Beranda / Rumah Tangga / Oh, My Lawyer / 5. Apa Keuntungannya?

Share

5. Apa Keuntungannya?

Penulis: Miss L
last update Terakhir Diperbarui: 2024-01-07 15:31:03

Pertemuan orang tua Keira dan Dean sudah selesai. Dean ingin mengantarkan orang tua Keira, tapi Keira menolaknya. Ia akan membawa ayah dan ibu ke hotel yang memang sudah dipesannya untuk tempat tinggal selama seminggu sebelum hari pernikahannya. 

Dean tak mempermasalahkannya sebelum Keira pergi ia sudah mendapatkan nomor telepon gadis itu. Ia sekarang sedang menunggu ayahnya di restoran Orien. Tak lama ayahnya pun menjemputnya, banyak hal yang mereka bicarakan. Dean sangat merindukan rumah dan ayahnya. 

Sesampainya di rumah Dean memperhatikan sekeliling rumah dibelinya 4 tahun yang lalu. Bagi Dean, rumah tempatnya untuk berteduh, tempatnya untuk mengadu, dan tempatnya untuk melepaskan seluruh rasa penat setelah seharian bekerja. Meskipun dulu ia sangat membenci yang namanya rumah. Pengkhianatan Rosie membuat keluarga yang bahagia itu tercerai berai. 

"Dean karirmu sebagai pengacara sangat bagus, keuangan keluarga kita juga sangat mapan, ada rumah, ada mobil, tapi kapan yaa rumah ini diisi dengan suara anak kecil." Rudi mulai menyindir Dean tentang pernikahan. 

"Aku sedang memikirkan hal tersebut Ayah. Aku bertemu seorang wanita yang merasa harus melindunginya, menjaganya, dan tak ingin dia menangis," ujar Dean ingin membicarakan pernikahannya dengan Keira. 

"Wah, kamu dapat pacar bule, Nak? Kalau bisa sih orang kita aja, Dean. Banyak gadis-gadis cantik di Indonesia yang pasti mau mengantri untuk menikah denganmu." 

"Hahaha, Ayah jangan suka menyimpulkan sesuatu sebelum tahu hal yang sebenarnya. Walau aku kuliah, kerja di Miami, tapi aku tertarik dengan wanita Indonesia. Gadis cantik, manis, keras kepala, tapi sangat menyayangi kedua orang tuanya bahkan rela melakukan apapun demi membuat orang tuanya bahagia." Dean tersenyum teringat Keira. 

"Kapan kamu akan memperkenalkannya ke Ayah? Ayah jadi penasaran wanita seperti apa yang bisa membuat kamu jatuh cinta." 

Mendengar kata jatuh cinta membuat Dean terdiam. Senyuman yang tadi merekah di pipinya berubah dan bertanya-tanya sendiri apakah ia jatuh cinta pada Keira? 

"Besok aku akan memperkenalkannya ke Ayah dan seminggu lagi aku akan menikahinya." 

"Seminggu lagi? Kamu serius Dean, pernikahan itu harus dipikirkan secara matang. Ayah belum bertemu dengan keluarga, dan kita belum melamarnya. Belum lagi mempersiapkan gedung, mengundang keluarga, dan masih banyak hal lainnya. Jangan mendadak begini." Rudi jadi sibuk sendiri. 

"Ayah gak usah khawatir aku dan Keira sudah mempersiapkan semuanya. Ayah duduk manis aja, undang saja keluarga dekat, ini hanya pesta sederhana." 

"Jadi namanya Keira. Kamu ini sukanya dadakan Ayah jadi kebingungan sendiri ini." 

"Ayah, Keira, wanita yang sangat baik begitu juga orang tuanya. Aku yakin kalau Ayah sudah bertemu dengan Keira dan orang tuanya. Ayah pasti akan sangat menyukainya." 

"Ya sudah kalau begitu. Kamu atur saja mana yang terbaik menurutmu." 

Rudi memilih pasrah saja dengan apa yang direncanakan putrinya. Lebih baik ia mengalah daripada Dean tidak mau menikah. 

Di apartemennya Keira sedang menangis tersedu-sedu di pelukan Vio. Vio berusaha membuat Keira tetap tegar dan tidak bersedih karena pernikahannya gagal. Ia juga menceritakan kalau bertemu dengan Dean yang telah menolongnya untuk berpura-pura jadi kekasihnya. 

