Share

4. Tolong Aku

Penulis: Miss L
last update Terakhir Diperbarui: 2024-01-07 15:28:42

Dean menatap Keira heran. Ia bingung dengan apa yang dikatakan gadis yang ada di depannya. Menjadi kekasihnya untuk sementara? What the hell is this! Apa yang terjadi dengan gadis ini? Apa dia waras berkata seperti itu. 

"Wait, apa maksudmu?" Dean bertanya lagi agar tidak salah mendengar perkataan wanita yang ada dihadapannya. 

"Kamu tadi sudah mendengar kalau pernikahanku batal, tapi keadaannya sekarang gak semudah itu." Keira menatap Dean dengan sorot mata memohon. "Aku mohon tolonglah aku. Aku bingung harus bagaimana lagi. Please help me."  

"Untuk apa aku membantumu dan apa untungnya untukku?" tanya Dean curiga. 

"Orang tua sedang dalam perjalanan ke restoran ini dari Surabaya untuk bertemu aku dan kekasihku, Cristo, tapi kamu tau sendiri kalau laki-laki sialan itu malah gak datang dan membatalkan pernikahan kami." 

"Lalu bagian menguntungkannya bagaimana?" 

Keira terdiam. Ia bingung harus memberikan keuntungan apa ke Dean. Uang? Ia saja sudah menghabiskan tabungannya untuk biaya pernikahan jadi tak mungkin memberikannya uang. Mobil? Mobil saja masih kredit belum lunas. 

"Hmm, keuntungannya itu kamu bisa menambah pahala karena membantu orang lain. Ibaratnya, membantu atas dasar kemanusiaan." 

Dean terperangah. Baru kali ini ia mendengar ada orang yang meminta bantuan berpura-pura jadi pacar sementara untuk bertemu orang tuanya atas dasar kemanusiaan. Memang gadis ini lain daripada yang lain dan itu cukup menarik.  

"Please Mr Dean. Please help me dan keadaannya sudah sangat mendesak." Keira menundukkan wajahnya. "Aku sudah tak punya pilihan." 

Keadaan hening sesaat tak ada kata yang terucap. Sampai Keira mengerti kalau pria ini tak mungkin mau menolongnya, mereka saja baru bertemu beberapa jam yang lalu. Tak semua orang bisa melakukannya terlebih pada orang yang baru dikenalnya sampai suara Dean memecahkan keheningan tersebut. 

"Hanya berpura-pura saja kan?" tanya Dean 

Keira menengadahkan kepalanya. Apakah pengacara ini mau membantunya? 

"I–iya hanya berpura-pura saja sebentar. Nanti kamu bisa bilang kalau pernikahan kita akan ditunda dulu sementara waktu dengan alasan kalau kamu akan dipindah kerja ke luar negeri," ucap Keira bersemangat. 

Dean mengernyitkan dahinya. Perkataan Keira cukup masuk akal. "Hanya itu?" 

"Iya hanya itu. Mudah sekali bukan?" Keira tersenyum. "Selanjutnya nanti aku yang mengatur semuanya. Aku bisa memberikan alasan ke orang tuaku kalau kamu memutuskan hubungan kita karena pekerjaan. Jadi semuanya akan baik-baik saja." 

"Oke, tak masalah." 

Keira menghembuskan napasnya. Ia sangat lega Dean menyetujui semua rencananya. "Kalau begitu tunggu dulu di sini, aku mau ke depan." 

"Tunggu dulu." Dean menghentikan Keira. 

"Kenapa? Apa kamu berubah pikiran?" tanya Keira ketakutan. 

"Bukan, bukan seperti itu. Aku cuma ingin menanyakan siapa nama orang tuamu?" 

"Ooh iya lupa. Nama Papaku itu Arman dan Mamaku, Rosana." 

"Hmm, oke." 

"Kalau begitu aku pergi dulu sebentar." 

Keira berjalan dengan semangat. Semoga saja rencananya berjalan lancar dan Dean mau menuruti semua skenario yang sudah dibuatnya secara dadakan. Dean tersenyum melihat semangatnya Keira. Gadis itu memang memiliki semangat untuk membuat orang lain bahagia meskipun dirinya sendiri sedang terluka. 

