Share

4. Tolong Aku

Dean menatap Keira heran. Ia bingung dengan apa yang dikatakan gadis yang ada di depannya. Menjadi kekasihnya untuk sementara? What the hell is this! Apa yang terjadi dengan gadis ini? Apa dia waras berkata seperti itu. 

"Wait, apa maksudmu?" Dean bertanya lagi agar tidak salah mendengar perkataan wanita yang ada dihadapannya. 

"Kamu tadi sudah mendengar kalau pernikahanku batal, tapi keadaannya sekarang gak semudah itu." Keira menatap Dean dengan sorot mata memohon. "Aku mohon tolonglah aku. Aku bingung harus bagaimana lagi. Please help me."  

"Untuk apa aku membantumu dan apa untungnya untukku?" tanya Dean curiga. 

"Orang tua sedang dalam perjalanan ke restoran ini dari Surabaya untuk bertemu aku dan kekasihku, Cristo, tapi kamu tau sendiri kalau laki-laki sialan itu malah gak datang dan membatalkan pernikahan kami." 

"Lalu bagian menguntungkannya bagaimana?" 

Keira terdiam. Ia bingung harus memberikan keuntungan apa ke Dean. Uang? Ia saja sudah menghabiskan tabungannya untuk biaya pernikahan jadi tak mungkin memberikannya uang. Mobil? Mobil saja masih kredit belum lunas. 

"Hmm, keuntungannya itu kamu bisa menambah pahala karena membantu orang lain. Ibaratnya, membantu atas dasar kemanusiaan." 

Dean terperangah. Baru kali ini ia mendengar ada orang yang meminta bantuan berpura-pura jadi pacar sementara untuk bertemu orang tuanya atas dasar kemanusiaan. Memang gadis ini lain daripada yang lain dan itu cukup menarik.  

"Please Mr Dean. Please help me dan keadaannya sudah sangat mendesak." Keira menundukkan wajahnya. "Aku sudah tak punya pilihan." 

Keadaan hening sesaat tak ada kata yang terucap. Sampai Keira mengerti kalau pria ini tak mungkin mau menolongnya, mereka saja baru bertemu beberapa jam yang lalu. Tak semua orang bisa melakukannya terlebih pada orang yang baru dikenalnya sampai suara Dean memecahkan keheningan tersebut. 

"Hanya berpura-pura saja kan?" tanya Dean 

Keira menengadahkan kepalanya. Apakah pengacara ini mau membantunya? 

"I–iya hanya berpura-pura saja sebentar. Nanti kamu bisa bilang kalau pernikahan kita akan ditunda dulu sementara waktu dengan alasan kalau kamu akan dipindah kerja ke luar negeri," ucap Keira bersemangat. 

Dean mengernyitkan dahinya. Perkataan Keira cukup masuk akal. "Hanya itu?" 

"Iya hanya itu. Mudah sekali bukan?" Keira tersenyum. "Selanjutnya nanti aku yang mengatur semuanya. Aku bisa memberikan alasan ke orang tuaku kalau kamu memutuskan hubungan kita karena pekerjaan. Jadi semuanya akan baik-baik saja." 

"Oke, tak masalah." 

Keira menghembuskan napasnya. Ia sangat lega Dean menyetujui semua rencananya. "Kalau begitu tunggu dulu di sini, aku mau ke depan." 

"Tunggu dulu." Dean menghentikan Keira. 

"Kenapa? Apa kamu berubah pikiran?" tanya Keira ketakutan. 

"Bukan, bukan seperti itu. Aku cuma ingin menanyakan siapa nama orang tuamu?" 

"Ooh iya lupa. Nama Papaku itu Arman dan Mamaku, Rosana." 

"Hmm, oke." 

"Kalau begitu aku pergi dulu sebentar." 

Keira berjalan dengan semangat. Semoga saja rencananya berjalan lancar dan Dean mau menuruti semua skenario yang sudah dibuatnya secara dadakan. Dean tersenyum melihat semangatnya Keira. Gadis itu memang memiliki semangat untuk membuat orang lain bahagia meskipun dirinya sendiri sedang terluka. 

Keira dan kedua orang tuanya menuju arah Dean. Keira memberi kode ke Dean agar segera menyambutnya. Tentu saja Dean mengikuti semua keinginan Keira agar gadis itu tidak mengecewakan orang tuanya. 

