Home / Romansa / On CEO's Bed / 6. Nasib Alyssa

Share

6. Nasib Alyssa

Author: Yellowflies
last update Huling Na-update: 2023-07-26 10:31:32

Assa menarik nafas, lalu menghembuskan perlahan berusaha untuk tenang menghadapi kaburnya Alyssa. Pria itu benar-benar tak habis pikir dengan Alyssa. “Dia belum jauh, Argo perintahkan semuanya untuk mencari Alyssa. Bagi menjadi dua tim, gunakan juga anjing pelacak.”

“Baik Tuan Muda!” Argo bergegas melaksanakan perintah Assa. Dia keluar dari mansion dan menghampiri para penjaga.

Mereka langsung rapi berdiri tegak siap menerima perintah dari Argo. “Kita bagi menjadi dua tim. Cari Alyssa di hutan dan juga perkebunan, bawa beberapa anjing pelacak. Pastikan Alyssa ditemukan sebelum malam.”

“Siap!”

Karena begitu sudah terlatih mereka langsung bisa membagi tim, menyebar sesuai dengan apa yang diperintahkan. Sementara Assa tengah duduk di ruang tamu sambil mengganti sepatunya. Argo geleng kepala melihat tingkah tuannya itu.

“Di luar mereka sedang tergesa mencari Alyssa, tapi Anda masih santai begini?”

Assa berdiri, melepas jasnya. “Kamu pikir akan nyaman masuk ke hutan dengan sepatu kerja. Mencari Alyssa memang utama, tapi juga saya harus memastikan keadaan diri saya aman.”

“Apa tidak sekalian saja Anda menggunakan pakaian safari, Tuan?”

“Saran yang bagus, tapi saya tidak suka pakaian safari,” timpal Assa lalu melangkah keluar. Argo mengikutinya. “Saya jamin sepatu mahal kamu itu akan rusak begitu masuk hutan.”

“Bukankah ini seharusnya darurat? Kenapa Anda masih santai, Tuan? Anjing pelacak sudah melolong di dalam hutan.”

Assa tersenyum kecil berjalan menuju ke hutan. “Saya sudah sangat tahu daerah kekuasaan saya sendiri, Argo. Bahkan kamu tahu saya tidak pernah tersesat di hutan itu.”

Kaki Assa berhenti melangkah, dia melihat ke langit yang sudah hampir gelap. Lalu mengatur waktu berapa lama dia harus menemukan Alyssa, setelah pengatur waktu selesai Assa kembali melangkah. Ada jalan setapak di hutan yang biasa dilewatinya. Jika di susuri jalan itu akan membawanya ke sebuah sungai, tapi jelas Assa yakin Alyssa tidak mengarah ke sana.

Lagi-lagi Assa berhenti melangkah, Argo yang di belakangnya juga ikut berhenti. “Apa ada sesuatu?” tanya Argo.

Sebab Assa belum terlalu dalam masuk ke hutan dia masih bisa melihat mansion-nya, lalu ke arah kanan ada jalan raya yang sering dilaluinya. “Saya akan menyusuri tepi hutan, kamu bergabunglah dengan yang lain.”

“Apa Anda tidak akan butuh bantuan saya?”

“Jangan meragukan saya, Argo.”

“Baiklah Tuan Muda kalau begitu selamat berjalan-jalan,” timpal Argo lantas segera saja dia meninggalkan Assa seorang diri.

Assa berjalan menyusuri tepi hutan. Pepohonan yang menjulang tinggi tumbuh dengan rapat. Jika tidak ada jalan raya di sisi hutan mungkin sekarang sudah benar-benar gelap. Assa memasang lampu-lampu jalan di sisi kiri dan kanan, sebagian cahaya menerangi hutan.

Terasa sangat lembab dan dingin. Juga posisi tanah di hutan yang tidak rata membuat Assa harus melangkah berhati-hati. Daun-daun yang diinjak kakinya berisik berbunyi, Assa suka dengan sensasinya. Langkah Assa kembali berhenti ketika melihat tetes darah pada daun-daun yang diinjaknya.

“Alyssa terluka?” tanyanya pada diri sendiri. Mengikuti jejak yang ditinggalkan Assa semakin cepat melangkah. Bagaimanapun dia khawatir akan kondisi Alyssa.

