Beranda / Fantasi / Omega keeper Of Crystalon / Bab 6 : Sensor Darah dan Kota Pertama

Share

Bab 6 : Sensor Darah dan Kota Pertama

Penulis: FIKRI
last update Terakhir Diperbarui: 2025-06-01 00:31:50
Langit di atas mereka tak lagi seperti langit. Kabut kelabu menggantung berat, mengalir seperti tinta yang ditumpahkan ke dalam air. Tanah retak. Udara penuh suara gemuruh tanpa arah. Semuanya terasa seperti... kesalahan. Dunia ini salah.

"Apa ini... masih bagian dari Die wêreld van Nuan Omega?" tanya Aeri dengan suara yang nyaris tenggelam dalam pekatnya kabut.

Luca berdiri diam. Sorot matanya memantul kehampaan di sekitarnya. Tidak ada suara burung. Tidak ada angin. Bahkan Fyren yang biasanya cerewet, kini hanya memelototi batu raksasa yang tergantung melayang di udara seperti ditarik oleh kekuatan tak kasatmata.

"Aku rasa ini bukan tempat yang seharusnya ada," gumam Luca akhirnya. "Seperti ruang yang tercipta karena sesuatu yang... seharusnya tidak terjadi."

Tiba-tiba, tanah di bawah kaki mereka berdenyut. Kabut mencair, seperti keringat yang menguap dari tubuh dunia. Sebuah retakan merah menyembul dari tanah, membelah udara, menggores langit yang sudah hancur.

Fyren melompat mundur
FIKRI

Veloren. Kota pertama yang mereka datangi... dan langsung menerima kejutan dari awal. yang bisa bicara soal darah soal status, teknik sensor yang bisa 'eksekusi' kalau darahmu salah, dan... Luca yang tiba-tiba dianggap mirip dewa kuno? Hmm... mencurigakan, ya? Aeri juga semakin misterius. Akses akademik? Tipe darah hybrid? Kita belum tahu siapa dia sebenarnya, tapi satu hal sudah jelas—dunia ini tidak akan memperlakukan mereka dengan lembut. Meski begitu, mereka bertiga malah berhasil menyelipkan tawa, ngobrol santai di balkon, dan... kebakaran kecil di dapur (lagi-lagi, Fyren... 😅). Yang menarik, di balik sistem kasta dan sensor canggih, dunia ini terasa seperti teka-teki berdarah. Tapi Luca nggak gentar, Aeri mulai menemukan tempatnya, dan Fyren? Yah, dia masih jadi GPS plus komentator utama kita. Dan ini permulaan baru.Kita akan terus menjelajah—sama seperti mereka. Siap jalan bareng lagi di bab selanjutnya? Jangan lupa bawa teh hangat dan hati yang kuat. Omega nggak main-main.

| Sukai
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Omega keeper Of Crystalon    Bab 182 : Upacara Pembukaan Pertandingan Seribu Awan Langit

    Tiga hari berlalu dalam ketegangan yang sunyi. Bagi Tim Nuhawan, hari-hari terakhir sebelum pertandingan bukanlah waktu untuk bersantai atau pamer kekuatan di arena latihan umum. Sebaliknya, mereka mengunci diri di kamar penginapan mereka. Tiga hari itu dihabiskan untuk berlatih dalam diam, mempelajari data yang telah mereka kumpulkan dengan susah payah, dan mengamati pergerakan rival-rival mereka dari balik bayang-bayang jendela.Setiap hari, kota terapung Aethel menjadi semakin ramai, semakin tegang. Udara dipenuhi oleh dengungan energi dari para pejuang terkuat dua benua yang menyelesaikan persiapan terakhir mereka. Atmosfernya begitu padat hingga nyaris bisa dirasakan, sebuah janji akan pertarungan legendaris yang akan datang.Lalu, fajar di hari ketujuh pun tiba.Tim Nuhawan berdiri di gerbang belakang Koloseum Awan Langit. Pemandangan di hadapan mereka begitu megah hingga membuat napas tercekat. Ini bukanlah sebuah arena biasa. Ini adalah sebuah mahakarya arsitektur, sebuah kolos

  • Omega keeper Of Crystalon    Bab 181 : Pilihan Yang Sangat Menentukan

    Malam di Aethel terasa dingin saat Luca menyelinap kembali ke Penginapan "Bintang Jatuh". Kristal peredam darah dari Selvine terasa berat di sakunya, sebuah pengingat akan beban baru yang kini ia pikul. Pikirannya tidak lagi dipenuhi oleh strategi untuk turnamen atau rencana untuk menemukan teman-temannya. Kini, pikirannya dipenuhi oleh satu hal: bayangan dari senyum dingin Instruktur Zerel d’Veynn.Ia tiba di depan pintu kamar tim mereka. Dari dalam, ia bisa mendengar suara yang familiar: perdebatan sengit antara Zane dan Nyxel, kemungkinan besar tentang siapa yang berhak mendapatkan potongan terakhir dari kue madu yang mereka beli di pasar. Biasanya, Luca hanya akan menghela napas dan masuk. Tapi malam ini, sesuatu di dalam dirinya telah berubah.Ia membuka pintu.Seketika, semua suara di dalam ruangan berhenti.Zane, yang tangannya sudah terulur untuk merebut kue dari piring Nyxel, membeku di tempat. Nyxel, yang sudah siap melepaskan pekikan protes, menelan kembali kata-katanya. Ba

