Share

Chapter 5

Author: Black Eagle
last update Huling Na-update: 2025-05-09 09:19:25

TOM POV 3

"Apa yang kau lakukan, Lisa?"

Matanya menatap bingung, Lisa, gadis itu mencium Tom? Putri dari sahabat Tom sendiri? Dalam sekejap, bahkan saat Tom belum mendapatkan jawaban, gadis ini langsung meninggalkan ruangan tempat di mana Tom dirawat.

Alat infus masih menempel di punggung tangan Tom sehingga dia tidak bisa bergerak terlalu banyak, tapi melihat Lisa yang sekarang menghilang membuat pria setengah baya ini langsung bangkit dari baringnya.

"Apa yang dia pikirkan, apa dia menawarkan ku nafas buatan?" Keningnya mengernyit tetapi kepalanya berdenyut memikirkan apa yang mungkin Lisa pikirkan.

Tom ingin bertanya pada Lisa dengan mengirimi dia pesan tapi rasanya tidak etis jika bertanya hal yang sensitif dengan pesan.

Pria ini larut dalam pikirannya sendiri, dan beberapa saat kemudian pintu kamar terbuka, Amanda, istri Tom, Annie putri bungsunya bersama Lucas putra sulung Tom datang dan membawa sesuatu untuknya. Mereka tampak sangat senang menyambut Tom yang baru saja sadar setelah mendapatkan beberapa perawatan.

"Bagaimana perasaan mu?" Amanda bertanya, dia mengelus pipi Tom dan dia tersenyum pada istrinya.

"Aku baik-baik saja, tapi aku rasa kaki ku mungkin dalam masalah."

Senyum Tom memudar dan kue berbentuk mungil yang mereka bawa kemudian mereka potong lalu menyuapi Tom dengan satu potongan kue.

"Apa Lisa datang kemari?" Lucas bertanya, Tom terhentak sejenak, apa dia akan berbohong atau berkata jujur? Sebaiknya dia diam saja. Pikirnya.

"Katanya sih mau datang sama Om Martin, tapi kayaknya nggak jadi deh, lagian Ayah juga bakal pulang kan hari ini." Annie menjelaskan dan Tom hanya mengangguk.

"Aku sudah beritahu Martin buat datang makan malam di rumah kita, tanda terima kasih buat Lisa yang sudah bantu kamu Tom."

Tom hanya mengangguk, mengangkat alis dan tak mengatakan apa pun. Padahal saat itu, rasanya dia masih bisa merasakan sentuhan bibir Lisa yang kecil, atau dia hanya salah paham saja.

Keluarga Tom tentu sudah menyiapkan segalanya untuk menyambut kepulangan Tom ke rumah, dan dia akan memilih sendiri tongkat apa yang akan dia gunakan untuk membantunya tetap bisa berjalan.

Tongkat kayu yang hanya seukuran pinggang dengan gagang sedikit panjang dan berwarna coklat mengkilat, ya ini cocok untukya.

Dia berada dalam kesunyian saat tiba di dalam kamarnya. Menatap istrinya yang sudah sibuk sejak Tom sampai di rumah.

"Kau tidak perlu melakukan ini, aku bisa berterima kasih pada Martin dan Lisa secara langsung." Tom duduk di atas ranjang bersandar di sana dengan kaki yang terlentang ke depan.

Istrinya menatap masuk ke dalam cermin, lalu merias bibirnya dengan lipstik merah, dia berkata, "Martin adalah orang yang penting untuk mu, untuk perusahaan, makan malam tidaklah merugikan bagi kita."

Amanda membuat Tom menghela nafas, dia tampil modis dan elegan, sementara Tom menganggap bahwa istrinya terlalu berlebihan. Dia tidak mengatakan apa-apa lagi, hingga bel pintu rumah berdering.

"Oh itu mungkin mereka."

Amanda langsung keluar dari kamarnya, sementara Tom dia berdiri dari duduknya, kakinya setengah pincang akibat kecelakaan yang dia alami. Dia berjalan ke arah jendela menatap langit yang semakin gelap, lalu pelan berdiri di hadapan cermin, menatap wajahnya yang semakin tua, dan menurutnya semakin terlihat tidak menarik.

Tangannya mengelus lembut garis-garis halus diantara mata dan kulitnya.

