Share

Chapter 3: Restu Nikah Sama Duda

'Pak Devan mungkin kenalan rektor atau dekan di kampus.'

'Ah... tapi bisa jadi Pak Devan dosen baru yang bakalan ngajar di kampus.'

Disya sedang duduk di depan meja belajarnya sambil menopang dagu, tangan satunya memainkan bolpoint berwarna biru muda. Dirinya terus memikirkan kenapa Devan bisa ada di kampusnya tadi.

Seketika bibirnya ditarik menampilkan sebuah senyuman.

"Atau Pak Devan sengaja cari tahu tentang aku, makannya dia ke kampus buat nemuin aku?" ucap Disya bermonolog—untuk pemikirannya kali ini. Disya benar-benar sangat percaya diri sekali, sih. Mana mungkin Devan ke kampus hanya untuk mencari tahu tentang dirinya ataupun menemuinya?

"Ah... Pak Devan so sweet banget!" 

Disya menangkup kedua pipinya yang memerah, dia benar-benar seperti orang tidak waras berbicara sendiri, dan senyum-senyum sendiri karena pemikirannya yang berlebihan itu!

"Disya!"

"Eh!" Disya terperanjat kaget, kala seseorang sudah menepuk pundaknya.

"Bunda."

"Bunda sudah panggil kamu dari tadi lho Sya, kamu kok ngelamun terus? Ngelamunin apa si, hm?"

Disya menampilkan deretan giginya, lalu dia buru-buru menutup buku diary berwarna putih miliknya. Dina—Bunda Disya menatap putri semata wayangnya dengan tatapan curiga.

"Lagi nulis apa sih?" tanya Dina.

"Hehehe rahasia Bunda," ujar Disya lalu berdiri dari duduknya, dan langsung merangkul lengan Dina.

"Yasudah ayo makan!" ajak Dina.

Mereka berdua berjalan menuruni tangga untuk ke ruang makan. Baru saja keduanya menginjakkan kakinya ke lantai dasar, Disya sudah melebarkan senyumnya kala melihat Doni—Ayah Disya sedang berdiri dengan jarak kisaran lima meter dari tempatnya berdiri sekarang.

"Ayah!" Disya langsung berlari memeluk Ayahnya erat. Doni juga membalas pelukan putrinya, keduanya menampilkan senyum di wajah masing-masing.

"My Queen!" ucap Doni menciumi rambut Disya sayang.

"Ayah kapan pulang?"

"Emm... sekitar satu jam yang lalu," jawab Doni yang sudah melepaskan pelukannya.

"Kok gak langsung nemuin Disya sih?" tanya Disya yang sudah memanyunkan bibirnya.

"Sebelum nemuin kamu, Ayah harus nemuin Bunda dulu dong, ya 'kan Bun?" kata Doni menaik turunkan alisnya menatap Dina dengan tatapan menggoda. Dina hanya mengangguk pelan, bibirnya ditarik tersenyum.

"Ck! Udah tua juga Ayah masih genit sama Bunda," cibir Disya.

Ketiganya langsung tertawa. Lahir menjadi anak semata wayang kedua orang tuanya membuat Disya menjadi anak paling dimanja. Semua yang Disya inginkan, pasti kedua orang tuanya selalu berhasil mengabulkan itu.

"Nanti besok malam ada acara arisan di rumah Oma, nanti kita ke sana ya!"

Disya menghela napasnya. "Disya gak ikut ya Ayah," lirihnya.

Keluarga kecil itu sudah duduk di kursi meja makan untuk makan malam.

"Kenapa?"

Disya menggeleng. Selama Disya hidup, dia tidak terlalu dekat dengan keluarga Ayahnya. Lebih tepatnya mereka yang seperti menjaga jarak dengan Disya. Terlebih Oma Nia—Ibu dari Doni selalu menampilkan wajah tidak bersahabat jika Disya dan Dina menghadiri acara keluarga. Entah karena apa, bahkan Disya selalu dibedakan dengan cucunya yang lain.

