Pertemuan orang tua Keira dan Dean sudah selesai. Dean ingin mengantarkan orang tua Keira, tapi Keira menolaknya. Ia akan membawa ayah dan ibu ke hotel yang memang sudah dipesannya untuk tempat tinggal selama seminggu sebelum hari pernikahannya.
Dean tak mempermasalahkannya sebelum Keira pergi ia sudah mendapatkan nomor telepon gadis itu. Ia sekarang sedang menunggu ayahnya di restoran Orien. Tak lama ayahnya pun menjemputnya, banyak hal yang mereka bicarakan. Dean sangat merindukan rumah dan ayahnya.
Sesampainya di rumah Dean memperhatikan sekeliling rumah dibelinya 4 tahun yang lalu. Bagi Dean, rumah tempatnya untuk berteduh, tempatnya untuk mengadu, dan tempatnya untuk melepaskan seluruh rasa penat setelah seharian bekerja. Meskipun dulu ia sangat membenci yang namanya rumah. Pengkhianatan Rosie membuat keluarga yang bahagia itu tercerai berai.
"Dean karirmu sebagai pengacara sangat bagus, keuangan keluarga kita juga sangat mapan, ada rumah, ada mobil, tapi kapan yaa rumah ini diisi dengan suara anak kecil." Rudi mulai menyindir Dean tentang pernikahan.
"Aku sedang memikirkan hal tersebut Ayah. Aku bertemu seorang wanita yang merasa harus melindunginya, menjaganya, dan tak ingin dia menangis," ujar Dean ingin membicarakan pernikahannya dengan Keira.
"Wah, kamu dapat pacar bule, Nak? Kalau bisa sih orang kita aja, Dean. Banyak gadis-gadis cantik di Indonesia yang pasti mau mengantri untuk menikah denganmu."
"Hahaha, Ayah jangan suka menyimpulkan sesuatu sebelum tahu hal yang sebenarnya. Walau aku kuliah, kerja di Miami, tapi aku tertarik dengan wanita Indonesia. Gadis cantik, manis, keras kepala, tapi sangat menyayangi kedua orang tuanya bahkan rela melakukan apapun demi membuat orang tuanya bahagia." Dean tersenyum teringat Keira.
"Kapan kamu akan memperkenalkannya ke Ayah? Ayah jadi penasaran wanita seperti apa yang bisa membuat kamu jatuh cinta."
Mendengar kata jatuh cinta membuat Dean terdiam. Senyuman yang tadi merekah di pipinya berubah dan bertanya-tanya sendiri apakah ia jatuh cinta pada Keira?
"Besok aku akan memperkenalkannya ke Ayah dan seminggu lagi aku akan menikahinya."
"Seminggu lagi? Kamu serius Dean, pernikahan itu harus dipikirkan secara matang. Ayah belum bertemu dengan keluarga, dan kita belum melamarnya. Belum lagi mempersiapkan gedung, mengundang keluarga, dan masih banyak hal lainnya. Jangan mendadak begini." Rudi jadi sibuk sendiri.
"Ayah gak usah khawatir aku dan Keira sudah mempersiapkan semuanya. Ayah duduk manis aja, undang saja keluarga dekat, ini hanya pesta sederhana."
"Jadi namanya Keira. Kamu ini sukanya dadakan Ayah jadi kebingungan sendiri ini."
"Ayah, Keira, wanita yang sangat baik begitu juga orang tuanya. Aku yakin kalau Ayah sudah bertemu dengan Keira dan orang tuanya. Ayah pasti akan sangat menyukainya."
"Ya sudah kalau begitu. Kamu atur saja mana yang terbaik menurutmu."
Rudi memilih pasrah saja dengan apa yang direncanakan putrinya. Lebih baik ia mengalah daripada Dean tidak mau menikah.
Di apartemennya Keira sedang menangis tersedu-sedu di pelukan Vio. Vio berusaha membuat Keira tetap tegar dan tidak bersedih karena pernikahannya gagal. Ia juga menceritakan kalau bertemu dengan Dean yang telah menolongnya untuk berpura-pura jadi kekasihnya.
"Sepertinya dia orang baik mau menolongmu," ucap Vio.
"Bukannya aku gak mau dibantu Vi, tapi ada yang aneh. Dia gak menuruti rencana awal kamu tentang membatalkan pernikahan malah ingin tetap melanjutkannya." Keira jadi khawatir.
"Ya udah nikah aja sama dia."
"Gila yang bener aja kamu, Vio. Aku gak mungkin nikah sama orang yang gak aku kenal. Aku juga gak ada perasaan apapun ke dia. Aku pokoknya gak mau Vi."
