Share

Om Teman Masa Kecil Ayah
Om Teman Masa Kecil Ayah
Penulis: Jane

Bab 1

Penulis: Jane
Namaku Elisa Ganendra, sejak lahir mengidap kelaparan sentuhan dan kecanduan seks. Karena itu, aku membeli banyak mainan pemuas nafsu.

Namun, itu belum cukup. Akhirnya, aku menghabiskan banyak uang untuk memesan boneka pria seukuran tubuh manusia, lengkap dengan mainan ukuran ekstra besar. Sejak itu, aku tidak bisa lepas darinya, bahkan di perjalanan pulang aku selalu membawanya untuk merasakan sensasi yang menggairahkan.

Tiba-tiba aku mendengar suara napas berat.

Aku terkejut mendengar suara itu, lalu diam-diam merasa senang. "Boneka silikon ini ternyata bisa bicara."

Aku makin bersemangat menggerakkan tubuh di atasnya.

Suhu tubuhku meningkat, bahkan napas boneka silikon itu makin berat.

"Sudah puas menyentuhnya?"

Seketika aku tersadar. Ternyata yang di bawahku adalah manusia sungguhan!

Pria itu mencengkeram pahaku, matanya masih berbinar penuh nafsu.

Dia mencengkeram daguku, lalu memaksakan jari telunjuknya untuk masuk ke mulutku.

"Berani-beraninya naik ke ranjang pria di bus seramai ini. Benar-benar jalang."

Aku langsung mendorongnya kuat-kuat, suara detak jantungku terdengar begitu jelas di ruang sempit itu. "Kenapa kamu ada di tempat tidurku? Cepat pergi!"

Meskipun dirinya memang tidak bisa jauh dari pria, tapi di balik tirai itu ada banyak orang yang sedang pulang kampung. Ini… ini terlalu menegangkan.

Pria itu mengangkat alisnya, lalu langsung memelukku dari belakang, tangannya yang besar meremas dadaku.

"Ini ranjangku. Kamu pergi, atau kita lanjutkan sampai selesai?"

"Jangan, jangan!"

Aku buru-buru melambaikan tangan sambil tersenyum canggung, lalu memeriksa nomor kursi. Ternyata aku yang salah duduk.

Boneka silikon itu terbaring di seberang pria itu.

"Yang palsu nggak akan bisa mengalahkan yang asli."

Suara tawa rendahnya yang menggoda bergema di telingaku. Dia menggenggam tanganku, lalu menuntun tanganku dari dada berototnya turun ke bagian bawah yang terasa panas.

"Kalau nggak diselesaikan, bakal nggak nyaman. Kamu yakin bisa menahannya? Atau mau melakukannya dengan si boneka?"

Hembusan napas khas pria menyapu leherku dan bibirnya yang panasnya membuatku limbung. Tanpa kusadari, dia telah membawaku masuk ke toilet bus.

Saat ujung jaket tudungku tersingkap, kesadaranku kembali sesaat. Aku mencengkeramnya erat dan enggan melepaskannya.

"Nggak mau?"

Setelah mengatakannya, tangan pria itu langsung menyusup ke area sensitifku. Seketika tubuhku tersentak saat dia menekannya pelan.

"Masih bilang nggak suka? Sudah basah begini."

Godaan yang terus menyerang dan perut kotaknya yang terlihat, membuatku kembali kehilangan kendali.

Tangan besar pria itu membelai pinggangku, lalu menggenggam tanganku dan menuntunnya ke ikat pinggangnya.

Benda itu melonjak keluar dan hampir saja menyentuh wajahku. Itu sangat besar.

Bahkan di film-film yang aku tonton tidak ada yang sebesar ini. Bisakah aku mengatasinya?

Tidak ada rasa takut, yang ada hanya gairah untuk segera menyambutnya ke dalam diriku.

Pria itu menekan kepalaku dan mulutku langsung terisi penuh. Namun, aku sama sekali tidak merasa tidak nyaman, aku justru menginginkan lebih... lebih lagi.

