Share

Like an angel and devil

Axton semakin merapatkan tubuhnya,menghirup aroma lavender yang melekat di tubuh Quinza, dan mencium Quinza lebih dalam lagi.

Tidak sampai disitu, tangan kanan Axton pun sudah memegang bokong sintal milik quinza meremas bokong quinza dengan kasar, hingga tangan axton pun turun kebawah mengelus paha quinza yang mulus, menyingkap rok Quinza agar Axton lebih leluasa mengelus bagian dalam paha Quinza.

Axton yang sudah di selimuti gairah melepaskan ciuman nya tanpa memperkikis jarak antara mereka, memberikan Quinza ruang untuk menghirup udara sebanyak banyak nya, tanpa melepaskan padangannya kearah Quinza.

Melihat sudut bibir Quinza berdarah, Axton menghapus darah yang berada di sudut bibir quinza dengan ibu jarinya, dan mengatakan sesuatu pada Quinza.

"Itu baru permulaan sugar, jika kau berani terhadap ku bahkan kau berani bermain dengan ku, aku pastikan kau akan mendapatkan hukuman yang lebih berat dari pada ini" ucap Axton, menatap Quinza tajam, dan pergi meninggalkan Quinza yang sudah terisak atas perbuatannya.

Quinza terhisak dalam diamnya, tidak berani untuk membalas ucapan Axton, bagi Quinza axton terlihat seperti malaikat dari luar tetapi jika dilihat lebih dalam lagi Axton seperti devil. Like an angel and devil itulah yang berada di dalam pikiran Quinza

Merasa dirinya sudah sedikit tenang, Quinza segera pergi dari kelasnya tanpa mengikuti mata pelajaran selanjutnya. Axton pun hanya menatap kepergian Quinza dari kejauhan sampai punggung gadis itu menghilang.

••••••••

Quinza menjalankan mobil audi R8 miliknya menuju salah satu tempat yang sering quinza kunjungi untuk menenangkan pikirannya yang sedang kacau.

Beberapa menit kemudian, Quinza sampai di tempat tujuannya, di sebuah tempat yang selalu bisa menenangkan hati dan pikirannya, dengan cepat Quinza membuka pintu mobilnya dan keluar, tidak sabar untuk menemui seseorang

Setibanya di halaman rumah yang sangat sederhana, seorang wanita paruh baya telah menunggu Quinza di depan pintu, Quinza langsung memeluknya, menenggelamkan kepala di curuk leher wanita itu. 

"Aku merindukan mu, maaf, aku jarang sekali menemui mu, bagaimana dengan kabar mu bibi elia dan juga anak anak panti disini" tanya Quinza, ya sekarang ia berada di salah satu panti di kawasan Newyork, letaknya tidak terlalu jauh dari kampus Quinza, tempat yang sering Quinza kunjungi, menemani anak anak yatim yang kehilangan keluarganya atau di buang dari keluarganya.

"Bibi baik darling, anak anak di panti ini juga sangat baik, mereka selalu menanyakan mu dan merindukan mu, masuklah dan temui mereka, mereka sedang bermain di halaman belakang" jawab bibi Ellia wanita paruh baya berusia 54 tahun, pengurus dan pemilik panti tersebut.

Quinza tersenyum sebagai jawabannya lalu masuk kedalam rumah panti menuju halaman belakang, melihat anak anak panti yang sedang bermain, hati dan pikiran quinza menjadi hangat melihat mereka yang sedang asyik bercengkrama dengan anak anak panti lainnya

"Apa aku mengganggu kalian semua yang sedang asyik bermain" tanya Quinza, tersenyum pada anak anak panti, yang mendengar ucapannya, salah satu di antara mereka bernama emi menghampiri Quinza, memeluk kaki quinza dengan manja.

"Kenapa kau jarang datang kesini, aku sangat merindukan mu juga masakan mu" Ucap Emi manja. Pada Quinza

Quinza terkekeh mendengar ucapan Emi, "ckk.. Really Emi, kau merindukan ku hmm?" Tanya Quinza, mensejajarkan tingginya pada emi, sambil mengacak rambut blonde milik Emi dengan tangannya,

"jika kau merindukan ku, berikan aku satu buah kecupanEmi, dan aku akan memasak makanan kesukaan kalian, bagaimana apa kalian setuju"

Anak panti bersorak gembira mendengar quinza ingin memasak untuk mereka. Elia ikut senang melihat mereka bergembira, sudah lama rasa nya tidak melihat anak anak panti seperti ini.