"Tidak mungkin Lisa bisa menyukai ku. Apa kota ini kehilangan anak muda sehingga dia ... Ah sudahlah."

Tom berjalan keluar dari kamarnya, dia masih berusaha menyesuaikan tongkat yang dia gunakan, langkahnya pelan dan tangannya terasa cukup pegal memegangi tongkat. Tidak pernah terpikirkan bahwa dia akan kehilangan salah satu fungsi kakinya.

Dia masuk ke area ruang makan dan di meja makan semua orang sudah lengkap, "Lisa." Dia bergumam hanya dia saja yang bisa mendengar gumamannya.

Sekilas matanya menatap Lisa dan dalam sedetik mereka melakukan kontak mata, dan Tom berusaha mengalihkan pandangannya pada Martin, sosok yang dianggapnya sebagai sahabat.

Semuanya berjalan lancar, makan malam yang menyenangkan, Tom banyak berbincang dengan Martin sampai akhirnya Martin meninggalkan rumah itu bersama putrinya.

Tom kembali ke kamar dan berharap bisa istirahat walau kepalanya masih terasa tersiksa dengan pertanyaan, "Mengapa Lisa menciumku saat itu?"

Saat istrinya terus berbicara di sampingnya, Tom mencoba untuk tetap tenang, dan akhirnya terlelap.

Saat dia bangun, rasanya semuanya menghilang, istrinya kembali ke tempat kerjanya sendiri, Annie ke kampus, dan Lucas yang sibuk dengan organisasi politiknya.

Thomas Archer yang masih dalam proses penyembuhan hanya sendiri di rumahnya, ditemani pelayan rumah tentunya tapi secara emosi dia betul-betul sendiri, hingga sore tak ada yang dia lakukan selain berada dalam kesunyian.

Hingga akhirnya pintu kamarnya diketuk, suara dari luar berkata, "Tuan Tom, Nona Lisa ada di depan, katanya mau bertemu dengan Anda."

Sontak Tom terhentak dan dia langsung berdiri, meraih tongkatnya dan berjalan ke pintu, tangannya cepat membuka pintu itu dan melihat pelayan wanita yang cukup tua berdiri di hadapannya.

"Baiklah, suruh dia ke ruangan kerja ku."

Pelayannya lalu pergi dari sana sementara Tom berjalan lincah dengan kaki yang masih kesulitan menuju ruangan pribadinya, ruangan kerja yang selalu menemaninya. Dia membuka pintu cat marun dan masuk ke dalam sana, mencoba terlihat sibuk dan berdiri di samping meja sambil meraih buku-buku yang sama sekali tidak dia baca.

Suara ketukan dari luar pintu, Tom menjawab, "Masuk." Dia tidak menatap siapa yang datang tetapi dia sadar bahwa sekarang gadis itu masuk ke dalam ruangannya sehingga buku yang berada di tangannya kini dia taruh ke atas meja.

"Aku membawa proyek—"

"Taruh saja di meja, aku akan melihatnya nanti. Dan kita punya sesuatu yang harus kita bahas." Tom memotong ucapan Lisa lalu tatapannya mengarah pada gadis berambut sebahu, coklat gelap dengan kacamata persis milik Tom.

"Aku senang, Om Tom baik-baik saja." Lisa, sambil menaruh gulungan kertas dan flashdisk yang dititip oleh ayahnya.

Tom duduk di atas mejanya, dia menatap Lisa yang dekat tapi tidak begitu dekat dengannya, ragu tapi dia bertanya, "Apa ada yang lain, yang ingin kau katakan?" Tom bertanya pelan, dan dia memperhatikan gerak-gerik Lisa yang seakan panik.

"Apa maksud Om Tom?"

Mendengar pertanyaan balik dari Lisa, Tom turun dari mejanya, jalannya pelan karena kakinya masih terasa nyerih, dia menelan saliva dan jarak mereka bahkan hanya sejengkal, Tom mampu merasakan nafas Lisa yang begitu cepat.

"Lisa." Dia semakin mendekat, "Apa ada yang ingin kau katakan kepadaku?"

