Share

5. Mansion

Daun-daun bergoyang saling bergesekan begitu angin menyapa mereka. Sesekali ranting yang sudah terlalu panjang itu mengetuk-ngetuk kaca. Mengusik lelapnya Alyssa. Kembali terbangun dalam keadaan yang jauh lebih. Tidak lagi merasakan denyutan hebat seperti semula di kepalanya.

Alyssa menggerakkan kepalanya ke kiri melihat pada ranting yang mengetuk-ngetuk kaca jendelanya. “Apa kau ingin masuk? Sebaiknya jangan, jika kau masuk sepertinya tidak akan bisa keluar.”

Alyssa frustasi hingga mengajak ranting pohon bicara. Pelan-pelan dia bergerak bangun, bersandar pada kepala ranjang lalu melihat tangannya yang kembali ditusuk jarum guna menyalurkan cairan ke tubuhnya.

Dua pelayan masuk dengan mendorong troli makanan. Membawanya mendekat pada Alyssa. “Kalian siapa?”

Salah satu dari mereka menjawab. “Kami pelayan Anda, Nona.”

“Maksudku, nama kalian siapa?”

“Saya Bertha, dan dia adalah Diana. Kami ditugaskan untuk menjaga dan merawat Nona.”

“Termasuk mengganti pakaianku ini?” tanya Alyssa lagi sambil mengangkat gaun tidurnya.

“Agar Nona bisa tidur dengan nyenyak,” jawab Diana.

Lalu Bertha menyiapkan meja lipat, dan diletakan itu di dekat tempat tidur Alyssa. “Saya akan menyuapi Nona.”

“Panggil saja saya Alyssa, saya bukan nona kalian.”

“Maaf Nona,” permintaan maaf sebagai bentuk bahwa Bertha tidak bisa memenuhi permintaan Alyssa.

“Saya bisa makan sendiri tapi, kalian keluar saja. Saya tidak suka makan sambil diawasi.”

“Baik Nona.”

Alyssa dibiarkan sendiri. Kedua pelayan itu keluar dari kamar. Sebelum membuka tutup hidangan lebih dahulu Alyssa memastikan kamarnya sudah benar-benar sepi. Pelan-pelan penutup hidangan dibuka, Alyssa kagum melihat apa yang dihidangkan untuknya.

“Wanginya benar-benar enak,” lirihnya kemudian mengambil sendok untuk mencicipi kuah dari sup jamur paling mahal itu. “Rasanya benar-benar enak. Oke Alyssa, kamu harus makan yang banyak agar punya tenaga untuk kabur.”

Tutup-tutup makanan lainnya dibuka satu per satu oleh Alyssa. Semua dicicipi Alyssa makan dengan gembira. Saat tengah menyuapkan sup ke mulutnya, Helga masuk menemuinya. Wanita itu membungkuk hormat.

“Maaf Nona, ada yang ingin saya sampaikan.”

Alyssa meletakan sendoknya. “Baiklah.”

Helga mendekat, meletakan sebuah map di atas tempat tidur Alyssa. “Ini adalah kontrak yang harus Anda tanda tangani.”

“Kontrak apa?”

“Pembayaran hutang ayah Anda.”

Tangan Alyssa yang semula ingin mengambil sendok beralih mengambil map tersebut. Dia membaca isinya dengan suara lantang. “Assa Zachary Welsh akan melunasi hutang dari Samuel Moore jika Alyssa Moore menetap di Mansion pribadi Assa Zachary sampai misi Samuel Moore selesai. Jika Alyssa tidak bersedia maka, Assa Zachary akan menyerahkan Alyssa pada pihak ketiga yaitu orang yang meminjamkan uang pada Samuel Moore.”

Alyssa menghempas kertas di tangannya ke tempat semula. Kini tangannya benar-benar mengambil sendok, dan memakan makanannya dengan rakus. Helga yang melihat itu diam, tapi sambil tersenyum tipis.

“Tuan Muda meminta Anda segera menandatanganinya sebelum dia pulang. Saya permisi, Nona,” ucap Helga sebelum melangkahkan kakinya keluar.

Alyssa benar-benar dibuat kesal oleh kelakuan pria yang baru saja dikenalnya itu.

***

Diberikan keleluasaan Alyssa setelah infusnya habis, dia keluar dari kamar dan berjalan-jalan di halaman mansion dengan ditemani Bertha dan Diana. Kedua pelayan pribadi itu mengekorinya.

Alyssa kesal, dan berbalik. “Apakah kalian tidak punya pekerjaan lain sampai harus mengikutiku seperti ini?”

“Kami menjaga Nona,” jawab Diana.

“Saya tidak akan kabur, tempat ini terlalu luas,” timpal Alyssa kemudian kembali melangkah.

Ada pagar putih yang menjadi pembatas antara halaman mansion dan perkebunan anggur yang terbentang luas di depan mata. Alyssa berdecak kagum dengan apa yang terjadi di depan matanya, tapi Alyssa sadar benar bahwa kekagumannya tidak bisa berlama-lama.