"Sepertinya dia orang baik mau menolongmu," ucap Vio. 

"Bukannya aku gak mau dibantu Vi, tapi ada yang aneh. Dia gak menuruti rencana awal kamu tentang membatalkan pernikahan malah ingin tetap melanjutkannya." Keira jadi khawatir.  

"Ya udah nikah aja sama dia." 

"Gila yang bener aja kamu, Vio. Aku gak mungkin nikah sama orang yang gak aku kenal. Aku juga gak ada perasaan apapun ke dia. Aku pokoknya gak mau Vi." 

"Lalu apa lagi pilihanmu? Gak mungkin kamu gak nikah sama dia. Orang tuamu aja sudah kayak begitu jangan aneh-aneh deh, Kei." 

Keira menghela napasnya. Memang benar yang dikatakan Vio kalau sudah tak ada pilihan, tapi setiap kemungkinan itu ada. Dia bisa menyuruh Dean untuk kabur saat akan menikah jadi semuanya akan baik-baik saja. 

"Apa yang kamu pikirkan Kei? Apa kamu mau suruh Dean nanti kabur pas mau nikah?" tanya Vio yang seakan mengerti pikiran Keira. 

"Loh, kamu kok tau Vi? Wah hebat kamu." 

"Udah ketebak Kei. Kamu jangan berpikir aneh-aneh, ini menyangkut nama baik keluarga loh bukan main-main. Daripada kamu bingung mending bicara sama Dean terus kalian menikah aja, tapi nikah kontrak." 

"Akh, sama aja Vi. Kalau aku nikah kontrak yang ada statusku jadi janda, aku gak mau." 

"Hei bodoh." Vio menjitak kepala Keira. "Om Arman bisa kena serangan jantung nanti. Apa kamu mau Papamu game over karena kelakuanmu." 

Keira kembali menghela napasnya. Ia benar-benar terjebak dengan rencananya sendiri. Vio masih terus menasehati Keira tentang pernikahan dan apa yang harus sahabatnya itu lakukan. Dean juga bukan pria sembarangan pekerjaan pria itu seorang pengacara di luar negeri tentu bisa menguntungkan Keira. 

Telepon genggam Keira berdering. Ia melihat nomor Dean menghubunginya. Vio langsung dengan semangat menyuruh Keira untuk mengangkatnya dan besok bertemu dengan laki-laki itu untuk membicarakan pernikahan kontrak untuk menguntungkan kedua belah pihak. Keira mengangkat teleponnya mengatakan sesuai dengan permintaan Vio agar besok mereka bertemu. 

***

Keesokan harinya Keira bertemu dengan Dean. Mereka membicarakan semuanya tanpa terkecuali, tapi ada hal yang membuat Dean terkejut. Keira menawarkannya menikah kontrak yang hanya berlaku setahun setelah itu mereka bercerai. 

"Hmm… bagaimana ya. Aku sih gak keberatan, tapi…" Dean jadi ragu sendiri. 

"Aku gak akan minta hartamu, aku gak akan minta harta gono gini pas kita cerai. Kamu tenang saja ya." Keira langsung to the point. Ia mengerti pasti laki-laki itu tidak ingin apa yang dimilikinya jadi milik Keira saat mereka bercerai. 

"Bukan, bukan seperti itu. Ini tentang bagaimana nanti selanjutnya, perceraian kita tentu akan membuat orang tua kita berdua kecewa Keira." 

"Mau bagaimana lagi, kita berdua gak saling mencintai. Gak mungkin kita akan merasa semuanya akan baik-baik kalau menikah tanpa cinta." 

Dean menatap Keira. Ia tidak menginginkan pernikahan kontrak, ia ingin menikah yang sebenarnya bukan hanya sesaat. Mereka bisa belajar saling mencintai dan memahami, cinta akan tumbuh seiringnya mereka bersama, tapi ia juga tidak ingin memaksa Keira untuk terus bersamanya kalau gadis itu tidak menyukainya. 

"Baiklah kalau itu memang yang kamu inginkan," ujar Dean. 

"Syukurlah kalau kamu mau mengerti. Aku janji gak akan menganggu kehidupan pribadimu," ucap Keira. 

"Atur saja sesuai dengan keinginanmu." 