Seolah memahami kegelisahanku, pria itu akhirnya mengangkat tubuhku sambil berbisik, "Om akan membantumu melepaskan hasrat."

Ladang bungaku yang sudah lama basah tidak mampu menahan kehadiran benda asing, dua jari itu pun dengan mudah menyusup masuk, membuat seluruh tubuhku terus gemetar.

Hasratku membara, suara desahanku tidak bisa kutahan lagi. Aku hampir sampai!

"Apa ada orang di toilet? Sudah lama sekali, kenapa masih belum keluar?"
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Om Teman Masa Kecil Ayah   Bab 7

    Semalam pacarku terus menahan diri, sekarang dia sudah tidak bisa menahan diri untuk menekanku ke bawah dan masuk dengan penuh gairah.Suara cipratan air memenuhi seluruh ruangan, kepuasan itu membuatku mendesah keras.Ketika Raka bangun, aku melemparkan pandangan menggoda, bagian bawahnya langsung tegang dan mengeras.Aku sengaja tidak menyuruh pacarku mengikat tangan Raka dan memberinya minuman perangsang.Sekarang wajah Raka merah padam, tangannya tanpa sadar meraih benda keras itu dan mulai mengocoknya dengan cepat.Kamera di sudut ruangan merekam adegan panas dan menggairahkan itu. Jika video ini tersebar, perusahaannya pasti akan hancur, apalagi aku sudah menyiapkan hadiah spesial untuknya.Pacarku menyelimutiku dan menggendongku ke kamar tidur, meninggalkan Raka dan para pria berotot yang kusewa di ruang hukuman.Karena dia punya gairah yang tinggi, akan kupenuhi keinginannya."Mereka sudah mulai," ucapku sambil mengaitkan jari kakiku ke benda keras pacarku yang masih tegak. Aku

  • Om Teman Masa Kecil Ayah   Bab 6

    "Aku nggak pernah berjanji padamu."Pacarku mengangkat alisnya, lalu berkata, "Aku bukan ayah Elisa. Aku adalah pacarnya. Kebetulan saja wajahku mirip dengan ayahnya. Semuanya karena kamu, ayah Elisa sampai mati!"Mungkin karena ekspresi pacarku yang terlalu menyeramkan, membuat pria itu gemetar ketakutan. "Jangan bicara sembarangan! Kalian melakukan ini semua cuma untuk memeras lebih banyak uang dariku, 'kan? kalian mau berapa, katakan saja. Aku punya banyak uang!""Apa kamu nggak punya rasa malu?" Aku meludah ke lantai sambil memakinya. "Kalau saja dulu kamu nggak mencuri nama dan nilai ujian masuk perguruan tinggi milik ayahku, kamu nggak akan bisa hidup seperti sekarang!"Ayahku telah lama menderita depresi dan terus-menerus dipermalukan olehnya. Punggungnya yang dulu tegap akhirnya tak sanggup lagi menahan beban itu.Di hari dia menerima surat penerimaan perguruan tinggi, napas terakhirnya pun ikut pergi.Semua kenangan menyakitkan yang selama ini kupendam, akhirnya keluar juga."

  • Om Teman Masa Kecil Ayah   Bab 5

    Sejujurnya, keduanya sangat besar.Aku menelan ludah, merintih, dan akhirnya mendapatkan belas kasihan Ayah.Dia mengulurkan tangan dan melepas bola penutup mulutku. Cairan bening membentuk benang panjang antara bibirku dan bola itu, sementara air liur mengalir dari sudut mulutku dan membasahi dadaku.Jari telunjuk ayah menyentuh bibirku yang basah, lalu menjilatnya dengan ujung lidahnya.Pemandangan erotis itu membuat tubuhku gemetar hebat."Jawab Ayah, Sayang."Dia membelai daun telingaku, mata sipitnya yang indah berbinar sambil tersenyum. "Katakan saja yang sebenarnya."Aku melirik ke arah pria di sofa yang sedang melakukan sesuatu dengan tangannya, lalu aku menggigit bibirku pelan. "Punya Ayah lurus dan panjang, sedangkan punya Om Andra besar dan bengkok. Keduanya mengesankan."Aku memang ahli dalam menyenangkan hati semua pihak.Benar saja, wajah kedua pria itu sama sekali tidak menunjukkan kemarahan, malah justru terlihat hasrat yang menggebu.Om Andra mendekat dan berjongkok di