  • Omega keeper Of Crystalon    Bab 180 : Keputusan Serta Pilihan Hati Yang Kejam

    Perjalanan kembali dari Air Terjun Giok adalah sebuah penyiksaan yang sunyi. Setiap bayangan terasa seperti musuh, setiap bisikan angin terdengar seperti peringatan. Peringatan Selvine—“Kau adalah aset yang melarikan diri”—menggema di benak Luca, lebih dingin dan lebih tajam daripada es mana pun yang pernah ia ciptakan.Saat ia menyelinap kembali ke Penginapan "Bintang Jatuh", tempat yang beberapa jam lalu terasa seperti surga yang ramai, kini terasa seperti sarang hiu. Keramaian lobi tidak lagi terdengar seperti kebisingan biasa; setiap tawa, setiap tatapan dari para peserta lain, terasa seperti potensi ancaman. Ia kini melihat setiap peserta dari Benua Merah bukan hanya sebagai rival, tetapi sebagai kemungkinan mata-mata Akademi, anjing pelacak yang dikirim untuk membawanya kembali ke kandang.Ia tidak langsung kembali ke kamarnya. Didorong oleh kebutuhan yang mengerikan untuk melihat kebenaran dengan matanya sendiri, ia bersembunyi di bayang-bayang sebuah pilar besar di lobi, matan

  • Omega keeper Of Crystalon    Bab 179 : Pertemuan Dan Peringatan Oleh Teman Lama

    Malam di Aethel turun dengan keagungan yang sunyi. Tiga bulan—satu perak besar dan dua adiknya yang berwarna biru dan hijau—memancarkan cahaya magis ke atas menara-menara putih gading kota terapung, menciptakan pemandangan yang seolah berasal dari negeri dongeng. Namun, bagi Luca, keindahan itu terasa hampa, hanya menjadi latar bagi kegelisahan yang menggerogoti hatinya.Dengan jubah berkerudung yang menyembunyikan rambut putihnya yang mencolok, ia menyelinap keluar dari Penginapan "Bintang Jatuh". Ia bergerak seperti hantu melalui jalanan Aethel yang remang-remang, menghindari patroli penjaga dan tawa riuh dari para peserta lain yang sedang menikmati malam terakhir mereka sebelum persiapan turnamen dimulai. Setiap langkahnya penuh kewaspadaan, setiap bayangan adalah potensi musuh.Ia mengikuti instruksi dari pesan Selvine, menuju sebuah taman tersembunyi di distrik timur kota, sebuah area yang dikenal karena ketenangannya. Setelah melewati serangkaian jembatan kristal yang melintasi

  • Omega keeper Of Crystalon    Bab 178 : Kontak Pertama dengan sekutu lama

    Malam pertama di Aethel turun dengan keagungan yang menekan. Setelah dewan perang mereka yang singkat namun padat, tim dari Pulau Nuhawan tidak bisa beristirahat. Beban dari dua ancaman besar—Jenderal Kael yang misterius dan Faksi Petir Hitam yang brutal—terasa seperti batu raksasa yang menekan pundak mereka.Keesokan paginya, mereka memulai misi intelijen mereka. Zane, dengan antusiasme yang terkendali, pergi ke arena latihan. Lian menghilang ke dalam bayang-bayang distrik bangsawan. Dan Nyxel mencari menara tertinggi untuk "mendengarkan" kota.Luca, di sisi lain, mengambil tugas yang paling membosankan namun paling penting: memahami lingkungan barunya. Ia menghabiskan paginya di lobi utama Penginapan "Bintang Jatuh", duduk sendirian di meja sudut yang gelap, hanya memesan segelas air dingin. Dari sini, ia bisa mengamati semuanya.Ia melihat para ksatria dari Kerajaan Baja yang tertawa terbahak-bahak, setiap gerakannya memancarkan arogansi kekuatan fisik. Ia melihat para penyihir elf

  • Omega keeper Of Crystalon    Bab 177 : Dewan Perang Di Bintang Jatuh

    Malam pertama di Aethel turun dengan keagungan yang menekan. Dari jendela kamar penginapan mereka yang sederhana, menara-menara putih gading kota terapung itu tampak seperti tulang-belulang dewa yang menusuk langit malam yang dipenuhi bintang-bintang asing. Namun, di dalam kamar yang sempit itu, tidak ada kekaguman. Yang ada hanyalah ketegangan yang pekat.Mereka berempat berkumpul di sekitar meja kayu kecil. Zane, yang biasanya selalu gelisah, kini duduk diam, lengannya yang berotot terlipat di dada, ekspresinya serius. Nyxel tidak lagi bersenandung; ia hanya menatap kosong ke permukaan meja. Dan Lian, ia berdiri di dekat jendela, punggungnya yang lurus memancarkan aura dingin yang lebih pekat dari biasanya.Mereka semua telah memproses hari pertama mereka. Skala kekuatan yang mereka lihat di pelabuhan, nama-nama legendaris di Papan Penantang, dan peringkat mereka sendiri yang berada di paling bawah dengan deskripsi "Tidak Dikenal". Semua itu adalah sebuah tamparan keras yang membang

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status