Dean dan Keira akhirnya bersepakat untuk menikah kontrak. Ada hal yang membuat Dean keberatan saat Keira meminta untuk dibuatkan kontrak untuk pernikahan mereka, baginya memiliki kontrak akan merugikan kedua belah pihak dan akhirnya Keira menyetujuinya. 

Dean dan Keira membawa Arman dan Rosana bertemu dengan Rudi di rumah Dean. Rudi sangat senang bisa bertemu dengan Keira dan orang tuanya. Benar yang dikatakan Dean kalau orang tua Keira sangat baik begitu juga dengan calon menantunya. Akhirnya, seluruh keluarga bersepakat dengan pernikahan Dean dan Keira, walau dalam hati Keira, ia ketakutan kalau semua rencana bisa batal secara sepihak. 

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Oh, My Lawyer    100

    Tatapan Vio nanar saat dilihatnya Vanessa yang mengenakan gaun berwarna peach panjang di atas tempat tidur. Air matanya terjatuh saat tubuh Vanessa yang terbujur di sana. Dengan langkah perlahan dia mendekati Vanessa.“Vanes. Vanessa bangun, Vanes,” ucap Vio dengan tak bersemangat.“Bangun Vanes. Bangun!” Vio berteriak sambil menggoncang-goncangkan tubuh Vanessa dengan kencang.“Bangun Vanessa. Ini Kakak datang, jangan tinggalkan aku seperti ini. Vanes, bangun Vanes.” Vio memeluk tubuh Vanessa dengan erat. Air mata terus mengalir di pipinya. Dia sangat sedih kehilangan wanita yang sudah dianggapnya seperti adik kandungnya sendiri.Pak Ujang melihat hal tersebut mendekati Vanessa. Sejujurnya dia tidak mengetahui permasalahannya hingga membuatnya jadi penasaran dengan apa yang terjadi. “Yaa Tuhan botol obatnya aja sudah kosong semua. Berapa banyak yang kamu telat, Vanes.” Tangan Vio memegang botol obat tidur. “Maaf Bu boleh saya periksa denyut nadi Bu Vanessa.” “Iya Pak.”Pak Ujang m

  • Oh, My Lawyer    99

    Tidak semua orang mampu mengatasi masalahnya sendiri dengan berbagai macam sifat, karakter, pemikiran yang berbeda-beda. Apalagi disertai rasa bersalah. Semakin membuat hati dan pikiran menjadi terpuruk.Vanessa menatap langit-langit kamarnya. Dia terlalu lelah dengan permasalahan dalam hidupnya. Tidak ada kesempatan lagi untuk dia memperbaiki semua kesalahan.“Seandainya dulu aku bisa untuk mencegah semuanya. Memiliki keberanian untuk mengatakan hal yang sebenarnya tentu Ettan masih bersamaku. Ettan dan aku bisa hidup bahagia,” ucap Vanessa dengan sangat menyesal. “Tunggu aku, Sayang. Kita akan bertemu lagi. Cinta kita akan abadi.” ucap Vanessa dengan tersenyum lalu menutup matanya. Berharap tak akan pernah bangun lagi untuk selamanya.Pak Syarif, pihak keamanan perumahan Diego Hills segera menuju rumah Vanessa. Dia berkali-kali menekan bel rumah walau tidak ada yang jawaban.“Aduh kumaha ieu? naha teu aya anu kaluar ti imah muka panto?” Syarif berkata dengan bahasa Sunda kebingunga

  • Oh, My Lawyer    98

    Di saat harapan sudah mulai sirna dan keinginan untuk menghadapi kenyataan hidup begitu menyakitkan. Terkadang manusia yang memiliki pikiran pendek memilih untuk menyerahkan segalanya. Walau mengetahui bahwa apa yang dilakukannya adalah salah.Vio sangat panik mendengar kata-kata Vanessa sebelum sahabatnya yang sudah seperti saudara baginya sebelum mengakhiri komunikasi mereka. Berkali-kali dia menelpon ponsel Vanessa, tapi sudah tidak aktif. Rasa cemas dan ketakutan melandanya. Dia khawatir Vanessa benar-benar memilih jalan pintas untuk mengakhiri hidupnya sendiri.“Aku harus segera ke rumah Vanessa,” ucapnya.Dia segera ke rumah Vanessa. Mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi.“Semoga aku ga terlambat.”Jalanan Ibu Kota begitu padat. Dia sangat kesal harus selalu berjibaku dengan kemacetan yang seakan tidak pernah berakhir.“Aduuh malah macet sih nih. Ayo dong yang di depan cepetan.” Vio membunyikan klakson mobilnya berkali-kali.Namun, Vio masih berusaha untuk menelpon Vanes