  • Om Teman Masa Kecil Ayah   Bab 4

    Ayahku membangun ruangan hukuman fisik di rumah.Setiap kali aku membangkang, aku akan dibawa ke sini untuk menerima hukuman.Syarat masuknya adalah melepas seluruh pakaian. Bukan hanya aku, Ayah dan Andra pun juga melakukannya.Di hadapanku berdiri dua tubuh pria yang sempurna tanpa cela. Perasaanku campur aduk antara ketakutan dan menantikan hukuman yang akan diberikan."Dasar jalang! Buka sendiri kakimu, supaya Om bisa lihat lebih jelas!"Ayah berdiri di sampingku, cambuk mainan mendarat di dua gumpalan salju putihku. Aku menjerit kaget dan tubuhku makin gemetar.Dengan gerakan lamban, tanganku meraba ke bawah. Kemudian, tanpa disuruh, aku membuka kakiku."Cantik sekali, berkedut-kedut."Suara berat pria itu terdengar di telingaku, lalu dia menatap ayah. "Boleh pakai semua alat di dinding ini?""Pakailah sesuka hati." Ayah mengangkat bahu.Tangan Andra memegang vibrator berukuran paling besar. Aku langsung menggelengkan kepala, berusaha untuk memohon belas kasihan. Namun, mulutku te

  • Om Teman Masa Kecil Ayah   Bab 3

    Di meja makan, ayahku dan pria itu masing-masing menyantap semangkuk sup torpedo sapi. Selain itu, di atas meja juga tersedia torpedo kambing, kucai, dan minuman penambah stamina...Aku mendapatkan sup khusus racikan ayah, katanya untuk memperbaiki kualitas tidur.Setelah meminum sup itu, aku memang tidur nyenyak sepanjang malam, tapi efek sampingnya membuat tubuhku pegal-pegal di siang hari.Pria itu ingin mencicipi supku, tapi dihentikan oleh ayahku yang mengedipkan mata pada Om Andra."Nanti malam aku traktir makan enak. Sup ini harus diminum Elisa sendiri."Setelah mengatakannya, Om Andra menunjukkan senyum mengejek dan bertukar pandangan dengan ayahku.Komunikasi antar pria memang aneh, aku sama sekali tidak memahaminya.Baru setengah mangkuk sup kuteguk, tubuhku sudah dipenuhi keringat seperti berada di ruang sauna. Aku menatap ayahku dengan pandangan meminta pertolongan.Tidak disangka, dia justru sedang menikmati torpedo sapi itu dengan serius. Akhirnya, aku pergi sendiri ke ka

  • Om Teman Masa Kecil Ayah   Bab 2

    Ketukan pintu yang tiba-tiba membuatku langsung mencengkeram bahu pria itu. Perutku mengencang dan menjepit kedua jarinya lebih erat.Aku menatapnya dengan sorot memohon, lalu membentuk kata dengan mulutku. "Jangan bergerak."Namun, pria itu jelas tidak berniat mendengarku. Ekspresi main-mainnya membuatku merasa ada yang tidak beres.Tiga jari, empat jari. Badanku lunglai di pelukannya, aku tidak lagi sanggup menahan diri. Suara eranganku yang kencang keluar tidak terkendali.Dia segera menutup mulutku dengan ciuman, membuat suaraku berubah menjadi erangan tertahan."Masih bisa jalan sendiri?" Godanya sambil mengeluarkan tisu dan menyumpalnya ke area sensitifku. "Tahan baik-baik, jangan sampai keluar."Telingaku langsung memerah karena malu. Aku menyembunyikan wajahku di punggungnya saat keluar dari toilet.Saat bus tiba di halte, aku segera bergegas pulang dengan satu tanganku membawa koper berat, sementara tangan lainnya menggendong boneka silikon."Ayah! Aku pulang!"Seseorang dari

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status