Share

Obsession Love Disorder
Obsession Love Disorder
Penulis: Rina Hutapea

Defenisi Cinta

Cinta adalah suatu emosi dari kasih sayang yang kuat dan ketertarikan pribadi. Cinta juga dapat diartikan sebagai suatu perasaan dalam diri seseorang akibat faktor pembentuknya. Dalam konteks filosofi, cinta merupakan sifat baik yang mewarisi semua kebaikan, perasaan belas kasih dan kasih sayang.

Pendapat lainnya, cinta adalah sebuah aksi/kegiatan aktif yang dilakukan manusia terhadap objek lain, berupa pengorbanan diri, empati, perhatian, kasih sayang, membantu, menuruti perkataan, mengikuti, patuh, dan mau melakukan apa pun yang diinginkan objek tersebut.

Entah mengapa malam ini tanganku mengetikkan 'defenisi cinta' pada kolom pencarian di g****e search, ponselku. Lalu kutemukan kutipan defenisi cinta tersebut. Yang paling membuatku tertegun adalah bagian filosofi “Cinta merupakan sifat baik yang mewarisi semua kebaikan, perasaan belas kasih dan kasih sayang.”

Dalam benakku, kugaris bawahi “sifat baik yang mewarisi semua kebaikan”, sejenak kupandangi diriku di depan cermin. Apakah aku memang tidak layak untuk dicintai? Mengapa aku tidak pernah merasakan cinta dengan sifat baik yang mewarisi semua kebaikan? Bagaimana aku terlahir? Bukankah semestinya aku terlahir sebagai buah cinta dari dua insan yang saling mencintai?

Apa defenisi cinta yang sebenarnya? Aku bahkan tidak punya satu kata pun untuk diucapkan untuk mendefenisikan apa itu cinta. Karena aku tidak pernah merasa dicintai, bagaimana mungkin aku bisa mendefenisikannya dengan perasaanku sendiri.

Aku hidup semauku, Ibuku yang sedari lahir kupanggil Mommy akan mengucurkan uang seberapa pun yang aku mau. Sama halnya dengan suaminya yang kupangggil Daddy akan memberikan apapun. Yang tidak bisa mereka berikan adalah cinta, dan itu satu-satunya yang kubutuhkan dalam hidup.

“Tok....tok...tokk” Aku tersentak, kudengar suara ketukan dipintu kamarku yang terkunci dari dalam.

“Henzie.... kamu sudah tidur Honey?” Mommy berteriak dari depan pintu kamar dan aku tidak menyahutinya.

“Oke, honey. I think you're sleeping. Good night.” ( Oke, sayang. Aku rasa kamu sudah tidur. Selamat malam) Kudengar langkah kaki Mommy menjauh, aku menghela nafas.

Aku tahu apa yang akan Mommy bicarakan denganku, karena hampir setiap hari kami meributkan hal yang sama. Mommy hanya ingin aku berangkat ke Indonesia, dan dia akan menyusulku. Tapi aku tidak percaya, Mommy hanya ingin membuangku. Aku paham bahwa tidak ada rasa cinta dikeluarga ini, tapi anehnya bisa bertahan hidup bersama dalam 18 tahun walau dengan pertengkaran setiap bertemu satu sama lain.

Namaku Henzie Adelia, aku terlahir dari seorang Ibu berdarah Indonesia dan Ayah seorang yang berkebangsaan Belanda, namun ayah berdarah Belanda-Jerman. Aku lahir di Belanda tapi dibesarkan di London. Cukup rumit untuk dijelaskan karena memang keluarga ini adalah keluarga yang sangat rumit.

Dulu Mommy berangkat ke Belanda untuk melanjutkan study Magisternya, dan ditahun ke-2 Mommy berkenalan dengan Daddy. Mereka menjalin hubungan bagai suami-istri dan lahirlah aku tanpa ikatan pernikahan.

Mommy tidak berani jujur pada Opa dan Oma di Indonesia, karena secara agama maupun adat yang masih kental di Indonesia, melahirkan anak tanpa pernikahan adalah aib besar. Sementara Mommy adalah anak kesayangan dan yang paling Opa dan Oma percaya diantara saudara Mommy lainnya.

Setelah aku lahir, Daddy sempat melarikan diri. Namun Mommy gak mau hancur sendiri, Mommy mencari keluarga Daddy dan aku diantarkan ke rumah Kakek dan Nenek yang saat ini kupanggil Grootvader dan Grootmoeder.

Grootvader shock dengan kedatangan Mommy yang tiba-tiba datang membawa bayi dan menuntut tanggung jawab. Akhirnya saat itu juga Daddy pulang, dan berantam hebat dengan Mommy. Dengan penuh amarah Mommy meninggalkanku dirumah itu.

Begitulah aku terlahir dari dua insan manusia yang belum siap menjadi orangtua. Aku dibesarkan tanpa rasa cinta. Mommy yang sibuk dengan perkuliahannya, dan Daddy yang sibuk dengan kuliah dan juga pekerjaanya, aku di asuh oleh Grootvader dan Grootmoeder hingga usia 6 bulan.