  • Oh, My Lawyer    97

    Rasa kecewa dan penyesalan selalu membuat seseorang mengerti dengan keadaan. Walau rasa kecewa mampu membuat sesak di dalam dada, tapi juga tetap harus melanjutkan perjalanan hidup.Vanessa memikirkan semua perkataan Dean. Dia mencoba memancing Lucas agar datang ke rumahnya. Jika Lucas tidak datang semua yang telah direncanakan Dean dan dia akan sia-sia. Dia harus membalaskan dendam Ettan pada Lucas.Sambil memegang ponselnya Vanessa memberanikan diri menghubungi Lucas. Semenjak acara pemakaman Ettan Lucas sangat jarang datang ke rumahnya, dia tahu alasan kenapa sekarang laki-laki tua tersebut tidak menghampirinya lagi sebab sudah memiliki wanita lain. Walau sebenarnya dia tidak peduli karena yang dibutuhkannya dari Lucas hanya uangnya saja.“Kenapa?” tanya Lucas dingin tanpa berbasi-basi pada Vanessa. “Halo Sayang. Lagi di mana Pi?” tanya Vanessa dengan manja.“Kenapa tanya-tanya aku di mana? Ga usah mau tau aku di mana.”“Iih Papi kok gitu sih sama aku. Jangan marah-marah dong Pi.

  • Oh, My Lawyer    96

    Keira menatap Dean yang tidur. Dia memperhatikan raut wajah suaminya menyentuh hidungnya yang bangir.“Sampai kapan kamu mau melihat aku terus Kei. Aku tau aku sangat tampan,” ucap Dean dengan suara serak khas orang bangun tidur.“Idiih, siapa juga yang melihat kamu. Aku tuh liat ilermu tuh.” Keira malu sendiri ketahuan menatap Dean.“Aku ga pernah ngiler Sayang.”“Aah masaaa… mana mungkin ga pernah ngiler.”“Iya bener. Aku manusia nyaris sempurna.”“Iya percaya deh. Manusia nyaris sempurna yang hanya takut sama mbak kunti.”“Sayang… jangan suka bercanda tentang makhluk yang tidak boleh dibecandain. Nanti kalau dengar terus muncul gimana?”“Nanti paling panggil Dean… Dean…” Keira berkata sambil menirukan suara bergetar menakut-nakuti Dean.Dean tersenyum. Dia paling tidak kalau Keira membawa-bawa makhluk halus.“Udah akh, aku mau mandi dulu,” ucap Dean kesal.“Iis, pagi-pagi udah baper aja sih Pak,” ujar Keira mencibirkan bibirnya.Dean menarik kepala Keira dan mencium bibirnya. Rasa

  • Oh, My Lawyer    95

    Dean merasa masih ada janggal dengan keterangan Vanessa. Dia menggenggam tangan wanita yang mengenakan mini dress warna merah muda.“Bagaimana kamu bisa tau kalau Lucas yang membunuh Ettan? Bagaimana caranya?” tanya Dean.“Aku mendengar perkataannya Lucas saat dia dihubungi salah satu pejabat pemerintahan dan petinggi-petinggi berbagai perusahaan,” jawab Vanessa.“Lalu? Bagaimana caranya membunuh Ettan?” Dean semakin penasaran lagi.“Nah si Lucas itu ga tau menghubungi siapa kayaknya sih orang penting juga sambil marah-marah. Eeh, besoknya aku dengar kabar di televisi kalau Ettan meninggal karena bunuh diri.” Wajah Vanessa terlihat sedih.“Kamu sedih karena Ettan meninggal? Apa aku memiliki hubungan dengan Ettan.”Vanessa terdiam. Dia memang sempat beberapa kali berhubungan intim dengan Ettan di belakang Lucas, tanpa sepengetahuan siapapun. Walau bagaimanapun Ettan bukanlah anaknya dan dia bukan istri Lucas. Dia hanya wanita simpanan Lucas.“Aku… aku… tidak dapat mengatakannya.” Vanes

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status