Dia berbalik mendapati Bertha dan Diana yang berdiri tak jauh darinya, mengawasinya. Helaan nafas terdengar, dia tahu ini akan sulit. "Bertha saya mau ke kamar mandi. Dimana yang paling dekat? Kalau ke kamar terlalu jauh, saya bisa ngompol."

"Mari Nona, ikut dengan saya," Bertha berjalan di depan menunjukkan arah pada Alyssa yang mengekorinya. Di belakang Alyssa ada Diana yang tak memberi jeda untuk setiap langkah yang diambil Alyssa.

Bertha membawa Alyssa pada kamar mandi tamu yang terletak di lantai dasar. "Silahkan Nona."

"Terima kasih, Bertha."

Alyssa masuk ke kamar mandi dan menguncinya. Dia langsung mendekati ventilasi udara yang cukup tinggi untuk dipanjat, tapi posisi ventilasi udara tersebut tepat di bawah closet duduk. Alyssa melepas alas kakinya dan mulai naik ke atas closet.

Ventilasi yang dikunci hanya dengan menggunakan spring knip itu memudahkan Alyssa untuk membukanya. Tidak terlalu lebar ukurannya, tapi badan Alyssa yang mungil itu sudah masuk setengahnya. Kepalanya menoleh ke kiri dan ke kanan yang tampak sepi, kemudian Alyssa menjatuhkan alas kakinya ke rumput. Kakinya yang berpijak pada closet tak sengaja menekan tombol flush sampai dia kaget sendiri.

Sedikit kesusahan Alyssa membawa tubuhnya untuk benar-benar bisa keluar. Rasa tak peduli meski harus bagian kepala lebih dulu yang jatuh ke atas rumput di luar.

Bruk!

"Argh!" Alyssa mendarat dengan tidak sempurna, ingin menjerit karena tangannya tertimpa badannya sendiri tapi, tidak ada waktu.

Lurus di depannya adalah ladang anggur. Di sisi ladang ada jalan yang menjadi akses keluar masuk mansion. Alyssa tidak akan melewati jalan itu tapi, dia mengambil jalan ke arah hutan yang berada di sisi ladang anggur tapi, tetap bisa melihat jalan sebagai patokannya keluar.

Alas kakinya kembali dipakai. Alyssa berjalan menyusuri hutan, sesekali bersembunyi ketika jarak pepohonan terlalu renggang yang bisa saja membuat dirinya terlihat dari jalan utama.

Ketika sebuah mobil terlihat dari kejauhan, buru-buru Alyssa menyembunyikan dirinya di antara pohon dan semak belukar. Merasa lega ketika mobil itu sudah lewat. Hanya saja Alyssa tidak tahu berapa panjang jalan yang harus ditempuhnya dengan berjalan kaki.

Sementara itu Assa baru saja kembali dari kantornya. Mobil yang dilihat Alyssa adalah miliknya. Orang yang pertama kali menyambutnya adalah Helga. Mobil Assa langsung berhenti di mansion yang berada di belakang mansion lainnya.

"Alyssa bagaimana?" tanyanya sambil melepaskan ikatan dasi, lalu melemparnya sembarangan dan Helga memungut itu.

"Sedang berjalan-jalan dengan Bertha dan Diana."

Assa masuk, lalu melepas jasnya dan kembali dilempar. Helga kembali memungutnya. Kebiasaan yang tak pernah berubah. Lengan kemejanya digulung. Saat hendak menuju kamarnya, Assa berhenti ketika melihat Bertha dan Diana berdiri di koridor yang menjadi penghubung menuju kamar mandi tamu.

"Sedang apa kalian berdiri di situ?"

"Nona berada di kamar mandi, Tuan," jawab Bertha.

Kening Assa berkerut. "Sejak kapan?"

Bertha dan Diana saling berpandangan karena menyadari bahwa Alyssa terlalu lama di kamar mandi. Keterdiaman kedua asisten rumah tangganya itu membuat Assa segera menghampiri pintu kamar mandi yang tertutup. Dia mengetuknya.

"Alyssa, kau di dalam?"

Tidak ada jawaban dari sana. Hanya hening. "Argo!"

Argo yang dipanggil langsung berlari mendengar titah tuannya. "Saya Tuan."

"Tendang pintunya."

"Kenapa harus ditendang?"

"Saya bilang tendang ya tendang. Saya takut Alyssa pingsan lagi."

"Oh, begitu. Baiklah."

Assa mundur memberi ruang pada Argo untuk menendang pintunya, tapi yang Argo lakukan justru tangannya mengeluarkan pistol dan menembak lubang kunci dengan senjatanya.

Dor!

Satu tembakan itu cukup membuat telinga pengang. Assa geram. "Itu namanya ditembak, bukan ditendang, Argo.”

"Hemat tenaga," balas Argo santai, dia mendorong pintunya. "Silakan masuk Tuan Muda."

dan betapa terperangahnya Assa ketika masuk tak mendapati Alyssa. "Sial! Dia kabur!"

 

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status