"Lalu apa lagi pilihanmu? Gak mungkin kamu gak nikah sama dia. Orang tuamu aja sudah kayak begitu jangan aneh-aneh deh, Kei."
Keira menghela napasnya. Memang benar yang dikatakan Vio kalau sudah tak ada pilihan, tapi setiap kemungkinan itu ada. Dia bisa menyuruh Dean untuk kabur saat akan menikah jadi semuanya akan baik-baik saja.
"Apa yang kamu pikirkan Kei? Apa kamu mau suruh Dean nanti kabur pas mau nikah?" tanya Vio yang seakan mengerti pikiran Keira.
"Loh, kamu kok tau Vi? Wah hebat kamu."
"Udah ketebak Kei. Kamu jangan berpikir aneh-aneh, ini menyangkut nama baik keluarga loh bukan main-main. Daripada kamu bingung mending bicara sama Dean terus kalian menikah aja, tapi nikah kontrak."
"Akh, sama aja Vi. Kalau aku nikah kontrak yang ada statusku jadi janda, aku gak mau."
"Hei bodoh." Vio menjitak kepala Keira. "Om Arman bisa kena serangan jantung nanti. Apa kamu mau Papamu game over karena kelakuanmu."
Keira kembali menghela napasnya. Ia benar-benar terjebak dengan rencananya sendiri. Vio masih terus menasehati Keira tentang pernikahan dan apa yang harus sahabatnya itu lakukan. Dean juga bukan pria sembarangan pekerjaan pria itu seorang pengacara di luar negeri tentu bisa menguntungkan Keira.
Telepon genggam Keira berdering. Ia melihat nomor Dean menghubunginya. Vio langsung dengan semangat menyuruh Keira untuk mengangkatnya dan besok bertemu dengan laki-laki itu untuk membicarakan pernikahan kontrak untuk menguntungkan kedua belah pihak. Keira mengangkat teleponnya mengatakan sesuai dengan permintaan Vio agar besok mereka bertemu.
***
Keesokan harinya Keira bertemu dengan Dean. Mereka membicarakan semuanya tanpa terkecuali, tapi ada hal yang membuat Dean terkejut. Keira menawarkannya menikah kontrak yang hanya berlaku setahun setelah itu mereka bercerai.
"Hmm… bagaimana ya. Aku sih gak keberatan, tapi…" Dean jadi ragu sendiri.
"Aku gak akan minta hartamu, aku gak akan minta harta gono gini pas kita cerai. Kamu tenang saja ya." Keira langsung to the point. Ia mengerti pasti laki-laki itu tidak ingin apa yang dimilikinya jadi milik Keira saat mereka bercerai.
"Bukan, bukan seperti itu. Ini tentang bagaimana nanti selanjutnya, perceraian kita tentu akan membuat orang tua kita berdua kecewa Keira."
"Mau bagaimana lagi, kita berdua gak saling mencintai. Gak mungkin kita akan merasa semuanya akan baik-baik kalau menikah tanpa cinta."
Dean menatap Keira. Ia tidak menginginkan pernikahan kontrak, ia ingin menikah yang sebenarnya bukan hanya sesaat. Mereka bisa belajar saling mencintai dan memahami, cinta akan tumbuh seiringnya mereka bersama, tapi ia juga tidak ingin memaksa Keira untuk terus bersamanya kalau gadis itu tidak menyukainya.
"Baiklah kalau itu memang yang kamu inginkan," ujar Dean.
"Syukurlah kalau kamu mau mengerti. Aku janji gak akan menganggu kehidupan pribadimu," ucap Keira.
"Atur saja sesuai dengan keinginanmu."
Dean dan Keira akhirnya bersepakat untuk menikah kontrak. Ada hal yang membuat Dean keberatan saat Keira meminta untuk dibuatkan kontrak untuk pernikahan mereka, baginya memiliki kontrak akan merugikan kedua belah pihak dan akhirnya Keira menyetujuinya.
Dean dan Keira membawa Arman dan Rosana bertemu dengan Rudi di rumah Dean. Rudi sangat senang bisa bertemu dengan Keira dan orang tuanya. Benar yang dikatakan Dean kalau orang tua Keira sangat baik begitu juga dengan calon menantunya. Akhirnya, seluruh keluarga bersepakat dengan pernikahan Dean dan Keira, walau dalam hati Keira, ia ketakutan kalau semua rencana bisa batal secara sepihak.
