Siang ini begitu terik. Bayu akan mengintrogasi Miranda apa maksudnya dengan mengatakan hal-hal aneh pada istrinya Eliana. Bayu memanggilnya ke ruangannya, namun sebagai antisipasi dia juga memanggil Eliana.
“Bay, kau kangen aku ya? Makanya memanggilku?” Miranda tanpa tahu malu mengatakan itu.
“Jangan bicara hal yang aneh-aneh. Yang pertama, di mana Stefan? Yang ke dua, apa tujuanmu mengatakan hal-hal yang menjijikkan kemarin kepada istriku?” Miranda tertawa mendengarnya.
“Kalau tanya satu-satu dong, Beb. Jangan keroyokan. Aku jawab, ya? Yang pertama,aku tidak tahu Stefan di mana. Yang kedua itu kenyataan ‘kan,Sayang. Kau tidak maukah mengulang kembali kisah kita yang sangat romantis? Bibirku masih siap kok menerima sentuhanmu. Bahkan kalau pun kamu meminta lebih.” Bayu tersenyum sinis.
“Maksudmu seperti ini?” Bayu mencium Eliana sangat rakus. Dia
Sementara itu sejak kepergian Miranda dari ruangannya, Eliana yang terangsang juga menjadi ingin. Dia yang memimpin penyerangan kepada suaminya. “Hai kau ingin? Kayaknya asik juga melakukannya di atas meja.” Bayu menyingkirkan berkas-berkas agar dapat lebih leluasa untuk bercinta.“Aku suka kau yang mulai nakal, Sayang.” Bayu memasrahkan diri dimonopoli oleh istrinya. Eliana duduk di pangkuan Bayu dengan mengapit tubuh Bayu menggunakan kedua kakinya. Eliana bertingkah liar dengan melepaskan kemeja Bayu bahkan sekali sentak. Dia menyusuri leher jenjang Bayu yang sudah terbuka lebar siap sedia untuk dia sesap. Eliana memberikan kis marc berlebihan di sana. Namun Bayu sangat menyukainya walau terasa sedikit perih yang menggigit.Ada yang berusaha menerobos di bawah sana. Eliana menyadarinya, milik suaminya sudah mengeras. Wanita itu turun dari pangkuannya dan berusaha mengeluarkan singa jantan tersebut yang sudah on maks
Setelah sesi bercintanya, Bayu memiliki banyak tenaga untuk melanjutkan aktivitasnya. Masalah yang dibuat Stefan membuat dia harus bekerja lebih untuk mengatasinya. Walau tidak begitu besar pengaruhnya, jika tidak ditanggulangi dengan baik akan mengakibatkan masalah yang lebih besar. “Sayang sudah sore. Ayo pulang. Sepertinya hari ini keluarga Irwan mau bertandang ke rumah. Kayaknya mereka mau menentukan tanggal pernikahan deh. Kau tidak penasaran siapa Irwan?”“Mari kita pulang! Kau bisa cerita saat sudah sampai di rumah oke?” Bayu mengecup kening istrinya kemudian mematikan lampu ruangannya. Sekarang sudah setengah tujuh senja. Bayu mengajak untuk salat dulu sebelum beranjak pulang. mahrib sudah menjelang dari tadi. Untung saja malam ini tidak terlalu macet jalanan sehingga mereka dapat sampai rumah setengah delapan.“Ya Tuhan, Mama sudah takut nunggu kalian datang. Cepatlah bersih-bersih. Mereka sudah di jala
Semua orang sedang bincang-bincang setelah acara inti selesai. Serdangkan Irwan dengan Nilam mojok sendiri di taman belakang. Mereka butuh privasi untuk berbicara berdua karena setelah ini Nilam akan dipingit. Maka dari itu, Irwan akan mengatakan segela hal yang perlu dikatakan sebelum mereka benar-benar berpisah untuk sementara.“Sayang, kau bahagia?” tanya Irwan. Dia meraih tangan Nilam. Kemudian menciumnya dengan sangat dalam.“Apa perlu aku jawab, Mas boleh aku bertanya?” Irwan mengubah dari hanya memegang menjadi saling mengaitkan jemari. Tidak hanya satu tapi kedua tangannya.“Semua milikmu, mau tanya apa?” Nilam menarik napasnya sangat dalam.“Apa hubungannya Mas sama Kak Eliana?” Irwan tersenyum. Memang dulu dia sangat mencintai Eliana lebih dari siapa pun. Dia sangat terobsesi dengannya. Bahkan dekatnya Irwan dengan Nilam juga tidak luput dari
Setelah Irwan pergi, Nilam masuk ke kamarnya. Dia memegang bibirnya yang masih terasa bergetar bekas ciuman dengan irwan. Dia juga memegang dada kembarnya yang masih terasa remasan itu. Senikmat itukah disentuh sang kekasih? Nilam menutup wajahnya dengan bantal. Tidak berapa lama Irwan menelponnya. Nilam memejamkan mata, kemudian menggeser tombol warna hijau. “Ada apa? ‘Kan baru aja ketemu.” Nilam pura-pura.“Aku sudah sampai rumah. Anak kecilku nggak mau tidur ini. Kamu tanggung jawab!” Nilam membelalakan matanya.“Ih, salah aku gitu? Siapa tadi yang ... ah, kamu ih.” Nilam terlihat merajuk.“Aku harus bermain solo ini. Kalau tidak semalaman tidak bisa tidur karena si dia merajuk. Boleh nggak aku lihat kamu tanpa busana? Kalau kamu malu, foto aja nggak apa-apa. Sumpah aku nggak tahan banget.” Nilam membelalakan matanya.“Ogah, ah malu
