Share

Chapter 8

Author: Black Eagle
last update Last Updated: 2025-06-04 23:33:34

Apa yang terjadi sebenarnya, antara aku dan Om Tom? Kenapa dia … Kenapa dia menyentuhkan jari telunjuknya padaku? Kenapa tangannya menyentuh jemariku? Dan saat aku merasa semuanya sedang tidak masuk akal, kutarik kembali tangan ku lalu berdiri.

“Aku mau ke toilet.”

Semua mendongak memandangku yang sekarang berdiri lalu ke toilet perempuan. Aku bercermin, bertanya, “Ini tidak mungkin. Aku menciumnya lalu dia menciumku, sekarang apa perasaan ku terbalas?”

Pertanyaan itu terus menggema dalam kepala ku, ku tarik nafasku dalam-dalam dan menghembuskannya. “Tenang, Lisa.” Kurapikan rambutku lalu keluar dari kamar kecil.

Tubuh ku terhentak saat berada di luar dan menemukan Lucas.

“Lisa.”

Aku tidak tahu bagaimana raut muka ku saat itu tapi aku tahu Lucas sedang berada dalam posisi yang begitu hancur. Dia berjalan lalu menjatuhkan pelukannya kepadaku.

“Lu … Lucas kau, hmmm.”

“Terima kasih sudah ada bersama kami.”

Kuperbaiki kacamata ku yang molor lalu mencoba bersikap tenang, walau kepalaku terasa akan pecah.

“Aku hanya mencoba tetap ada untuk kalian. Bukankah kita keluarga?” Aku melepaskan pelukan Lukas yang semakin erat dan membuatku merasa sedikit sesak.

“Ya karena itulah aku berterima kasih.”

Dia mengigit bibir bawahnya lalu bersandar di dinding, aku tahu bahwa dia sedang frustrasi, bahkan lebih frustasi dari ayahnya.

Aku bingung, tidak tahu bagaimana menunjukkan empati padanya, selain mendekat dan kembali memeluknya pelan.

“Semuanya akan baik-baik saja, Lucas.” Aku berbisik kepadanya. Lalu tanganku menggenggam jemarinya, perlahan kulepas pelukan ku tetapi saat itu dia kembali menarik ku masuk ke dalam pelukannya yang hangat.

Wajahnya jatuh ke bahuku yang

lebih pendek darinya. Kedua tangannya berada di punggungku, begitu erat memelukku, dan telinga ku mendengar isakannya.

“Aku sangat menyayangi ibuku … Apa yang akan terjadi setelah ini pada keluarga ku … katakan Lisa, apa … apa kau akan bersama kami? Lisa … aku tidak ingin ibuku meninggalkan kami.”

Aku menelan saliva, mencoba membalas pelukannya yang erat, bibirku menganga tipis, dan benakku merasa penat serta bingung bagaimana caraku merespon dengan kata.

Aku merasakan pelukannya yang masih hangat, sekali lagi kuteguk saliva ku dan berkata pelan-pelan, “Aku akan selalu di sini, Lucas.”

….

Senyap, tak ada apa pun, selain pelukan Lucas dan untuk sesaat semuanya terasa tenang.

“Ehm.”

Ku dorong secepat mungkin tubuh Lucas ke dinding dan menoleh, melihat ayah sudah berdiri di sudut, aku yakin sudah sejak tadi dia memperhatikan. Dia senang sekali ikut campur.

“Ayahmu mencarimu, Lucas. Dan aku mencari putriku.”

Kami menatap ayah, Lucas menyeka air matanya dan mengangguk, tanpa mengatakan apa pun dia meninggalkan kami.

Sementara Ayah, dia membelalakkan matanya padaku, melotot seolah bola mata itu akan jatuh dari kelopaknya.

“Ada apa dengan mu, Lisa? Atau ada apa dengan kalian? Apa … astaga sejak kapan kalian ….?”

“Apa sih Ayah.”

Aku mencoba menyembunyikan pipi ku yang merona tapi aku tahu ayah sudah menangkap basah aku.

“Sudahlah, lagi pula jika kalian saling suka, apa masalahnya.”

“Diam!” Aku menunjuk-nunjuknya, “Aku dan Lucas, tidak ada apa-apa, okey, Ayah?’

Ayah mengangkat tangannya, sambil berkata dengan senyum, “Okey-okey, kamu tidak perlu nunjuk-nunjuk ayah kayak gitu, Lisa.”

Aku menjatuhkan telunjukku dan menghela nafas panjang, mencoba rileks sampai ayah berkata lagi, “Rahasia kalian aman.”

“AYAH!”

Aku melototinya dan dia tersenyum, oh tersenyum di masa suram untuk keluarga Archer, yang benar saja, ayah.

Lalu kami menuju ke ruangan tunggu, lagi. Bersama dengan keluarga Archer yang lainnya, Annie, Lucas, dan Om Tom.

