Share

Kenangan Pahit

Shaunia memandang Alex dengan tatapan sendu. Betapa ia membenci pria dihadapannya saat ini.

FLASHBACK MODE : ON

"Yang Mulia, kurasa ini semua sudah cukup," kata Bernadette sambil menenteng sebuah keranjang yang lumayan berat berisi bunga mawar yang baru saja dipanen oleh Kiehl.

"Sebentar lagi! Aku masih perlu beberapa tangkai lagi," kata Kiehl muda masih sambil memotong tangkai bunga mawar.

Bernadette, ibu Shaunia berjalan mengikuti Kiehl dari belakang, sementara Kiehl sibuk memetik bunga yang akan dipersiapkannya khusus untuk ulang tahun Ratu Sophia.

Ini adalah kebiasaan Kiehl semenjak ia masih kecil. Yakni membuatkan rangkaian buket bunga mawar untuk diberikan pada sang ibu di hari ulang tahunnya. Kiehl bertekad untuk menjadikan hal tersebut sebagai tradisi.

Bernadette mengamati sekelilingnya sambil menunggui Tuannya.

"Yang Mulia, awas!" Seru Bernadette tiba-tiba.

Kejadiannya berlangsung begitu cepat. Kiehl merasakan tubuhnya didorong dengan kencang oleh Bernadette. Ia terjatuh di atas hamparan tanah berumput.

Hal berikut yang didengarnya adalah teriakan kesakitan Bernadette dan seekor ular berwarna keabuan yang menyusup pergi.

Di kaki Bernadette terlihat dua buah lubang kecil bekas patukan ular.

Para pengawal bergerak dengan cepat ketika me dengar teriakan Bernadette. Namun tetap saja, bisa ular tersebut sudah mulai bekerja.

Kaki Bernadette mulai membengkak di tempat ular tersebut mematuknya. Ia merasakan sensasi panas seperti terbakar.

"Bernadette! Anda tidak apa-apa?" Tanya Kiehl panik.

"Yang Mulia, Anda baik-baik saja?" Tanya Bernadette bersamaan dengan Kiehl.

"Cepat bawa dia ke istana, hubungi dokter atau rumah sakit!" Kiehl tidak menjawab Bernadette, melainkan langsung memberikan perintah yang efektif.

Namun para pengawal lebih mementingkan keselamatan nyawa Kiehl terlebih dahulu. Mereka langsung menyeret Kiehl pergi menjauh dari bahaya.

Sementara sebagian lagi mencoba untuk memberikan pertolongan pertama kepada Bernadette dan sisanya mulai menyisir kebun mawar mencari kehadiran ular tersebut.

"Ibuuuu!!!" Teriak Shaunia kecil sambil menangis berlari menghampiri Bernadette yang sedang di papah oleh seorang pengawal istana.

Shaunia baru saja diberitahu oleh salah satu rekan sekerja ibunya, bahwa sang bunda baru saja mengalami musibah dipatuk ular berbisa.

"Shaunia, tidak apa-apa, Nak!" Kata Bernadette mencoba untuk menenangkan putrinya.

Sementara itu sebuah mobil sudah disiapkan oleh para pengawal untuk mengantar Bernadette ke rumah sakit.

Shaunia masih terus menangis di dekat ibunya. Sampai di sini, Bernadette sudah mulai kehilangan kemampuannya untuk bicara. Pandangannya menjadi buram.

"Shaunia, apapun yang terjadi tetaplah berada di sini, gantikan ibu!" Teriak Bernadette.

Pesan Bernadette itu menjadi suara terakhir yang didengarnya dari sang ibu.

Tiga jam kemudian, Shaunia menerima kabar bahwa sang ibu telah pergi untuk selama-lamanya.

FLASHBACK MODE : OFF

Alex memandang mata Shaunia dengan tatapan sendu.

"Dan kau adalah orang yang menyebabkan aku diusir dari rumahku sendiri, Shaunia!" Kecam Alex dengan nada pedih.

Kejadian itu sendiri masih membekas dalam ingatannya dengan sangat jelas.

FLASHBACK MODE : ON

"Dia yang melakukannya!" Teriak Shaunia berkali-kali sambil menangis setelah acara pemakaman ibunya.

Shaunia dengan sia-sia mencoba menyerang Alex untuk melampiaskan kemarahannya pada Alex.

Ia masih kecil waktu itu. Shaunia sama sekali tidak peduli bahwa ia sudah melanggar batas kesopanan di hadapan Raja Roland dan Ratu Sophia. Bagi Shaunia kecil, yang ada  dipikirannya saat itu adalah ia ingin membalas Alex, menyakiti Alex untuk memperingan rasa sakit dan pedih dihatinya setelah ditinggal pergi oleh ibunya.

Kini Shaunia adalah seorang anak yatim piatu.

"Alex! Jawab Ayahmu!" Seru Ratu Sophia.

Ratu Sophia sebetulnya ingin membela Alex. Ia merasa tidak mungkin anak bungsunya berbuat hal seperti itu. Namun karena ia adalah seorang Ratu dan sedang berada dihadapan banyak orang, makania tak dapat melakukannya.

Alex tidak menjawab. Ia tetap bungkam seribu bahasa. Apa yang bisa dilakukannya untuk membela diri?

Kali ini ia terkena karma akan mulut besarnya sendiri. Dirinya selama ini sudah dikenal sebagai seorang 'Pangeran Bengal'. 