"Thanks Quinza, kau membuat mereka begitu gembira hari ini" ucap bibi Elia tersenyum pada Quinza.

Quinza menoleh ke arah samping kanannya, melihat bibi elia sudah berada di sampingnya, quinza tersenyum mendengar ucapan bibi elia lalu quinza memeluk bibi Elia, "bibi tidak perlu berterima kasih, itu sudah menjadi kewajiban ku untuk menghibur meraka dan membuat mereka tersenyum bahkan bergembira, bagi ku mereka semua adalah nya malaikat malaikat ku, penawar rasa lelah ku di saat aku membutuhkan ketenangan, aku sangat menyanyangi mereka, merekalah penyemangat ku bibi"  kata Quinza yang sudah terisak di atas pundak bibi elia.

"Dont cry honey, kau bisa menceritakan kelu kesa mu pada ku, kau sudah ku anggap seperti anak kandung ku sendiri, berbagilah kesedihan mu, aku sangat senang jika kau menceritakan semuanya"

Quinza beruntung ada seseorang yang masih mau memperdulikannya di saat Quinza membutuhkan teman bercerita,

Tidak terasa quinza menghabis kan waktu nya bersama mereka panti, mengajarkan anak anak menulis membaca, hingga mengajarkan anak anak panti bermain piano. Hingga hari pun sudah mulai gelap, quinza pamit pada mereka dan pada bibi elia.

"Ingat kalian jangan nakal dan menyusahkan grandma Ellia, aunty pamit pulang, minggu depan aunty mengunjungin kalian lagi" pamit Quinza pada mereka.

Quinza yang hendak menaiki mobil nya mendengar  suara pertikaian tidak jauh dari rumah panti asuhan itu.

©©©©©©

"Ku mohon tuan, maafkan saya, saya berjanji tidak akan membocorkan rahasia itu pada orang lain.

"Kau pikir aku akan percaya dengan ucapan mu, kau salah mencari musuh, kau tau bukan siapa aku, aku tidak akan segan membunuh seseorang yang berani berkhianat dengan ku.

Pukulan, tendangan bahkan sayatan dan tusukan dia berikan pada orang itu sampai terkulai lemas, melihat orang itu sudah tidak berdaya , diapun tertawa menarik rambut orang itu sampai mendongakan kepala ke arahnya.

"Kau dengar baik baik perkataan ku, aku tidak akan puas jika orang yang aku siksa dengan mudahnya mati begitu saja, dan ini baru permulaan aku menyiksamu.

Suara teriakan menggema di sepanjang jalan yang terlihat sepi, tidak ada satu orang pun yang melintasi jalanan itu.

Quinza yang baru petama kali  melihat kejadian itu pun terkejut sampai dirinya menutup mulut dengan kedua Telapak tangannya.

Quinza menyaksikan dengan begitu seksama. Melihat, bagaimana cara dia menyiksa orang itu sampai kondisinya lemah tak berdaya.

Tidak sampai disitu, Quinza melihat orang itu yang sudah terkamar lemah, di berikan siksaan yang lebih parah bahkan tidak segan orang yang menyiksaanya itu, memberika goresan dan tusukan yang bertubi tubi.

"Jangan pernah bermain dengan ku, jika kau hanya ingin menemui neraka mu, hahhahaha, bagaimana rasanya, apa kau masih ingin mendapatkan siksaan dari ku lagi, atau kau menyerah untuk langsung ku bunuh"

"Ckkk..kau memang iblis berbentuk malaikat, Bunuhlah lah aku sekarang  juga, dari pada kau terus menyiksa ku seperti ini,

Mendengar permintaanny, dia pun langsung membunuh orang itu dengan menikam jantungnya bertubi tubi dan terakhir diapun menggunakan handgun menembak tepat di bagian kepalanya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status