Saat itu, aku sudah melihat makanan bungkus untuk kami, pasti dari Lucas, yang tadi sempat keluar ke kantin.

Seharian, tugasku hanya menenangkan Archer bersaudara, Annie dan Lucas, sementara ayah terus menenangkan sahabatnya, Om Tom.

Lalu kami berpamitan.

“Kami akan kembali, aku harap Amanda segera pulih, kalian juga yang sabar ya, Annie, Lucas.” Ayah menepuk lengan Annie dan Lucas, sementara aku hanya tersenyum getir.

“Terima kasih.” Ayah dan sahabatnya saling berpelukan, lalu tibalah giliran ku, saat Tom, Om Tom, sekarang memajukan tubuhnya, melangkahkan kakinya setelah langkah tongkatnya. Dia menyentuh lenganku, lalu mencondongkan wajahnya, tak menatap ku, tetapi kemudian dia mengecup kedua pipi ku bergiliran.

Lalu berbisik di telinga kiri ku dengan nafas yang begitu jelas.

“Sampai jumpa, Lisa.”

Aku tak bergerak, sedikit pun, sampai dia menjauhkan tubuhnya dariku. Dan kami pergi, aku dan ayah meninggalkan rumah sakit.

Seperti biasa, ayah selalu mengeluarkan isi kepalanya di dalam mobil, semua yang ada di benaknya di lontarkan begitu jelas. Dia bahkan menyinggung tentangku dan Lucas, kini aku tidak bisa bebasr dari ayah yang terus menggodaku tentang Lucas.

Saat Ayah terus melontarkan isi kepalanya, aku menyandarkan kepala ku di jendela mobil, menatap keluar dan merasakan suasana malam yang kelam, dengan isi kepala mengenai semua yang terjadi.

Sekarang aku tahu satu hal, Lucas Archer putra sulung Thomas Archer, menyukai ku. Dan aku bisa pastikan bahwa aku menyukai Thomas Archer. Dan kami berada di posisi yang rumit. Ah sialan, mereka anak dan ayah sangat menyulitkan ku.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Om Tom, Kekasih Gelapku    Chapter 39

    Tom dapat merasakan hujan yang sudah mereda, hanya tetesan-tetesan kecil yang jatuh ke atas genteng rumah Martin. Dan karena itulah dia bangun setelah meringkuk di dalam selimut karena rasa dingin yang menembus masuk ke celah kamar. Detakan jarum jam dinding juga terdengar begitu jelas sehingga dia terbangun begitu pagi. Ya setidaknya dia berpikir bahwa dia gantung begitu pagi. Jam lima pagi, atau nyaris jam enam pagi. Dia menguap beberpaa kali, dan selimutnya dia kibaskan ke samping, dia memijat kakinya yang pincang dengan tatapan kantuk yang bahkan tak memberikan reaksi apa pun. Segera Tom turun dari ranjang dan menyadari bahwa kamar itu tidak punya kamar mandi. Dia memijat keningnya, dan tertawa kecil, “Apa aku harus ke kamar mandi Lisa untuk pipis?” Dia berpikir sejenak, “Atau ke kamar mandi Martin? Yang mana yangvkenuh dekat ya, atau aku dari alasan saja supaya ke kamar mandi Lisa?” Dia bergumam dan mondar mandir di sana dengan jalan pincang tanpa tongkat. Dia tidak berpikir

  • Om Tom, Kekasih Gelapku    Chapter 38

    Aku tidak tahu bagaimana perasaan ku, tapi saat ini aku sudah membersihkan kamar tamu yang akan digunakan oleh Om Tom. Sudah sangat bersih, dan dalam kepalaku, aku betul-betul penuh rasa bersalah. Aku yang memulai semua ini, aku yang pertama kali mencium Om Tom, aku yang memberikan harapan untuknya, dan dja larut dalam harapan itu. Aku bahkan tidak tahu apakah dia betul-betul memahami perasaan ku atau dia hanya ingin mendapatkan sesuatu dari ku. Walaupun demikian, aku merasa kasihan padanya. Kepalaku terus memikirkan dia seoanjang aku berada di kamar tamu ini, mengganti seprai dan membersihkan ruangan yang berdebu untuk Om Tom. Yang akhirnya sekarang sudah sangat bersih, tidak ada lagi debu, kuganti sepreinya dengan yang baru dan aku berdiri di belakang pintu, pelan-pelan kutarik gagang pintu dan keluar dari sana buru-buru, aku melihat ayah dan Om Tom sedang berbincang dan aku hanya berkata, “Sudah siap Om. Om udah bisa istirahat,” kataku lalu pergi dengan dia berterima kasih padak