Sikapnya selalu bertentangan dengan aturan kerajaan. Karena ia merasa terlalu terkekang dengan banyaknya aturan istana yang harus diikutinya. Alex adalah tipe penyuka kebebasan.

Dan ia sudah pernah mengucapkan ancaman yang sama mengenai ular beberapa kali terhadap Shaunia maupun Kiehl jika mereka sedang bertengkar.

"Itu sudah pasti dia! Dia mengancamku akan mengirimkan ular untukku!" Teriak Shaunia masih sambil menangis tersedu. Seorang pelayan lain yang merupakan rekan kerja Bernadette langsung menutup mulut Shaunia.

Raja Roland tak menggubris teriakan Shaunia kecil sama sekali. Ia menatap putranya yang sedang diadili secara tertutup di dalam istana. 

Ini bukan perkara main-main. Raja Roland sebetulnya menyayangi Alex. Hanya saja Alex terlalu sulit untuk di atur. Dan saat ini sudah ada satu nyawa melayang, dan putranya yang menjadi tertuduh.

"Yang Mulia, maafkan saya jika saya menyela pembicaraan," Adipati Hensel berbicara.

"Kebetulan saya mendengar sendiri bahwa beberapa hari sebelumnya, Yang Mulia Pangeran Alexander memang mengancam anak mendiang Bernadette dengan ular," kata Adipati Hensel.

"Alex!" Raja Roland menegur Alex dengan keras.

"Apakah akan ada bedanya jika aku menjawabnya, Ayah?" Tanya Alex dengan berani.

"Aku tidak akan menyangkal bahwa aku memang pernah beberapa kali mengancam Kiehl dan 'Si Karat' akan mengirimkan ular untuk mereka," Kata Alex.

"Aku tahu bahwa kau yang melakukannya, Alex. Sebegitu bencinya kah kau padaku?" Tanya Kiehl tak percaya bahwa adiknya sendiri tega melakukan hal itu padanya.

Salah seorang staff keamanan Kiehl juga menyatakan bahwa kemungkinan ini adalah ulah yang dimaksudkan untuk mencelakakan Kiehl, agar Alex bisa menggantikan posisi Kiehl sebagai putra mahkota.

"Ya, aku membencimu!" Jawab Alex terpancing dan mulai menjadi berapi-api. 

Mengapa kau harus selalu unggul dalam segala hal dan membuatku terlihat menjadi seorang pecundang?" Geram Alex sambil menatap Kiehl.

"Alex! Ternyata kau ...." Raja Roland sekali itu bingung harus berlaku bagaimana. Ia seorang raja, maka ia harus adil dalam bertindak.

Tapi Alex adalah putranya sendiri. Bagaimana ia harus menjatuhkan hukuman berat terhadap anaknya sendiri?

"Alex! Darimana kau mendapatkan ular-ular itu?" Tanya Raja Roland sambil menunjuk sebuah kotak yang di dalamnya berisi ular-ular yang berhasil ditangkap. 

Total ada dua belas ekor ular yang berhasil ditangkap oleh pawang ular yang dipanggil dari luar Androva.

"Menurut pawang ular, ular ini bukan berasal dari Androva," Raja Roland melanjutkan penyelidikannya. 

Androva bukanlah negara tempat populasi ular banyak berkembang. Ada, tapi bukan jenis ular ini.

"Ini adalah ular 'mamba hitam'."

"Mereka hanya ada di Afrika, Alex."

"Jadi katakan padaku, darimana kau mendapatkan ular-ular tersebut?"

Ular mamba hitam terkenal sebagai ular tercepat dan mematikan di dunia. Namun demikian mamba hitam bukanlah jenis ular yang akan agresif menyerang tanpa sebab. Biasanya mereka akan lebih memilih untuk menghindar jika bisa. Mereka baru akan menyerang secara kilat jika merasa terusik.

Alex baru berusia dua belas tahun. Bagaimana mungkin anak seumur itu sudah bisa berbuat sekeji itu?

Tapi semua bukti menunjukkan bahwa Alex lah pelakunya. Karena Alex sampai saat ini juga tidak membela dirinya sendiri. Ia malah mengakui bahwa ia memang mengancam Kiehl dan Shaunia dengan ular.

Raja Roland tak dapat menemukan alasan lain selain harus menjatuhkan hukuman terhadap putranya sendiri. 

Hukuman yang berlaku bagi pelaku yang mencoba melakukan percobaan pembunuhan pada keluarga kerajaan adalah hukuman mati. Namun Alex adalah putranya sendiri. Darah dagingnya sendiri. Bagaimana ia dapat menjatuhkan hukuman seberat itu pada putra bungsunya?

"Alexander Phillip Roland III!"

"Dengan ini aku akan mengirim dirimu untuk melakukan introspeksi diri ke Inggris!" Raja Roland akhirnya mengeluarkan titah.

"Kau tidak diperkenankan untuk kembali ke Androva sampai suatu saat jika ada perubahan keputusan dariku!" 

Demikian seminggu setelahnya, Alex di asingkan dan dijauhkan dari rumahnya dan keluarganya ke Inggris.

FLASHBACK MODE : OFF

"Kita berdua sama-sama memiliki kenangan pahit akan kejadian di taman mawar ini, Shaunia," Kata Alex.

"Meski demikian, ada satu hal yang ingin kusampaikan padamu sekarang."

To be continue ....

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status