Hari ini Irwan datang ke rumah sakit dengan ceria. Sahabatnya Risa sampai bingung melihatnya. Lelaki itu belum pernah seceria ini, dari pertama kali mengenalnya. “Kenapa, Lo? kesambet?” Irwan tertawa mendengar pertanyaannya.“Gue lagi bahagia. Minggu depan gue kawin.” Risa hanya beroh ria. Tapi tersimpan luka di dalam hatinya.“Selamat, Wan. Tapi hatiku sakit. Kenapa kamu tidak pernah menganggapku ada. Aku mencintaimu dari dulu, Wan. Apakah pesona anak ingusan itu sangat besar hingga kamu melupakanku?” Batin Risa bergejolak, dia menunduk.“Sudah sono pergi ke ruanganmu! Gue bentar lagi ada praktek!” Risa mengusir Irwan dari ruangannya. Lelaki itu tertawa didorong paksa oleh sahabatnya itu tanpa tahu jika Risa terluka. Setelah Irwan keluar, Risa menutup pintunya dan bersandar di sana. “Kenapa rasanya sesakit ini? aku sduah tahu bahwa Irwan hanya menganggapku sebagai te
Irwan mendorong tubuh Risa dengan sangat kuat sehingga dia terhempas ke lantai sangat kasar. Irwan tidak peduli. Yang artinya dia sendiri akan dapat masalah rumit. Seminggu lagi akan menikah sedang sang calon istri melihatnya berciuman dengan wanita lain. Bukan berciuman ralat. Tapi dicium. Dia ah ... Irwan berlari ke arah di mana Nilam pergi dan mengejarnya. Dokter tampan itu bahkan tidak peduli orang-orang melihatnya. “Sayang, Sayang. Please! Kita bicara! Aku janji setelah ini terserah kamu aku pasrah.” Untung saja Irwan cedas. Di ruangannya ada CCTV dan kebetulan langsung tersambung dengan ponselnya. “Lepaskan aku, Mas. Aku sadar tidak secantik Dokter Risa. Tapi kenapa kamu harus memberiku harapan itu sih? Kalau kamu mencintainya mengapa bukan dia yang menjadi calon istrimu?” Nilam menghapus air matanya yang sudah banjir. Irwan menarik tangannya kemudian memeluknya erat. Tidak peduli berada di tempat umum.
Akhirnya mereka akur lagi. Irwan sudah menemukan trik untuk menjinakkan beruang betinanya. Sedangakn di rumah Bayu sudah mulai ikut sibuk memberi tahu keluarganya yang jauh-jauh. Kendatipun hanya dengan sambungan telepon, tetap saja memerlukan banyak waktu. Dia sudah selesai menghubungi keluarganya yang ada di Sumatra. Bayu memijit pelipisnya. Masih ada beberapa keluarga yang menyebar di bagian Jawa. Yang masih bisa dijangkau dengan datang, maka sebisa mungkin Bayu akan datangi. Dia anak sulung dan satu-satunya pria yang tersisa dalam keluarganya. Maka dari itu dia harus bertanggung jawab mengurusi semuanya. “Kopimu, Sayang. Suntuk amat?! Kita ketemu klien beberapa menit lagi. Mereka siap mau ke mari. Pak Han sudah aku intruksikan untuk menyiapkan berkas yang dibutuhkan. Kau bisa? Jika tidak, biar aku saja yang mengurus.” Bayu mengangguk. Dia sudah siap untuk melanjutkan pekerjaannya. Tidak berapa lama klien sudah datang dan menempati ruangan rapat yang sudah
Tidak berapa lama dokter keluar. Dokter mengulum senyum setelah melihat tiga orang itu maju semua. “Bagaimana, Dok?” tanya Bayu dengan penuh pengharapan.“Selamat, Pak Bayu. Usaha kita berhasil. Nyonya Eliana sudah mengandung.” Ya, beberapa waktu lalu memang Eliana dan Bayu melakukan inseminasi buatan. Mereka menanam benih Bayu di rahim Eliana karena ada indikasi bahwa indung telur berada agak tersembunyi sehingga sulit bagi benih untuk bisa sampai di indung telur tersebut. Sehingga membutuhkan bantuan medis.“Ya Allah, terima kasih, Dokter.” Tidak berapa lama, Nilam dan Irwan datang.“Ada apa, Bay? Sepertinya Nilam terdengar panik saat sampai di rumah sakit.” Irwan masih dengan stelan jas dan stetoskop di lehernya.“Eliana pingsan di kantor. Tapi Alhamdulilah ternyata dia hanya kecapean karena sekarang dia hamil.” Irwan terlihat kaget