Share

Bab 35

Author: Olivia Yoyet
last update Last Updated: 2025-12-13 10:11:37

35

Hari berganti. Sore itu Dilara menyambangi Renata di rumahnya. Saat Dilara sedang diukur Renata di ruang kerja, Dahayu tiba bersama Risty, Dian, dan Edelweiss.

Ketiga perempuan itu memasuki ruang kerja di samping kanan ruang tamu. Yarissa menyusul bersama Nani, ajudan Renata, sembari membawa nampan berisi banyak gelas tinggi dan piring besar berisi aneka kudapan.

Dilara berdiskusi dengan Renata tentang kedua gaun pengantin dan setelan kebaya, yang akan digunakannya di tiga acara berbeda. Yakni, akad nikah, resepsi satu, dan pesta ngunduh mantu di Tokyo.

Setelahnya, Dilara mendiskusikan pakaian keluarga inti, yang akan dibuat oleh Dahayu. Sedangkan Risty dan Dian, berjibaku mengerjakan semua pakaian panitia, dan para pengisi acara.

Dian yang merupakan istri Edwin, tim pengawal lapis dua, memiliki kelompok penjahit yang bekerjasama dengan toko kain miliknya. Dian meminta masukan rekan-rekannya untuk menentukan mode kostum semua pengisi acara.

"Kita pindah ke rumah Ari. Dia dan A
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Om, Nikah, Yuk!   Bab 52

    52Jalinan waktu terus berjalan. Siang menjelang sore itu, ratusan orang berkumpul di ruang rapat Hotel Bramanty, di Kota Bandung. Bahadri Company tengah mengadakan acara pertemuan dengan komisaris dan petinggi baru perusahaan tersebut. Keluarga Bahadri menaiki panggung dan berbaris di sisi kanan. Irwandi Bahadri, Ayah Vasant, memberikan kata-kata sambutan. Adiknya, Arvandi Bahadri, melanjutkan dengan menyampaikan kabar terbaru, dalam perubahan posisi pemilik saham perusahaan tersebut. Indy yang menggantikan posisi Vasant sebagai direktur utama, turut menyampaikan pidato singkat. Perempuan berparas ayu itu menuntaskan pidato, lalu memanggil para komisaris serta petinggi baru. "Saya yakin, teman-teman pasti sudah mengenal kedua Bapak ini," tutur Indy, sembari memandangi kedua pria paruh baya yang mengenakan setelan jas abu-abu mengilat. "Sebelah kanan adalah Bapak Wirya Arudji Kartawinata Adhitama. Beliau merupakan komisaris utama dan presdir GUNZ. Komisaris 6 PB dan PBK, komisaris

  • Om, Nikah, Yuk!   Bab 51

    51Jalinan waktu terus berjalan. Jumat sore itu, Dilara keluar dari gedung kantornya, bersama Alia, Yarissa, dan Fitra. Keempat perempuan tersebut memasuki mobil sedan hitam, yang segera dilajukan Alia menuju gedung apartemen mewah. Dilara telah kembali tinggal di mansion sejak kemarin. Alia ikut pindah ke sana, untuk menemani Dilara. Sedangkan Fitra tetap disiagakan, agar bisa bergantian dinas dengan Yarissa. Perjalanan itu mereka tempuh dalam belasan menit. Jarak yang dekat dan kondisi jalanan yang belum terlalu padat, menjadikan Alia bisa mengebut dan segera sampai di tempat tujuan. Tidak berselang lama, keempat perempuan itu telah berada di mansion. Dilara memasuki kamar utama, lalu berbaring untuk meluruskan pinggangnya. Dilara mengambil ponsel dari baugette bag hitamnya, untuk memeriksa pesan-pesan yang masuk. Satu nama yang mengirimkan pesan, membuat Dilara penasaran. Dia membuka chat itu dan membaca isi pesan, lalu dia beralih menghubungi orang tersebut. "Ke sini, In. Aku