“Tuan Muda di sini ada sebuah kain penuh dengan darah!” seru salah satu pengawal yang melakukan pencarian.

Assa bergegas menghampiri. Pengawal itu menunjukkan robekan kain yang berlumur darah, terlihat sekali itu masih sangat baru. “Cari lebih jeli lagi, dia tidak akan mungkin jauh.”

Mereka kembali bergerak menyisir hutan. Tiga anjing pelacak yang dikerahkan melaju lebih dahulu. Langit sudah menggelap, senter-senter yang dibawa penjaga dinyalakan menerangi langkah mereka. Assa meminta satu pada pengawalnya agar dia bisa berjalan lebih mudah di antara kegelapan yang menyelimuti.

***

Jauh di dalam hutan Alyssa mulai kehilangan arah. Langkahnya kian tak pasti tanpa arah. Nafasnya sudah memburu, tenaganya kian menipis. Jalannya tanpa panduan, gelap membuat langkahnya diraba-raba. Kakinya terasa sakit akibat jatuh dan ujung ranting sebuah pohon menyobek betisnya.

Ujung roknya disobek untuk membalut lukanya. Alyssa mulai bingung, dia duduk pada baru besar. Tak ada air untuk diminum. Tidak ada juga cahaya sebagai pelita. Suara lolongan Anjing membuat Alyssa ketakutan. Seumur hidupnya baru kali ini menerobos hutan dalam pekat malam.

“Seharusnya aku tetap melangkah di sisi hutan. Jika sudah begini, aku harus bagaimana? Ya Tuhan tolong selamatkan aku,” ucapnya memohon.

Suara-suara lolongan Anjing kian terasa mendekat, bersamaan dengan cahaya dari senter yang menyoroti. Alyssa kembali bergerak dengan sedikit merunduk agar cahaya senter yang mengarah padanya tidak mengenai dirinya. Dari batu besar itu, Alyssa bersembunyi di antara pohon dan semak-semak.

Tiga Anjing pelacak itu berhenti di sekitar Alyssa. Lampu senter sangat terang di sekitar. Alyssa bahkan bisa melihat Assa dari tempat persembunyiannya. Dia menutup mulutnya sendiri hanya agar suara nafasnya tidak terdengar tapi, soalnya satu Anjing mengendus aroma Alyssa sambil melompat ke arah semak.

“Arrrgh!” Alyssa menjerit tatkala Anjing itu mengenai dirinya.

Satu pengawal mendekat, menarik tali kekang Anjingnya. Assa berdiri melihat pada Alyssa yang duduk di tanah dengan penampilan yang sangat kacau. “Masih mau bersembunyi?”

Alyssa menggeleng. Dia cukup takut dengan situasi sekarang, ketika Assa meraih tubuhnya dalam gendongan Alyssa memberontak. “Lepaskan aku! Aku mau pulang!”

“Iya, saya juga akan membawamu pulang,”

“Pulang ke rumahku, bukan rumahmu,” balas Alyssa, lalu memukuli dada Assa habis-habisan. “Tolong biarkan aku pulang.”

Assa tak mengindahkan ucapan Alyssa. Tetap berjalan dengan bantuan penerangan dari para pengawalnya yang membawa senter. Argo menggeleng tak percaya bahwa tuannya itu akan sepeduli itu dengan seorang gadis. Sejauh yang Argo ingat Assa selalu menghindari para gadis yang mendekati.

Suara Alyssa kian terdengar lirih, Assa melihat pada gadis dalam gendongan tangannya. “Pingsan?” Assa menoleh pada Argo yang berada di sisi kiri, sedikit ke belakang. “Hubungi dokter.”

“Baik, Tuan,” Argo merogoh ponselnya, meski di tengah hutan sinyal ponsel cukup baik. Dibantu penerangan dari senter Argo menghubungi dokter pribadi keluarga Welsh.

Mereka terus berjalan beberapa meter untuk bisa keluar dari hutan. Di dekat pintu samping Helga, Bertha dan Diana menunggu cemas. Saat melihat Assa dan yang lainnya keluar dari hutan Helga segera menghampiri. Kondisi Alyssa jelas tidak baik-baik saja.

“Bertha siapkan kamar,” titahnya pada Bertha. “Dan Diana, siapkan air hangat.”

