“Belum, nanti akan rapat dengan klien dari Medan, sekalian saja. Mereka pasti juga belum makan, karena baru tiba dari bandara.” Dia mengangguk. Aku meninggalkannya sebentar, untuk mengadakan meeting dengan investor. Untung saja, mereka mau berpindah tempat di dekat rumah sakit ketika aku mengatakan alasannya. Kakiku melangkah meninggalkan kamar tersebut.
***Meyyis***
POV Shasha
Elsa datang siang ini setelah Davin pergi. Dirinya terlihat lebih baik. Bagaimana pun, dirinya adalah satu-satunya saudaranya. Maka, sudah sepantasnya jika kami akur. “Bagaimana mama?” tanyaku pada Elsa.
“Aku akan bawa ke RS mungkin akhir minggu,” tuturnya. Aku meraih tangan Elsa. Pasti berat untuknya, melakukan hal itu. Akan tetapi, harus karena Mama Sabrina butuh pengobatan. Jika tidak, banyak keluarga yang akan terluka. Mungkin sebanarnya sudah lama, dirinya menderita mental. Akan tetapi, hanya kami sebagai keluarga yang tidak mengetahui
“Baiklah, baiklah … kamu makanlah dulu. Ini sudah dingin supnya. Kamu pasti suka, ini adalah sup yang bisa kita buat pertama kali dulu saat masak,” ucapnya. Walau sudah kenyang, aku tidak mau mengecewakannya. Biar satu mangkuk lagi, perutku terisi.***Meyyis***POV ShashaHari ini jadwalnya aku pulang karena sudah cukup tiga hari istirahat di rumah sakit. Davin sudah siap menjemput, demikian juga dengan Elsa. Wanita itu berkata bahwa dirinya juga baru saja ke rumah sakit jiwa untuk mengantarkan Mama Sabrina.“Kamu akan pulang ke rumah?” tanya Elsa. Aku menoleh ke arah Davin. Lelaki itu mengangguk, walau aku tahu sedikit tidak rela. Kemarin saja, kekasihku itu menelepon beberapa kali. Aku tahu, dirinya tidak semalaman tidak bisa tidur. Terbukti, saat pagi ketemu matanya merah dan kelihatan lesu sangat.“Baiklah, kamu mau ikut mobil siapa?” tanya Davin. Aku tidak enak dengan Elsa, maka hampir saja meng
“Aku dengar perutmu sudah teriak-teriak minta tolong. Makanan ini spesial untukmu dan Elsa. Aku tahu, kalian berdua sama-sama tidak pandai memasak. Makanlah!” Aku tersenyum mendengar perkataan dari Davin. Ya, lelaki yang aku cintai itu benar jika aku sama sekali tidak bisa memasak. Jika masakan sederhana, mungkin saja bisa. Tapi tidak untuk yang macam-macam.Kali ini, Davin membuat masakan yang enak. Aku tidak tahu namanya, tapi ini ikan dan kaya akan rempah. Warnanya kuning dengan sedikit berlemak. Mungkin gulai, tapi kata dia bukan gulai. Yang penting, ini sangat enak. Padahal, aku tidak bisa makan ikan. Untung saja, membawa obat alergi.***Meyyis***POV DavinHari ini Shasha pulang karena sudah cukup tiga hari istirahat di rumah sakit. Aku sengaja mengosongkan jadwal sore ini agar dapat menjemput Shasha. Ternyata Elsa sudah lebih dahulu datang. Biarlah, kakak beradik itu bicara terlebih dahulu aku akan tunggu di sini
Kali ini, kari ikan akan menjadi hidangan istimewa yang mungkin saja menjadikan cinta kami tak terpisahkan. Sampai kami mulai makan, Elsa belum datang. Mungkin, kami akan meninggalkan makan terlebih dahulu karena Shasha tidak boleh terlalu lama menahan lapar.***Meyyis***Pov DavinSepertinya, aku harus membantu penyatuan setepatnya antara Elsa dan Arya, agar bisa secepatnya Shasha kembali. Aku tidak bisa jika Shasha harus berpisah jauh terus dariku. Bisa-bisa, mata panda akan tercetak lebih banyak lagi.“Arya, bisa ke kantorku hari ini?” tanyaku saat meneleponnya. Tidak sulit mencari nomor telepon dari dirinya, karena Arya memang pegacara terkenal dan aku juga pernah menggunakan jasanya. Hanya saja, bukan untuk perusahaan. Papa sudah memiliki pegacara khusus. Mungkin nanti saat pengacara papa sudah pensiun, berpikir untuk memakai jasanya.“Jika nanti siang bagaimana, Pak Davin? Saya ada sidang pagi ini. Mungkin akan sedikit