Akhirnya Mommy dan Daddy wisuda, Grootvader menyarankan Daddy dan Mommy pindah ke London, karena disana ada kenalan Grootvader yang bisa menjamin pekerjaan bagus untuk Mommy dan Daddy.

Aku ikut serta pindah ke London, kehidupan yang sama sekali tidak diinginkan oleh anak manapun akan dimulai. Aku yang saat itu berusia 6bulan, diasuh penuh oleh seorang babysitter bernama Adney hingga berumur 6 tahun. Karena setelah aku berumur 6 tahun Adney mengundurkan diri karena sudah menemukan pekerjaan lainnya.

Kepergian Adney cukup membuatku terpukul, Ibu paruh baya itu memang tidak selalu baik padaku, tapi setidaknya aku tidak pernah ditinggalkannya, sebagaimana orangtuaku yang jarang pulang kerumah.

Walau tangannya tak jarang mencubitku, tapi setidaknya dia tidak pernah mengusirku ketika aku ingin bicara dan dia sedang merasa lelah, sebagaimana mommy dan daddy mengusirku dari kamarnya dengan alasan sedang istirahat dan tidak ingin diganggu ketika aku rindu dan ingin bermain bersama.

Adney digantikan oleh Kiana, sejak saat itu aku harus beradaptasi lagi dengan orang baru termasuk dengan Kiana dan juga teman sekolah, karena aku akan masuk sekolah Primary School, kalau di Indonesia disebut SD (Sekolah Dasar).

Tidak mudah bagiku untuk bisa akrab dengan Kiana, tapi aku selalu berusaha karena dia satu-satunya yang akan membantu dan mendampingiku dalam segala hal. Dimulai dari aku bangun tidur hingga aku tertidur lagi.

Dengan segala kesukaran dan airmata, sembilan tahun berlalu dan aku tumbuh remaja dengan bimbingan Kiana, jika ada sedikit kebaikan dalam diriku, semuanya karena Bibi Adney dan Kiana. Mommy dan Daddy tidak pernah hadir dalam hidupku, bahkan saat graduation Primary School dan juga graduation Junior High School, moment dimana semua orang dirangkul oleh orangtuanya, aku hanya punya Kiana, Mommy dan Daddy tidak pernah menampakkan batang hidungnya.

Dua hari setelah graduation Junior High School, aku harus melepaskan Kiana lagi. Karena dia akan melanjutkan study-nya. Yang artinya aku akan semakin kesepian, karena tidak akan ada lagi orang yang menungguiku dirumah, tidak ada lagi yang akan peduli tentang hidupku. Ya, sejak hari itu semuanya berakhir.

3 tahun melewati masa-masa sulit di Senior High School, aku benar-benar hancur. Merokok, narkoba, mabuk-mabukan, hingga free-sex sudah aku lakukan. Tetapi siapa yang peduli? No bodys, tidak ada yang peduli tentang jalan hidup yang aku pilih. Tetapi aku sudah diujung lelah dengan kenakalanku, tidak ada yang perduli denganku.

Teman akan datang dan pergi, tidak ada yang akan menetap. Kita hanya senang-senang lalu melupakan. Kita tidak punya tujuan hidup, kita semua sampah. Yang bahkan tidak layak untuk didaur ulang.

Esok adalah graduation dari Senior High School, aku tidak berniat pergi. Aku tidak punya tujuan hidup setelahnya, lalu untuk apa aku hadir disana? Dan juga takkan ada yang akan memberikan kata selamat untukku, takkan ada bunga, takkan ada pelukan atas nama cinta. Aku sendiri.

Hingga paginya suara Mommy membangunkanku.

“Honey, let's get up. Today is your graduation. I want to make up for you.” (“Sayang, ayo bangun. Hari ini graduation kamu. Aku ingin meriasamu.”) Aku benar-benar shock, ini kali pertama Mommy membangunkanku, apakah dia sedang sekarat? Apakah dia sedang mabuk? Ada apa dengan Mommy?

“Hurry up baby...!” (“Cepatlah sayang.”) Teriakannya kembali menggema dipagi hari ini. Kucubit tanganku, untuk memastikan apakah ini mimpi atau tidak. Dan ouchhhh, sakit. Aku segera berlari membuka pintu.

“Are you Okay?” (“Apakah kau baik-baik saja”? Aku bertanya sedingin mungkin, dengan menyilangkan kedua tanganku, walaupun sebenarnya dalam hati aku ingin berteriak dan menangis.

“Ya, I'm Okay. Get ready and we will go together” (“Ya, aku baik-baik saja. Bersiaplah dan kita akan berangkat bersama.”) Mommy membalikkan badannya dan menuruni tangga bak model dengan piyama merah kesukaanya.

Aku berdiri mematung dipintu kamarku, masih tidak yakin dengan apa yang barusan terjadi. Tiba-tiba aku terjatuh lemah, menangis sesenggukan, aku ingin mendengarnya lagi. Aku ingin mendengar teriakannya lagi memanggil namaku, aku butuh cintanya.