Keira dan kedua orang tuanya menuju arah Dean. Keira memberi kode ke Dean agar segera menyambutnya. Tentu saja Dean mengikuti semua keinginan Keira agar gadis itu tidak mengecewakan orang tuanya. 

"Selamat siang, Pak, saya Dean Angelo," ucap Dean memperkenalkan dirinya. 

Keira sangat terkejut. Bagaimana bisa Dean tidak mau mengaku sebagai Cristo, ia jadi sangat ketakutan sendiri. 

"Dean? Bukannya namamu, Cristo?" tanya Arman, ayah Keira bingung. 

"Sama saja Pak. Nama lengkap saya itu Dean Angelo, tapi orang-orang terdekat memanggil saya Cristo." 

"Owalah, iya… iya… saya mengerti. Anak jaman sekarang yaa ada-ada saja." 

"Tidak juga Pak. Hanya hal-hal tertentu saja. Saya lebih suka dengan cara orang tua dalam berpikiran dan bertindak karena sudah lama banyak pengalaman hidup." 

"Ooh iya Nak Dean, tapi wajahmu di video call dulu dengan aslinya berbeda ya." 

"Yaa mungkin karena efek kamera Pak. Jaman sekarang banyak pakai filter agar wajah jadi berbeda dengan aslinya. Seperti, Pak Arman dan Bu Rosana yang terlihat jauh lebih muda daripada di video call." 

"Aduh, Nak Dean jangan panggil kami Pak dan Ibu. Panggil saja Papa mama, kamu kan sebentar lagi akan jadi menantu kamu." 

"Iya Pa, Ma." 

Arman, Rosana tersenyum dan terlihat bahagia mendengar pujian Dean. Begitu juga dengan Keira, ia bahagia bisa membuat orang tuanya tidak kecewa. Ia berharap Dean akan tetap sesuai rencana bukan mengubah semuanya mendadak seperti tadi. Jantungnya hampir keluar dari tubuhnya. 

Dean berbicara sesuai rencana yang diberikan Keira dan ditambah-tambahkan kata-kata yang sesuai agar lebih enak dan indah didengar. Tapi semua itu membuat Keira gelisah, Dean sampai saat ini belum mengatakan kalau pernikahan mereka akan ditunda. 

"Minggu depan pernikahan kalian akan segera menjadi suami istri. Papa sama Mama sangat menantikan pernikahan kalian, ini sedikit tambahan untuk pernikahan kalian. Walau tidak banyak seenggaknya bisa membantu kalau  ada biaya yang kurang." Arman memberikan amplop coklat ke Dean.

Dean melirik Keira yang tampak kebingungan dengan kejadian yang tak terduga ini. 

"Jangan Pa, Ma. Semua biaya sudah tercukupi. Lebih baik uang ini ditabung saja." Dean menolak pemberian Arman. 

"Kami mohon terima lah uang ini. Ini tulus dari kami yang memang sengaja menyisihkan sedikit uang untuk biaya pernikahan putri kami satu-satunya." 

"Papa jangan aku sama Dean memang berniat tidak ingin merepotkan orang tua dengan membebani kalian biaya pernikahan." Keira langsung mengambil tindakan agar Arman tidak memberikan uang mereka. 

"Papa bersikeras kalian berdua harus menerimanya. Kalau kalian tidak mau Papa, Mama akan sangat kecewa." 

Dean dan Keira saling berpandangan. Keira menganggukan kepalanya ke Dean. Dean yang tidak ingin mengecewakan kedua orang tua Keira dengan berat hati menerima pemberian Arman. 

"Terima kasih Papa, Mama, kalian orang tua yang sangat baik dan perhatian. Terima kasih juga sudah membesar wanita yang luar biasa seperti Keira. Saya sangat beruntung bisa memiliki kalian dan juga calon istri yang akan menjadi pendamping saya sampai akhir hidup saya." 

Rosana langsung menangis haru mendengar perkataan Dean begitu juga dengan Arman. Arman jadi tenang putrinya sudah berada di tangan laki-laki yang tepat dan Keira sampai berkaca-kaca dengan ucapan Dean. Seandainya semua yang dikatakan Dean benar tentu ia akan menjadi wanita paling bahagia di dunia ini. 