Lisa yang merasa tahu akan apa yang dimaksud oleh Tom kini mengangkat pandangannya, berusaha menjelaskan, "Mengenai apa yang terjadi di rumah sakit, bahwa aku mencium Om Tom, itu semua salah paham, aku tidak berniat atau—"

Tom yang tidak tahan dengan penjelasan Lisa lalu menjatuhkan wajahnya, hidung mancungnya bertabrakan dengan hidung kecil Lisa, dia membiarkan bibirnya menyentuh bibir milik kecil mereka miliki Lisa.

Gadis itu terhentak, bagai mematung sementara Tom menunggu reaksi Lisa. Tongkatnya jatuh ke lantai, dan Lisa bahkan tak menolak ciumannya.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Om Tom, Kekasih Gelapku    Chapter 12

    “Aku betul-betul tidak tahu apa yang akan terjadi jika aku kehilangan Lisa, sama seperti aku kehilangan Hitch.” Ayah baru saja bangun dari pingsan, sementara aku duduk berselimut di sofa di ruangan utama keluarga Archer setelah semua tamu pergi. Annie juga terus meminta maaf kepadaku karena tidak bisa membantuku saat aku akan jatuh. “Semuanya baik-baik saja sekarang, Lisa juga tidak apa-apa.” “Terima kasih padamu, Tom.” Ayah menoleh pada Om Tom yang sekarang duduk di sampingnya, mencoba menenangkan ayah. “Aku Tidka tahu apa yang akan terjadi tanpa mu.” “Kau tidak perlu berlebihan.” Amanda, aku cukup terkejut saat melihatnya mengarahkan kursi roda ke arah kami, aku tidak berekspektasi akan kondisinya yang terlihat lebih buruk dari yang kubayangkan. “Lisa, bagaimana perasaan mu, Nak?” Dia mengarahkan kursi rodanya ke arahku, dan aku hanya tersenyum getir kepadanya. “Aku merasa baikan, Tante.” “Kalau begitu kalian berdua menginap di sini saja. Kalian pasti shock berat.” “Ide bag

  • Om Tom, Kekasih Gelapku    Chapter 11

    LISA, APA KAU DATANG KE PERAYAAN SELAMAT DATANG IBUKU? Tidak, aku tidak akan datang jika ayah tidak memaksa. Pesan Lucas masih belum kubalas. Bahkan saat belum kubalas, dia menambah jumlah teks pesannya. AKU MENUNGGU MU SORE INI, SAMPAI JUMPA Aku rasanya hanya ingin berbaring sendirian sepanjang hari lalu tidur empat hari tanpa gangguan siapa pun. Entah kenapa Pak Richard yang membahas mengenai Thomas Archer membuat kepala ku merasa sakit. Bagaimana jika dia mengatakan sesuatu kepada seseorang? Tentang lukisan ku, gambarku mengenai Om Tom. Tamatlah riwayatku. Kujatuhkan kepalaku ke bantal dan berguling-guling tidak karuan, sudah jam dua siang dan ayah akan berangkat jam 4 sore. Meletihkan. Tidak ada pilihan selain bangkit dari tidur dan memilih-milih gaun yang akan kuganakan, merah? Terlalu mencolok di pesta orang lain, biru? Terlalu kasual, merah jambu? Ku lempar semua gaun yang kutemukan yang kurasa tidak cocok untukku dan sekarang aku menemukan gaun itu. Hijau. Bukan warna k

  • Om Tom, Kekasih Gelapku    Chapter 10

    Aku kelelahan, tanganku sudah sangat pegal, arang hitam yang aku gunakan untuk menggambar kini sudah pupus dan aku tidak punya arang tambahan lagi. “Sepertinya kau sudah kalah.” “Sialan.” Aku meringis dan menoleh ke belakang, ke arah suara yang baru saja membisikkan ku ucapan penurun semangat. “Lumayan.” Dia memuji dengan kedua tangan di dalam saku celana. “Aku sudah selesai, akan aku lanjutkan besok, Pak Richard.” Aku berdiri dan menarik kanvas yang berada di tiang gambar. “Well, aku ingin mengatakan sesuatu padamu, Lisa.” Aku membersihkan tanganku di wastafel sambil berkata, “Katakan saja.” “Kau tidak akan menjadi perwakilan galeri kita di festival tahun ini.” Aku terhentak, lagi. Kumatikan kerang air dan berkata, “Tidak peduli.” Aku melangkah pergi, hendak pergi lalu kembali ke sana, ke hadapan Pak Richard karena sebenarnya, aku peduli. “Siapa kalau bukan aku?” Aku bisa merasakan ketegangan yang diberikan Pak Richard di hadapan ku, dia sedikit ragu tetapi tetap mengatakann