Di mata Omanya Disya dan Dina selalu salah, hal baik apapun yang Disya dan Dina lakukan tetap saja tidak pernah merubah sudut pandang Oma Nia kepada mereka.

"Oma sayang sama kamu Queen, hanya saja Oma memang seperti itu."

"Iya... Disya ikut." Percuma juga Disya menolak, Ayahnya akan terus membujuknya sampai Disya ikut.

Doni menarik sudut bibirnya, lalu tersenyum, mengusap rambut Disya sayang, yang dibalas senyuman manis juga oleh gadis itu.

"Emm... gimana tanggapan Bunda sama Ayah kalo suami Disya nanti duda dan punya anak satu."

Dina langsung membelalakan matanya, sendok yang sedang dipegangnya sampai terjatuh lagi di atas piring. Tua, beruban, perut buncit, sangat mesum. Mungkin itu pemikiran 'duda' yang di pikirkan Dina, sampai ia bergidik ngeri dan menggeleng-gelengkan kepalanya membayangkan hal itu. Bagaimana mungkin anaknya akan menikah dengan laki-laki seperti itu?!

"Ngga, suaminya harus masih lajang!"

"Ih Bunda, dudanya juga ganteng kok!"

"Tapi 'kan tetep aja duda, Sya. Dan apa tadi kamu bilang? Sudah punya anak satu? Pasti dia udah tua 'kan, sudah punya buntut satu!"

"Anaknya juga masih kecil, ngga kalah ganteng sama dadynya, Bunda."

"Ya masa kamu mau nikah sama duda sih Sya, memang laki-laki yang masih lajang sudah habis di dunia ini?"

"Nanti Disya kenalin Bunda sama dia, pasti Bunda bakalan tercengang melihat ketampanan dia."

"Kamu sudah pacaran sama dia?!"

Mana ada pacaran? Ketemu saja baru dua kali. Nomor handphone, rumahnya di mana juga belum tahu. Memang Disya sih yang terlalu berlebihan, bisa-bisanya langsung meminta ijin kepada kedua orang tuanya untuk menikah dengan duda. Padahal Devan belum tentu mau menikah dengannya.

"Belum sih, ketemu saja baru dua kali."

Dina memutar bola matanya jengah. "Dikira Bunda kamu sudah menjalin hubungan sama duda itu!"

"Ya... do'ain aja ya Bun," ucap Disya.

"Ngga!" Dina melotot menatap Disya.

Doni hanya terkekeh, melihat perdebatan anak dan istrinya.

"Yasudah Ayah aja yang do'ain Disya ya!" Kali ini Disya menatap Doni dengan senyum merekah di bibirnya.

Doni menarik bibirnya tersenyum. Tangannya terulur mengusap pucuk kepala Disya. "Ayah selalu do'ain yang terbaik buat kamu. Tidak masalah laki-laki itu duda ataupun lajang. Yang penting kamu cinta sama dia, dan dia juga mencintai kamu dengan tulus, menyayangi kamu, dan yang akan menjaga kamu, juga selalu membuat kamu bahagia setiap saat."

Disya bangun dari duduknya lalu memeluk tubuh Doni erat. "Disya akan cari suami yang seperti Ayah," tutur Disya.

"Tidak, kamu harus mencari suami yang lebih dari Ayah!"

"Kenapa? Ayah laki-laki terbaik bagi Disya!"

"Malam ini kita tidur bertiga, oke!" usul Disya.

"Oke!"

Seorang ayah akan menjadi sosok laki-laki yang pertama kali dicintai oleh putrinya. Tak jarang, kaum wanita memiliki kriteria cowok idaman untuk pasangan, seperti ayahnya sendiri bukan?

~✧✧✧~

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Junidah Sujak
eh gatalnya anak dara zaman now, memalukan sebagai gadis timur peluk2 jantan
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status