Keira menggelengkan kepalanya. Ia tidak boleh terlena dengan keadaan ini, Dean tidak sesuai dengan rencana awal. Kenapa pria yang awalnya enggan berpura-pura jadi kekasihnya, malah sekarang berbeda? Keira jadi khawatir semuanya tidak berjalan lancar. 

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Oh, My Lawyer    100

    Tatapan Vio nanar saat dilihatnya Vanessa yang mengenakan gaun berwarna peach panjang di atas tempat tidur. Air matanya terjatuh saat tubuh Vanessa yang terbujur di sana. Dengan langkah perlahan dia mendekati Vanessa.“Vanes. Vanessa bangun, Vanes,” ucap Vio dengan tak bersemangat.“Bangun Vanes. Bangun!” Vio berteriak sambil menggoncang-goncangkan tubuh Vanessa dengan kencang.“Bangun Vanessa. Ini Kakak datang, jangan tinggalkan aku seperti ini. Vanes, bangun Vanes.” Vio memeluk tubuh Vanessa dengan erat. Air mata terus mengalir di pipinya. Dia sangat sedih kehilangan wanita yang sudah dianggapnya seperti adik kandungnya sendiri.Pak Ujang melihat hal tersebut mendekati Vanessa. Sejujurnya dia tidak mengetahui permasalahannya hingga membuatnya jadi penasaran dengan apa yang terjadi. “Yaa Tuhan botol obatnya aja sudah kosong semua. Berapa banyak yang kamu telat, Vanes.” Tangan Vio memegang botol obat tidur. “Maaf Bu boleh saya periksa denyut nadi Bu Vanessa.” “Iya Pak.”Pak Ujang m

  • Oh, My Lawyer    99

    Tidak semua orang mampu mengatasi masalahnya sendiri dengan berbagai macam sifat, karakter, pemikiran yang berbeda-beda. Apalagi disertai rasa bersalah. Semakin membuat hati dan pikiran menjadi terpuruk.Vanessa menatap langit-langit kamarnya. Dia terlalu lelah dengan permasalahan dalam hidupnya. Tidak ada kesempatan lagi untuk dia memperbaiki semua kesalahan.“Seandainya dulu aku bisa untuk mencegah semuanya. Memiliki keberanian untuk mengatakan hal yang sebenarnya tentu Ettan masih bersamaku. Ettan dan aku bisa hidup bahagia,” ucap Vanessa dengan sangat menyesal. “Tunggu aku, Sayang. Kita akan bertemu lagi. Cinta kita akan abadi.” ucap Vanessa dengan tersenyum lalu menutup matanya. Berharap tak akan pernah bangun lagi untuk selamanya.Pak Syarif, pihak keamanan perumahan Diego Hills segera menuju rumah Vanessa. Dia berkali-kali menekan bel rumah walau tidak ada yang jawaban.“Aduh kumaha ieu? naha teu aya anu kaluar ti imah muka panto?” Syarif berkata dengan bahasa Sunda kebingunga

  • Oh, My Lawyer    98

    Di saat harapan sudah mulai sirna dan keinginan untuk menghadapi kenyataan hidup begitu menyakitkan. Terkadang manusia yang memiliki pikiran pendek memilih untuk menyerahkan segalanya. Walau mengetahui bahwa apa yang dilakukannya adalah salah.Vio sangat panik mendengar kata-kata Vanessa sebelum sahabatnya yang sudah seperti saudara baginya sebelum mengakhiri komunikasi mereka. Berkali-kali dia menelpon ponsel Vanessa, tapi sudah tidak aktif. Rasa cemas dan ketakutan melandanya. Dia khawatir Vanessa benar-benar memilih jalan pintas untuk mengakhiri hidupnya sendiri.“Aku harus segera ke rumah Vanessa,” ucapnya.Dia segera ke rumah Vanessa. Mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi.“Semoga aku ga terlambat.”Jalanan Ibu Kota begitu padat. Dia sangat kesal harus selalu berjibaku dengan kemacetan yang seakan tidak pernah berakhir.“Aduuh malah macet sih nih. Ayo dong yang di depan cepetan.” Vio membunyikan klakson mobilnya berkali-kali.Namun, Vio masih berusaha untuk menelpon Vanes