  • Om Tom, Kekasih Gelapku    Chapter 9

    POV 3 TOM Suasana rumah sakit yang mencekam, detik demi detik, semuanya seolah mencekik Thomas Archer di tempat duduknya. Dia memandang putranya yang bersandar frustasi di tempat duduknya. Lalu, dia memandang Annie yang bersandar di bahu kakaknya. “Ayah akan tetap berada di sini. Kalian pulang lah.” Dia berdiri dari duduknya dan mendekat ke arah anak-anaknya yang tidak membalas apa yang dia katakan. “Lucas, bawa adikmu pulang.” “Tidak.” Lucas menjawab tegas, “Annie mungkin bisa pulang, tapi aku tidak mau. Aku tidak akan meninggalkan ibu.” “Aku juga tidak ingin pergi.” Annie menyahut dan mengangkat kepalanya dari bahu Lucas. “Ibu kalian akan baik-baik saja, dan dia pasti tidak ingin kalian terlihat lelah saat dia bangun. Jadi sekarang, berdirilah dan pulang.” Annie dan Lucas tidak menjawab, mereka hanya menatap Tom lalu mengatakan keinginan ayah mereka untuk segera pulang, sementara Tom sendiri, dia duduk menjatuhkan tubuhnya di kursi panjang rumah sakit, meringkuk dan tak bisa

  • Om Tom, Kekasih Gelapku    Chapter 8

    Apa yang terjadi sebenarnya, antara aku dan Om Tom? Kenapa dia … Kenapa dia menyentuhkan jari telunjuknya padaku? Kenapa tangannya menyentuh jemariku? Dan saat aku merasa semuanya sedang tidak masuk akal, kutarik kembali tangan ku lalu berdiri. “Aku mau ke toilet.” Semua mendongak memandangku yang sekarang berdiri lalu ke toilet perempuan. Aku bercermin, bertanya, “Ini tidak mungkin. Aku menciumnya lalu dia menciumku, sekarang apa perasaan ku terbalas?” Pertanyaan itu terus menggema dalam kepala ku, ku tarik nafasku dalam-dalam dan menghembuskannya. “Tenang, Lisa.” Kurapikan rambutku lalu keluar dari kamar kecil. Tubuh ku terhentak saat berada di luar dan menemukan Lucas. “Lisa.” Aku tidak tahu bagaimana raut muka ku saat itu tapi aku tahu Lucas sedang berada dalam posisi yang begitu hancur. Dia berjalan lalu menjatuhkan pelukannya kepadaku. “Lu … Lucas kau, hmmm.” “Terima kasih sudah ada bersama kami.” Kuperbaiki kacamata ku yang molor lalu mencoba bersikap tenang, walau kep

  • Om Tom, Kekasih Gelapku    Chapter 7

    "Sangat malang, sungguh, kemarin Tom dan sekarang Amanda." Ayah menggelengkan kepalanya sembari menyantap makanan yang tersaji di atas meja. "Aku bahkan tidak bisa menikmati makanan ku sendiri. Kepalaku terus kepikiran dengan mereka." Ayah mendorong piringnya ke tengah meja dan bersandar di sandaran kursi. Aku diam saja, dan dia menoleh padaku, menatap ku lekat-lekat dan berkata, "Apa kau ada di sana? Saat Tom mendapatkan kabarnya?" "Hmm?" Ku tolehkan pandangan ku, dan mengangguk, "Iya, aku ada di ruangan Om Tom, kami sedang ...." Hampir aku mengeluarkan ucapan itu 'berciuman.' Sambil menyentuh bibir ku. Tapi syukurlah aku tidak mengatakan apa pun. "Pasti sangat mengejutkan untuk Tom." Dia berkali-kali menggeleng, menghela nafas panjang lalu menatap ku lagi dengan prihatin. "Apa aku punya kampus besok?" "Tidak." Aku menggeleng. "Baguslah kalau begitu, kita akan ke rumah sakit menjenguk Amanda." Dia mendorong kursinya dan rasanya aku tidak memiliki tenaga yang cukup kuat untuk

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status