khawatiran Anindita. "Lalu apa ini jika kamu tidak ingin menikahi Bram? Buat apa kamu mengadakan pesta pernikahan, Anaya!" "Calonnya bukan Bram lagi, Ma!" "Cukup, Nak. Sampai kapan kamu dibutakan dengan cinta. Ini semua salah, harusnya kamu mengerti, Anaya!" Mama Anindita bersuara dengan keras.Tidak lama datang rombongan Bram, mereka semua tampak memperhatikan gedung ini yang tampak sederhana. Lalu tiba-tiba, wajah Bram menjadi tidak puas."Kau bahkan tidak mendekor pernikahanmu seindah yang aku harapkan," Ujar Bram s

  • Obsesi Terpendam Sang Mantan   3.

    Bram kini membawa teman-temannya ke rumah Anaya, disini dirinya akan membuat rencana besar. Beberapa orang sangat antusias menantikan adegan seru karena Bram masih nekad menemui Anaya meski sudah di tolak sebelumnya.Namun, tampak seseorang yang begitu gelisah, manik matanya terus melirik ke arah Bram, memutar malas seolah dirinya tidak senang. Bahkan ekspresi dan raut wajahnya menampilkan semua kegelisahan itu. Dia pun maju melangkah menghampiri Bram, dari lubuk hati terdalamnya muncul rasa iri yang begitu besar terhadap Anaya. Semakin dipikir, semakin marah dirinya."Kau tampak senang?" Tanya Fenny langsung, mulai tak tahan. "Kau tidak lihat begitu penurutnya Anaya padaku. Aku jamin setelah menikah nanti, Anaya akan terus seperti itu." Ujar Bram dengan penuh percaya diri. Benar-benar meremahkan Anaya."Apasih yang kau sukai dari wanita itu?" Guman Fenny yang tidak bisa melawan, hanya terdiam sambil melipat kedua tangannya tepat di depan dada menunggu munculnya sosok Anaya, sosok

  • Obsesi Terpendam Sang Mantan   2.

    "Aku sudah mengurus semuanya, tolong berikan uang senilai 100 juta padaku!" Perintah Pak Arsyad dengan suara mengancam. "Atas dasar apa aku memberikannya, Pak?" Tanya balik Mama Anindita dengan wajah kesal. Dia paling benci di manfaatkan seperti ini oleh orang miskin. Meskipun dirinya sering membantu, tetapi dipaksa untuk membantu membuat dirinya tidak terima. "Anak ibu yang memaksa kami menikahkan anak kami padanya. Anda tahu sendiri, kami belum siap dan belum punya tabungan. Tetapi, dia berjanji akan membayar lunas semua biaya pernikahan bahkan menjanjikan uang 100 juta padaku!" Bu Larissa menyela, menjelaskan detailnya. Mama Anindita syok parah mendengarnya, mulutnya sampai terbuka membentuk oval. "Anaya!" Teriaknya dengan keras. Saat itu Anaya sudah tiba, dia panik melihat Mama nya yang emosi. Anaya tahu, di kehidupan sebelumnya Mama nya syok parah sampai terkena serangan jantung. Karena itu Anaya dibenci semua orang di keluarganya hingga terpaksa mempertahankan pernikah

  • Obsesi Terpendam Sang Mantan   1.

    Bibir Anaya memuntahkan dar-ah, tubuhnya menjadi lemas. Namun yang paling menyedihkan adalah dirinya ditusuk oleh suaminya sendiri. "Aku sudah ingatkan kamu tidak menyentuh Fenny. Meski dia hanya selingkuhan, tetapi aku jauh lebih mencintainya!" Bentak Bram sambil terus menusuk tubuh Anaya semakin dalam. "Akhhh..." "Aku sudah lama ingin melenyapkanmu, hanya saja diriku kasihan karena kamu sedang mengandung. Tetapi kali ini kamu sudah kelewatan batas!" Teriak Bram, suaranya semakin menggema. Saat itu, tangan Anaya terkepal keras. Hatinya semakin menjerit kesakitan, suaminya benar-benar tega membunuh dirinya dan calon anaknya hanya karena Anaya mengusir Fenny dari rumah. Padahal rumah ini milik Anaya seutuhnya, rumah yang diberikan langsung oleh orang tuanya. "Mas, sepuluh tahun kita menikah dan baru kali ini diriku hamil, tetapi kamu malah..." Dengan suara lemah, Anaya berusaha menyampaikan keluh kesannya. Tetapi tatapan Bram sama sekali tidak iba, bahkan manik matanya se

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status