  • Om Tom, Kekasih Gelapku    Chapter 37

    Tidak ada pilihan lain selain Tom yang harus keluar dari sana dan Lisa akan membersihkan kamar tamu yang terlihat begitu berdebu. Dia kini berdiri di lorong kamar, tegak, melamun, memandang dinding pintu, dan penasaran apa yang akan terjadi jika di memberitahu Martin. Kepalanya berkecamuk walau wajahnya tampak tenang, nafasnya pelan, dan suasana dingin mencekam. Angin semakin kencang serta hujan semakin deras membuatnya merasa kedinginan dengan penolakan Lisa yang membuat Tom lebih tercekik. “Tom?” Dialihkanlah pandangan Tom ke arah Martin yang tiba-tiba muncul, tangannya masihembab dan basah menandakan bahwa dia sudah selesai mencuci piring. “Martin.” “Kenapa di luar?” “Lisa ada di dalam, dia membersihkan kamar.” Dia tersenyum, “Tidak mungkin kan kalau aku berada di dalam berduaan dengan putrimu.” Martin tertawa kecil, dia mendekat ke arah Tom lalu berkata juga, “Memangnya apa yang bisa kalian lakukan jika berduaan? Lisa pasti akan sangat canggung dan malu-malu, dan aku pikir

  • Om Tom, Kekasih Gelapku    Chapter 36

    “Ah, apa kau sudah mencuci semua piring, Lisa?” Martin yang tiba-tiba berdiri dan membuat Tom kembali menarik tangannya sendiri dari Lisa. “Hmm belum, Ayah.” Lisa tampak gugup. “Aku akan lanjutkan saja cuci piringnya.” Dia hendak pergi tetapi Martin menahannya, “Tidak, Ayah saja. Kau temani saja Om Tom ke kamar tamu, bersihkan tempat tidurnya.” “Aku?” Lisa menoleh pada Tom sementara Tom menginginkan momen ini. “Ayah tidak terbiasa membersihkan tempat tidur, Lisa, kau ingin tamu kita tidur di tempat yang berdebu?” Sementara ayah dan anak itu berdebat, Tom tampak menikmatinya dengan senyum tipis, lalu Lisa, mau tidak mau harus melakukannya. “Baiklah.” Yang akhirnya membuat gadis itu meninggalkan ruang tamu sementara Tom mengikut di belakang gadis itu. Martin sendiri menuju dapur membersihkan sisa-sisa piring kotor yang ada di wastafel. “Apa kamarnya cukup berdebu, Lisa?” Tom berjalan pincang di belakang Lisa yang mengencangkan ritme langkahnya. “Jika sangat berdebu, kenapa aku t

  • Om Tom, Kekasih Gelapku    Chapter 36

    “Ah, apa kau sudah mencuci semua piring, Lisa?” Martin yang tiba-tiba berdiri dan membuat Tom kembali menarik tangannya sendiri dari Lisa. “Hmm belum, Ayah.” Lisa tampak gugup. “Aku akan lanjutkan saja cuci piringnya.” Dia hendak pergi tetapi Martin menahannya, “Tidak, Ayah saja. Kau temani saja Om Tom ke kamar tamu, bersihkan tempat tidurnya.” “Aku?” Lisa menoleh pada Tom sementara Tom menginginkan momen ini. “Ayah tidak terbiasa membersihkan tempat tidur, Lisa, kau ingin tamu kita tidur di tempat yang berdebu?” Sementara ayah dan anak itu berdebat, Tom tampak menikmatinya dengan senyum tipis, lalu Lisa, mau tidak mau harus melakukannya. “Baiklah.” Yang akhirnya membuat gadis itu meninggalkan ruang tamu sementara Tom mengikut di belakang gadis itu. Martin sendiri menuju dapur membersihkan sisa-sisa piring kotor yang ada di wastafel. “Apa kamarnya cukup berdebu, Lisa?” Tom berjalan pincang di belakang Lisa yang mengencangkan ritme langkahnya. “Jika sangat berdebu, kenapa aku t

  • Om Tom, Kekasih Gelapku    Chapter 35

    Makan malam di rumah Tuan Braun yang saat ini bertambah satu anggota meja makan, Thomas Archer yang duduk di antara ayah dan putrinya, Martin dan juga Lisa. “Sudah sekian lama aku tidak ikut makan malam bersama mu, Mart.” Tom yang sekarang terlihat menikmati makan malamnya. “Kau yang memasak semua ini? Luar biasa.” Tom menyanjung dan Martin tersanjung. Sementara Lisa, dia berkespresi datar dan tak mengatakan apa pun di meja makan. “Sebenarnya kami menyewa seorang pembantu, hanya saja dia sakit-sakitan dan aku tidak sempat untuk mencari pembantu baru, jadi ya, aku harus memasak sendiri, kadang Lisa juga membantu,” jelasnya sembari tertawa kecil dengan pipi merona. “Benarkah Lisa?” Tom mengangkat pandangannya pada Lisa, berniat menggoda gadis itu tetapi Lisa hanya membalas dengan tatapan tajam. “Aku pikir Om tahu kalau aku sering masak di rumah. Kenapa harus bertanya?” Ucapan Lisa, dengan nada suara sinis membuat Martin menyipit heran pada putrinya. Dia bertanya-tanya kenapa akhir

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status