Tanpa terasa tinggal satu hari lagi pernikahan Keira dan Dean akan dilaksanakan. Rudi, Arman, dan Rosanna sibuk mempersiapkan pernikahan anak mereka dengan semangat bahkan Vio ikut membantu persiapan pernikahan mereka. Dari persiapan pemberkatan di gereja hingga resepsi pernikahan di gedung hotel. Vio juga menemani Keira memilih gaun penganting yang baru sebab Dean tidak menginginkan gaun pengantin yang lama.Saat Vio bertemu dengan Dean. Dia tidak menyangka Dean begitu tampan bahkan sangat-sangat tampan. Wajah Dean seperti pria blasteran, hidungnya mancung, alisnya rapi bagaikan semut beriringan, kulitnya putih, rahangnya tegas, bentuk tubuhnya atletis, dan memiliki tinggi badan yang menjulang semakin membuat Vio terpesona pada pandangan pertama.Cara bicara Dean yang tegas dan berwibawa membuat Vio mengerti kalau pria tersebut merupakan seorang casanova. Jika bukan Dean dan Keira akan menikah dia pasti akan menggunakan kesempatan untuk mendapatkan pengacara tampan tersebut. Tatapan
Di salah satu hotel bintang 5 sudah terlihat banyak orang yang sedang mempersiapkan resepsi. Keira sang pengantin wanita menatap dirinya di depan cermin. Polesan make up dari perias profesional membuat Keira tampak berbeda dari biasanya. Warna rambutnya yang dulu berwarna pirang sudah berubah menjadi hitam legam. Terlihat pas dengan warna kulit Keira yang putih memancarkan aura kecantikan yang berbeda. Keira harus siap dengan keputusan yang telah diambilnya. Dia akan menikah hari ini dengan Dean, suara bel pintu kamar hotel membuyarkan lamunannya. Dia pun beranjak dari kursi menuju pintu yang diyakini nya kalau Mamanya yang menunggunya untuk menuju gereja.Tapi saat dia membuka pintu ada dua orang pria yang tidak dikenalnya berdiri dihadapannya. Pria-pria berpakaian cleaning service itu menatap Keira dengan tajam. Membuat bulu kudung Keira merinding sendiri, dia yakin kedua orang ini bukanlah petugas hotel.“Kalian siapa ya?” tanya Keira bingung.“Ikut kami,” ujar salah satu pria.“A
Rasa sesak seakan tercekik mendera saluran pernapasan Keira. Gelap, tidak terlihat apapun indra penglihatannya tertutupi oleh sebuah kain berwarna hitam. Dia ingin berteriak tapi sebuah selotip menghalangi bibirnya. Dia juga menggerakkan kaki dan tangannya juga tidak bisa, dia diikat. Ketakutan melanda Keira, siapa yang menculiknya? Sayup-sayup dia mendengar salah satu pria sedang berbicara sendiri seperti sedang menghubungi orang lain. Dia yakin kalau itu lah orang yang menyuruh menculiknya, tapi siapa?“Sebentar lagi Bos akan datang,” ujar salah satu penculik.“Hanya masalah wanita Bos rela mengeluarkan uang untuk menculik wanita itu,” ujar pria yang lain.“Biarlah itu urusan si Bos dan wanita itu yang penting kita di bayar.”“Iya juga sih. Duitnya lebih penting.”Mereka pun tertawa. Keira jadi semakin penasaran siapa Bos yang mereka maksud. Apa mungkin Cristo? Tapi masa Cristo menculik dia, bukannya lelaki itu telah meninggalkannya demi wanita lain. Entahlah dia bingung sendiri. D
Berkat Ettan yang bisa mengakses cctv hotel dengan bantuan orang tuanya semua orang mengetahui kalau Keira diculik bukan melarikan diri dari pernikahan. Dean sangat marah, siapa yang menculik Keira?“Dean, bagaimana sekarang?” tanya Ettan.Dean terdiam. Dia harus mencari cara untuk menyelamatkan Keira dari orang yang menculik calon istrinya. Tapi dia juga bingung siapa orang yang menculik Keira? Di saat Dean merasa buntu dengan pemikirannya. Vio tiba-tiba menatapnya dengan pandangan yang berbeda. Dia merasa risih dengan tatapan Vio.“Kamu kenapa?” tanya Dean.“Aku bicara denganmu,” ucap Vio dengan raut wajah serius.“Bicara di sini saja.”“Ini penting.”Dean menuruti permintaan Vio untuk berbicara berdua jauh dari orang tuanya dan orang tua Keira.“Katakan apa yang ingin kamu bicarakan,” ujar Dean.“Aku sedang memikirkan sesuatu,” ucap Vio.“Apa?”“Sepertinya aku tau siapa yang menculik Keira.”“Siapa?”“Cristo. Aku yakin itu Cristo.”“Kenapa kamu bisa begitu yakin?”“Keira tidak memi