“Kita akan diskusikan itu nanti. Kita harus meneliti kasus ini. Rapat selesai, kembali ke pekerjaan kalian.” Aku memijit pelipis setelah semua pegawai keluar. Seperti biasa, Shasha tampil menjadi penyelamatku, wanita itu memberikan kenyamanan dan memijit keningku.***Meyyis***POV ShashaAku bertemu Arya di lorong saat mau ketoilet. Keningku mengkerut, setelahnya mulai mengerti. Rupanya, diam-diam Davin akan membantu Elsa untuk mendapatkan Arya kembali. Ini bagus, dengan begitu akan ada yang menjaga kakakku.“Arya? Kamu datang ke sini?” tanyaku.“Iya, big bos memanggilku.” Arya tersenyum. Lelaki itu masih sama. Selalu menawan dan rapi. Tubuhnya yang tinggi menjulang, pantas saja Elsa tidak dapat move on.Aku mempersilakan dirinya langsung ke ruangan Davin, karena mungkin dirinya sudah menunggu jika benar mamenggil Arya. Aku masuk ke toilet setelah itu. Setelah menyelesaikan hajat, kembali ke kubikan ruanga
“Kita akan diskusikan itu nanti. Kita harus meneliti kasus ini. Rapat selesai, kembali ke pekerjaan kalian.” Davin memijit pelipis setelah semua pegawai keluar. Kakiku melangkah mendekatinya. Aku tahu betapa pusingnya ia. Memberi sedikit pijitan mungkin akan membantunya. Tanganku pelan berada di pelipis, mulai memberikan pijitan.***Meyyis***POV DAVINMasalah selisih data ini membuatku sedikit pusing. Elsa juga ikut membantu mengatasinya. Kepercayaan klien itu yang sangat penting. Hari ini, ia datang ke kantorku untuk membantu membujuk beberapa klien agar tetap percaya pada produk dan menejemen kami.“Coba catatannya, selain yang sudah kuhubingi mana saja yang aku kenal. Vin, yang aku hubungi tadi tidak masalah,” tutur Elsa.“Terima kasih, kayaknya kita harus makan malam terlebih dahulu. Sayang, tolong beli makanan. Nyuruh OB saja,” perintahku pada Shasha.“Tidak perlu, aku sudah membawa.” Kam
“Lalu?” tanya Arya.“Aku sudah bilang, wanita itu memiliki sisi baik yang tidak disangka. Elsa hanya datang memabntuku. Mungkin, takut aku jatuh miskin akan membahayakan adiknya.” Lagi-lagi kelakarku itu kami sambut dengan tertawa.***Meyyis***POV SHASHAMasalah selisih data ini membuat kami harus lembur. Elsa juga ikut membantu mengatasinya. Kepercayaan klien itu yang sangat penting. Hari ini, ia datang ke kantor untuk membantu membujuk beberapa klien agar tetap percaya pada produk dan menejemen kami.“Coba catatannya, selain yang sudah kuhubingi mana saja yang aku kenal. Vin, yang aku hubungi tadi tidak masalah,” tutur Elsa. Aku memberikan beberapa lembar kertas yang diminta oleh Elsa.“Terima kasih, kayaknya kita harus makan malam terlebih dahulu. Sayang, tolong beli makanan. Nyuruh OB saja,” perintah Davin padaku yang tentu saja kuangguki.“Tidak perlu, aku sudah membawa.&rdqu
“Ih, kenapa kita pergi, sih?” tanyaku. Sumpah, penasaran banget apakah mereka akan berdebat atau bahkan malu-malu saat duduk berdua.“Beri ruang pada mereka untuk berbaikan. Kenapa tiba-tiba kamu tidak pengertian pada kakakmu, sih?” Aku mencibikkan bibir, disambut ciuman oleh Davin. Selalu saja mencari celah.***Meyyis***POV AUTHOR“Kamu ada di sini?” tanya Arya.“Iya, aku bantuin adikku. Kamu sendiri?” Elsa menggeser duduknya, mengambil udang balut tepung yang sudah disediakan oleh Arya. Padahal, lelaki itu tidak tahu jika hari ini Elsa akan datang.“Aku dua hari ini menjadi tim pengacaranya.” Arya mengambil sayuran yang berada di depan Elsa, sehingga keduanya memegang sendok yang sama.“Kamu dulu,” ucap Arya.“Baiklah.” Elsa menyendok sayuran tersebut, sekaligus memberikan kepada Arya. Lelaki itu tersenyum, mengucapkan terima kasih.&l
“Baiklah jika rencanamu begitu. Hanya saja, perlukah kita mengundang orang luar juga untuk pemasangannya?” Arya mengangguk-anggukan kepala.“Tentu saja. Jika orang dalam, akan langsung ketahuan.” Davin mengerti. Lelaki itu langsung menelepon asistennya untuk mencari tukang CCTV. ***Meyyis***POV AUTHORElsa bermaksud memberikan kejutan dengan Arya. Wanita itu akan datang ke kantor lelaki tersebut selepas bekerja. Elsa tersenyum, menantikan pertemuannya pada Sabtu ini. Untuk mamanya, wanita itu menjadwalkan Minggu, karena Davin dan Sahsha juga akan ikut.Elsa datang sudah dengan dandanan yang semestinya. Dres navy dengan kerutan di bagian perut, sehingga menambah ramping pinggangnya yang sudah seksi. Elsa melangkah pasti ke dalam firma hukum tempat Arya bernaung.Sedangkan Arya sendiri sedang menyelesaikan beberapa berkas yang harus selesai hari ini, karena merencanakan akan makan malam dengan Elsa. “Nadia