  • Oh, My Lawyer    97

    Rasa kecewa dan penyesalan selalu membuat seseorang mengerti dengan keadaan. Walau rasa kecewa mampu membuat sesak di dalam dada, tapi juga tetap harus melanjutkan perjalanan hidup.Vanessa memikirkan semua perkataan Dean. Dia mencoba memancing Lucas agar datang ke rumahnya. Jika Lucas tidak datang semua yang telah direncanakan Dean dan dia akan sia-sia. Dia harus membalaskan dendam Ettan pada Lucas.Sambil memegang ponselnya Vanessa memberanikan diri menghubungi Lucas. Semenjak acara pemakaman Ettan Lucas sangat jarang datang ke rumahnya, dia tahu alasan kenapa sekarang laki-laki tua tersebut tidak menghampirinya lagi sebab sudah memiliki wanita lain. Walau sebenarnya dia tidak peduli karena yang dibutuhkannya dari Lucas hanya uangnya saja.“Kenapa?” tanya Lucas dingin tanpa berbasi-basi pada Vanessa. “Halo Sayang. Lagi di mana Pi?” tanya Vanessa dengan manja.“Kenapa tanya-tanya aku di mana? Ga usah mau tau aku di mana.”“Iih Papi kok gitu sih sama aku. Jangan marah-marah dong Pi.

  • Oh, My Lawyer    96

    Keira menatap Dean yang tidur. Dia memperhatikan raut wajah suaminya menyentuh hidungnya yang bangir.“Sampai kapan kamu mau melihat aku terus Kei. Aku tau aku sangat tampan,” ucap Dean dengan suara serak khas orang bangun tidur.“Idiih, siapa juga yang melihat kamu. Aku tuh liat ilermu tuh.” Keira malu sendiri ketahuan menatap Dean.“Aku ga pernah ngiler Sayang.”“Aah masaaa… mana mungkin ga pernah ngiler.”“Iya bener. Aku manusia nyaris sempurna.”“Iya percaya deh. Manusia nyaris sempurna yang hanya takut sama mbak kunti.”“Sayang… jangan suka bercanda tentang makhluk yang tidak boleh dibecandain. Nanti kalau dengar terus muncul gimana?”“Nanti paling panggil Dean… Dean…” Keira berkata sambil menirukan suara bergetar menakut-nakuti Dean.Dean tersenyum. Dia paling tidak kalau Keira membawa-bawa makhluk halus.“Udah akh, aku mau mandi dulu,” ucap Dean kesal.“Iis, pagi-pagi udah baper aja sih Pak,” ujar Keira mencibirkan bibirnya.Dean menarik kepala Keira dan mencium bibirnya. Rasa

  • Oh, My Lawyer    95

    Dean merasa masih ada janggal dengan keterangan Vanessa. Dia menggenggam tangan wanita yang mengenakan mini dress warna merah muda.“Bagaimana kamu bisa tau kalau Lucas yang membunuh Ettan? Bagaimana caranya?” tanya Dean.“Aku mendengar perkataannya Lucas saat dia dihubungi salah satu pejabat pemerintahan dan petinggi-petinggi berbagai perusahaan,” jawab Vanessa.“Lalu? Bagaimana caranya membunuh Ettan?” Dean semakin penasaran lagi.“Nah si Lucas itu ga tau menghubungi siapa kayaknya sih orang penting juga sambil marah-marah. Eeh, besoknya aku dengar kabar di televisi kalau Ettan meninggal karena bunuh diri.” Wajah Vanessa terlihat sedih.“Kamu sedih karena Ettan meninggal? Apa aku memiliki hubungan dengan Ettan.”Vanessa terdiam. Dia memang sempat beberapa kali berhubungan intim dengan Ettan di belakang Lucas, tanpa sepengetahuan siapapun. Walau bagaimanapun Ettan bukanlah anaknya dan dia bukan istri Lucas. Dia hanya wanita simpanan Lucas.“Aku… aku… tidak dapat mengatakannya.” Vanes

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status