  • Om, Nikah, Yuk!   Bab 50

    50Vasant berulang kali mengubah posisi kaki. Dia kesulitan menenangkan diri, dalam pemeriksaan tim penyidik pada dirinya, dengan kapasitas sebagai saksi. Nama Vasant disebut Miko sebagai perantara, yang mempromosikan jasa preman sewaan, pada kedua saksi lainnya. Naomi dan Clive juga sudah dipanggil pihak berwajib, tetapi keduanya belum muncul, dengan alasan masih berada di luar negeri. Selain ketiga orang tersebut, polisi juga memanggil Darko, Indy, Fincent, dan Claudia. Darko dan Indy telah datang tadi pagi guna memberikan kesaksian, tentang pengetahuan mereka dalam penyerangan dua hari silam, di perumahan elite 8 cluster milik BHANDHIT Company, yaitu perusahaan properti milik Tio dan teman-temannya. Kesepuluh petinggi PB dan PBK juga turut diperiksa sebagai saksi. Begitu pula dengan Nawang, Kelvan, Nirwan, dan puluhan anggota tim ajudan lapis 10 sampai 15, yang turut terlibat dalam pertempuran dua malam lalu. Setelah diinterogasi selama hampir 6 jam nyaris tanpa jeda, akhirnya

  • Om, Nikah, Yuk!   Bab 49

    49Herjuno bangun sembari meringis. Dia merintih, karena sekujur badannya sakit. Laki-laki muda berusia 22 tahun itu memerhatikan sekitar, sebelum menyadari jika dirinya telah berada di rumah Aditya. Pintu terbuka dan seorang perempuan bermata besar memasuki ruangan. Alodita mendekati tempat tidur, lalu duduk dan meletakkan meja kecil berkaki, di ujung kasur. "Bangun, Dek. Makan, lalu, mandi, habis itu keluar. Para Abang lagi rapat di ruang tamu," tutur Alodita sembari mengamati Adik iparnya dengan saksama. "Mukamu, make up-nya lucu," selorohnya. "Ini kerjaan suami Teteh. Nggak ada dia ngerem tenaga. Ninju dan nendang aku dengan semangat membara," keluh Herjuno. "Abangmu memang, gitu. Nggak peduli itu Adik atau sahabat, berantemnya penuh dendam kesumat." "Pundakku sakit, Teh. Habis dibanting Abang." "Minta periksa sama Padre. Beliau ada di depan." "Hu um." "Ayo, buruan makan. Sebelum kesabaran mereka habis dan menyerbu ke sini." Hampir 40 menit berselang, Herjuno keluar dari

  • Om, Nikah, Yuk!   Bab 48

    48Sekelompok orang bermasker hitam menyembunyikan puluhan motor di belakang pos satpam terbesar, yang berada beberapa meter sebelum bundaran air mancur, yang memisahkan banyak cluster perumahan elite. Setelahnya, kelompok bersetalan serba biru tua dan menggunakan selempang hijau, berpencar ke taman di sisi kanan dan kiri jalan besar itu.Keempat petugas keamanan mengawasi sekeliling, sambil menahan kecemasan dalam hati masing-masing. Meskipun mereka satpam PB dan sudah beberapa kali membantu tim PBK saat perang, tetap saja mereka khawatir dengan penyerangan kali itu.Detik berganti dengan lambat. Kala terlihat banyak sinar lampu dari kejauhan, keempat satpam segera pindah ke dekat portal besi, yang menjadi perisai pertama ke banyak cluster perumahan mewah itu. Kelompok ajudan yang tengah bersembunyi, mulai melemaskan tangan dan kaki masing-masing. Mereka bergantian mengintai ke depan, untuk memastikan kedatangan banyak sinar, yang diyakini sebagai lampu mobil.Keempat satpam berter

  • Om, Nikah, Yuk!   Bab 47

    47 Sudut bibir Wirya berkedut, sebelum akhirnya dia tertawa. Akibat celotehan Dilara, yang ingin mengabadikan namanya sebagai nama putra dan putri Dilara kelak. Yasuo yang turut membaca pesan dari kekasihnya itu, ikut terkekeh. Demikian pula dengan kedua asisten Wirya, yang tengah bertamu. Yasuo menghentikan tawa, ketika mendengar suara Marwa, yang menyampaikan pesan dari mamanya. Keempat pria itu berdiri dan jalan ke teras belakang rumah Bayazid, yang terhubung langsung dengan teras panjang kediaman Wirya. Lengkingan tangisan Shahzain menyebabkan Wirya bergegas memasuki rumah, dan mendatangi sang bayi yang baru selesai diganti popoknya, oleh Bayazid. Wirya merunduk untuk mengambil putra bungsunya yang berusia 4 bulan. Tangisan Shahzain langsung berhenti, ketika diayun ayahnya dan dinyanyikan Jariz dengan suara cukup merdu. "Om suaranya makin bagus," puji Marwa, sembari memandangi Adik Jauhari tersebut. "Abang, Wa. Bukan Om," sahut Jariz. "Masa ke calon suami, manggilnya Om?" go

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status