Rasa sesak seakan tercekik mendera saluran pernapasan Keira. Gelap, tidak terlihat apapun indra penglihatannya tertutupi oleh sebuah kain berwarna hitam. Dia ingin berteriak tapi sebuah selotip menghalangi bibirnya. Dia juga menggerakkan kaki dan tangannya juga tidak bisa, dia diikat. Ketakutan melanda Keira, siapa yang menculiknya? Sayup-sayup dia mendengar salah satu pria sedang berbicara sendiri seperti sedang menghubungi orang lain. Dia yakin kalau itu lah orang yang menyuruh menculiknya, tapi siapa?“Sebentar lagi Bos akan datang,” ujar salah satu penculik.“Hanya masalah wanita Bos rela mengeluarkan uang untuk menculik wanita itu,” ujar pria yang lain.“Biarlah itu urusan si Bos dan wanita itu yang penting kita di bayar.”“Iya juga sih. Duitnya lebih penting.”Mereka pun tertawa. Keira jadi semakin penasaran siapa Bos yang mereka maksud. Apa mungkin Cristo? Tapi masa Cristo menculik dia, bukannya lelaki itu telah meninggalkannya demi wanita lain. Entahlah dia bingung sendiri. D
Berkat Ettan yang bisa mengakses cctv hotel dengan bantuan orang tuanya semua orang mengetahui kalau Keira diculik bukan melarikan diri dari pernikahan. Dean sangat marah, siapa yang menculik Keira?“Dean, bagaimana sekarang?” tanya Ettan.Dean terdiam. Dia harus mencari cara untuk menyelamatkan Keira dari orang yang menculik calon istrinya. Tapi dia juga bingung siapa orang yang menculik Keira? Di saat Dean merasa buntu dengan pemikirannya. Vio tiba-tiba menatapnya dengan pandangan yang berbeda. Dia merasa risih dengan tatapan Vio.“Kamu kenapa?” tanya Dean.“Aku bicara denganmu,” ucap Vio dengan raut wajah serius.“Bicara di sini saja.”“Ini penting.”Dean menuruti permintaan Vio untuk berbicara berdua jauh dari orang tuanya dan orang tua Keira.“Katakan apa yang ingin kamu bicarakan,” ujar Dean.“Aku sedang memikirkan sesuatu,” ucap Vio.“Apa?”“Sepertinya aku tau siapa yang menculi
Penyesalan kehilangan orang yang dicintai terkadang membuat orang menjadi mengerti betapa berharganya dia di dalam hidupmu. Tapi saat menyadari hal tersebut, dia telah pergi meninggalkanmu dengan sejuta rasa penyesalan yang hanya menjadi bayang semu.Cristo baru menyadari betapa pentingnya Keira dalam hidupnya. Selama setahun mereka menjalin kasih Keira selalu mendukungnya bahkan dia selalu menyembunyikan Keira agar tidak ada satu orangpun yang tahu tentang hubungan mereka.Status sosial Keira yang hanya seorang gadis sederhana dan dari keluarga sederhana tidak sebanding dengan keluarganya yang dari pengusaha kaya raya dan terpandang. Dia pun dulu tak pernah menyangka bisa jatuh cinta pada Keira.FlashbackCristo akan diwawancarai oleh majalah satu majalah fashion tentang penampilannya dan pekerjaannya. Dia sebenarnya tidak terlalu nyaman harus melakukan wawancara tapi mengingat dia baru saja menggantikan Kedudukan Handi Josep, Papanya sebagai CEO
Derit pintu terdengar memekakan telinga menandakan ada orang yang masuk ke dalam ruangan. Keira berusaha mendengar siapa yang masuk ke dalam ruangan tempat dia disekap.Walau mata dan mulutnya tertutup tapi indra pendengarannya masih bisa mendengar ada suara orang lain selain dua pria yang saling bercakap-cakap. Dia mengenal suara pria tersebut.“Cristo? Apa dalang penculikan aku Cristo? Kenapa dia melakukan ini.” Keira berkata dalam batinnya.“Bagaimana apa saat kalian membawa dia ada yang mengetahuinya?” tanya Cristo pada salah satu pria yang menculik Keira.“Tentu saja tidak bos. Kami melakukan pekerjaan ini secara profesional sesuai dengan bayaran kami untuk memuaskan pelanggan,” ujar penculik.“Baguslah tidak percuma aku membayar kalian berdua dengan mahal.”“Pasti bos. Pelanggan adalah raja dan kami selalu bisa membuat semua yang sulit menjadi lebih mudah.”Cristo memberikan dua amplop berwarna coklat pada mereka. “Kalian boleh pergi, tinggalkan aku bersama dia.”“Selamat menikm