Hingga akhirnya aku putuskan untuk mengikuti upacara graduation hari ini, berharap Mommy masih menunjukkan rasa pedulinya padaku. Bahkan jika ternyata Mommy sedang sakit dan sekarat, aku tidak peduli. Aku butuh cintanya sekali saja, aku butuh hadirnya, sekali saja dalam hidupku. Aku benar-benar haus akan cintanya.

Aku menuruni anak tangga, dan kulihat Mommy sudah siap dengan dress simpel dan elegan. Kuakui Mommy sangat cantik, namun aku tidak tahu dengan hatinya, aku tidak mengenalinya dengan baik.

“Are you ready?” (“Kamu sudah siap?”) Mommy bertanya, dan aku berjalan ke arah mobil tanpa menjawabnya. Terlalu canggung bagiku untuk menjawabnya dengan baik. Karena kami tidak pernah melakukan hal seperti itu. Aku masuk kedalam mobil dan Mommy menyetir tanpa kata. Sesampainya di sekolah, kami terpisah begitu saja tanpa kata.

Upacara graduation berjalan dengan baik, namun aku tidak menikmatinya sama sekali. Sepanjang upacara berlangsung aku hanya diam, menahan air mataku. Aku benar-benar kalut, dan tidak bisa melakukan apapun ketika sedikit cinta Mommy menyentuhku.

Upacara pun berakhir, aku berjalan ke arah pintu keluar. Kulihat Mommy dengan senyuman penuh cinta memegang bunga dan boneka graduation, aku ingin sekali berlari dan menghambur kepelukannya. Tapi tahu apa yang kulakukan? Aku pura-pura tidak melihatnya dan berjalan ke arah parkiran mobil, dan Mommy mengejarku.

“Henzie..... Honey, please stop. Don't be childish.” (Henzie...Sayang, tolong berhenti. Jangan seperti anak kecil.”)

Aku berhenti dan emosiku pun meledak.

“Hey you, where have you been? Why do you just remember having a child now? You say I'm like a child, have you ever taught me how to be mature?” (“Hei kamu, kemana aja selama ini? Kenapa baru ingat sekarang punya anak? Kamu bilang aku seperti anak-anak, emangnya kamu pernah mengajariku bagaimana bersikap dewasa?”)

Aku berteriak tepat di depan wajah Mommy. Mommy memelukku, dan aku berusaha mendorongnya. Tapi percayalah, kebencian akan selalu kalah dengan cinta. Aku melemah dalam pelukan Mommy. Mommy menuntunku kedalam mobil, dan kami terdiam sejenak.

“Honey...It's too late to do my responsibilities as your Mommy. But let's, let Mommy just want you to go to Indonesia, only that way we can live as a normal family. There is a lot of love waiting for you in Indonesia. Mama will catch up with you soon, let's start all over again. (“Sangat terlambat untuk melakukan tanggung jawabku sebagai ibumu. Tapi izinkan kali ini, mommy hanya ingin kamu berangkat ke Indonesia, hanya dengan cara itu kita bisa hidup sebagai keluarga normal. Ada banyak cinta yang menunggumu di Indonesia. Mommy akan segera menyusulmu, kita mulai lagi dari awal.”)

Mommy memegang kedua tanganku, dan meminta dengan dengan airmata. Aku terdiam, tidak tahu harus menjawab apa. Disatu sisi aku ingin sekali pergi jauh dan memulai hidup baru, bagiku London hanyalah neraka yang tidak pernah berakhir.

Namun disatu sisi, aku ragu apakah keluarga Mommy di Indonesia akan menerima kehadiranku? Karena mereka sangat kecewa dengan apa yang Mommy lakukan. Dan juga kemampuan bahasa Indonesiaku yang sangat buruk.

Kiana yang blasteran Indonesia-London sempat mengajariku bahasa Indonesia, tapi kupikir itu tidak akan cukup untuk bisa hidup di Indonesia. Namun, keraguan yang paling besar, apakah Mommy akan benar-benar menyusulku?

Aku mengehela nafas panjang. Dan menjawab Mommy

“Okay, I'm leaving for Indonesia as soon as possible. But don't set me up for what I'm going to do there. And don't lie to me, if your intention is not to dump me.” (“Okay, aku akan berangkat ke Indonesia secepat mungkin. Tetapi jangan mengaturku tentang apa yang akan aku lakukan disana. Dan jangan bohongi aku, jika benar niatmu bukan untuk membuangku.”)

Mommy memelukku dengan isakan tangis, dan mengucapkan terimakasih berkali-kali. Tapi pelukannya sama sekali tak terbalas olehku, masih terlalu keras oleh keadaan. Tapi, aku akan berangkat ke Indonesia, membuktikan bahwa akan ada banyak cinta di Indonesia.

Aku ingin mencari tahu cinta jenis apa yang akan kutemukan di Indonesia? Aku ingin membuat defenisi cinta oleh perasaanku sendiri.

Defenisi Cinta Tidak Pernah Berubah, Yang Berubah Itu Kita”

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Felicia Aileen
ceritanya menarik padahal baru awal2.. pengen aku share ke sosmed trs tag akun author tp akunnya ga ketemu :( boleh kasih tau gaa?
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status