"Selamat siang, Pak, saya Dean Angelo," ucap Dean memperkenalkan dirinya. 

Keira sangat terkejut. Bagaimana bisa Dean tidak mau mengaku sebagai Cristo, ia jadi sangat ketakutan sendiri. 

"Dean? Bukannya namamu, Cristo?" tanya Arman, ayah Keira bingung. 

"Sama saja Pak. Nama lengkap saya itu Dean Angelo, tapi orang-orang terdekat memanggil saya Cristo." 

"Owalah, iya… iya… saya mengerti. Anak jaman sekarang yaa ada-ada saja." 

"Tidak juga Pak. Hanya hal-hal tertentu saja. Saya lebih suka dengan cara orang tua dalam berpikiran dan bertindak karena sudah lama banyak pengalaman hidup." 

"Ooh iya Nak Dean, tapi wajahmu di video call dulu dengan aslinya berbeda ya." 

"Yaa mungkin karena efek kamera Pak. Jaman sekarang banyak pakai filter agar wajah jadi berbeda dengan aslinya. Seperti, Pak Arman dan Bu Rosana yang terlihat jauh lebih muda daripada di video call." 

"Aduh, Nak Dean jangan panggil kami Pak dan Ibu. Panggil saja Papa mama, kamu kan sebentar lagi akan jadi menantu kamu." 

"Iya Pa, Ma." 

Arman, Rosana tersenyum dan terlihat bahagia mendengar pujian Dean. Begitu juga dengan Keira, ia bahagia bisa membuat orang tuanya tidak kecewa. Ia berharap Dean akan tetap sesuai rencana bukan mengubah semuanya mendadak seperti tadi. Jantungnya hampir keluar dari tubuhnya. 

Dean berbicara sesuai rencana yang diberikan Keira dan ditambah-tambahkan kata-kata yang sesuai agar lebih enak dan indah didengar. Tapi semua itu membuat Keira gelisah, Dean sampai saat ini belum mengatakan kalau pernikahan mereka akan ditunda. 

"Minggu depan pernikahan kalian akan segera menjadi suami istri. Papa sama Mama sangat menantikan pernikahan kalian, ini sedikit tambahan untuk pernikahan kalian. Walau tidak banyak seenggaknya bisa membantu kalau  ada biaya yang kurang." Arman memberikan amplop coklat ke Dean.

Dean melirik Keira yang tampak kebingungan dengan kejadian yang tak terduga ini. 

"Jangan Pa, Ma. Semua biaya sudah tercukupi. Lebih baik uang ini ditabung saja." Dean menolak pemberian Arman. 

"Kami mohon terima lah uang ini. Ini tulus dari kami yang memang sengaja menyisihkan sedikit uang untuk biaya pernikahan putri kami satu-satunya." 

"Papa jangan aku sama Dean memang berniat tidak ingin merepotkan orang tua dengan membebani kalian biaya pernikahan." Keira langsung mengambil tindakan agar Arman tidak memberikan uang mereka. 

"Papa bersikeras kalian berdua harus menerimanya. Kalau kalian tidak mau Papa, Mama akan sangat kecewa." 

Dean dan Keira saling berpandangan. Keira menganggukan kepalanya ke Dean. Dean yang tidak ingin mengecewakan kedua orang tua Keira dengan berat hati menerima pemberian Arman. 

"Terima kasih Papa, Mama, kalian orang tua yang sangat baik dan perhatian. Terima kasih juga sudah membesar wanita yang luar biasa seperti Keira. Saya sangat beruntung bisa memiliki kalian dan juga calon istri yang akan menjadi pendamping saya sampai akhir hidup saya." 

Rosana langsung menangis haru mendengar perkataan Dean begitu juga dengan Arman. Arman jadi tenang putrinya sudah berada di tangan laki-laki yang tepat dan Keira sampai berkaca-kaca dengan ucapan Dean. Seandainya semua yang dikatakan Dean benar tentu ia akan menjadi wanita paling bahagia di dunia ini. 

Keira menggelengkan kepalanya. Ia tidak boleh terlena dengan keadaan ini, Dean tidak sesuai dengan rencana awal. Kenapa pria yang awalnya enggan berpura-pura jadi kekasihnya, malah sekarang berbeda? Keira jadi khawatir semuanya tidak berjalan lancar. 

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status