“Baik!”

Bertha dan Diana segera melakukan tugas mereka. Assa menghentikan langkahnya di depan Helga. “Helga, kau akan berurusan denganku setelah ini.”

“Saya mengerti, Tuan.”

Assa segera membawa Alyssa masuk. Membawa Alyssa ke kamarnya, dan membaringkannya di atas tempat tidur. “Ganti pakaiannya, dan bersihkan lukanya.”

Bertha dan Diana mengambil alih, lalu Assa keluar dari kamar. Di depan pintu ada Helga. “Ini yang terakhir Helga, jangan sampai dia kabur lagi. Di luar sana banyak yang mengincar nyawanya. Sampai Samuel kembali, dia harus tetap aman di sini. Kau mengerti?”

“Iya, Tuan.”

“Jika dokter Hendrick datang, kau temani dia memeriksa kondisi Alyssa. Saya masih ada urusan.”

“Baik.”

Assa menjauh dari kamarnya. Dia menghampiri Argo yang menunggunya di ruang tamu. “Tuan hasil penyelidikan sudah keluar.”

“Kita bicara di ruang kerja,” Assa berkata sambil melangkah ke ruang kerjanya. Argo mengikuti langkahnya dari belakang.

Begitu sampai, Assa langsung duduk dan Argo menunjukkan sesuatu dari layar ponselnya. “Namanya Matthew, dia mantan sniper tentara Nasional yang dikeluarkan karena kasus narkotika, tapi saat ditanya siapa yang memerintah dia tidak menjawab. Dia meminum sebuah pil yang membuatnya meninggal di tempat.”

“Cara jitu untuk tutup mulut. Kau bakar saja mayatnya, dan terus selidiki jejak digital yang mungkin dia tinggalkan.”

“Baik, sedang kami jalankan!” balas Argo sebelum kemudian keluar dari ruang kerja Assa, menyisakan tuannya seorang diri merenung di sana.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • On CEO's Bed   147. Ending

    Kabar kelahiran putra dari Assa Zachary meramaikan media berita dan menjadi trending topic utama di kota London. Bahkan kabar tersebut sampai ke telinga Eliot dan Alfredo yang berada di penjara, dua pria itu meratapi nasibnya yang nelangsa. Mungkin baru terasa Setelah sekian lama berbuat jahat lalu menerima hukuman dari Tuhan. Proses keadilan benar-benar berjalan dengan baik tidak ada satupun yang menyalahi aturan atau melanggar keadilan itu sendiri. Assa juga berhasil mengambil alih perusahaan Edmund sehingga tidak akan berani melakukan apa yang ingin dilakukannya yaitu membantu Eliot bebas dari penjara. Lalu kabar lainnya datang dari Lena, wanita itu berusaha untuk menyakiti dirinya sendiri. Dia melompat dari lantai dua sehingga menyebabkan dirinya keguguran. Walaupun demikian nyawanya masih bisa diselamatkan namun Lena mengalami kelumpuhan total mendengar kabar itu tentu saja membuat Alisha menjadi sedih, meskipun Lena beberapa kali berusaha menghancurkan hidupnya dan juga Assa.

  • On CEO's Bed   146. Kelahiran Sang Pewaris

    Rumah sakit bersalin Kasih Maria menjadi tempat Alyssa melakukan proses persalinannya. Assa, suaminya memberikan royal room layaknya sebuah hotel berbintang lima. Ruang bersalin itu mempunyai ruang tamu dengan set televisi, lalu juga ada kamar lainnya untuk siapapun yang datang menjenguk. Dibandingkan memikirkan tentang persalinan, Alyssa lebih merasa bahwa dirinya sedang melakukan staycation di sebuah hotel mewah. Segala fasilitas terbaik untuk golongan very very important person siap untuk Alyssa gunakan selama proses persalinan nanti. Sesuai rencana Alyssa akan melakukan persalinan secara normal jika tidak ada kendala, hari ini atau paling lambat besok pagi Alyssa sudah melahirkan. Wanita yang baru pertama kali akan melahirkan itu merasakan was-was yang luar biasa, tapi mertuanya Lucy datang untuk memberikan semangat padanya. Selain Lucy, Alyssa juga kedatangan Belinda beserta Leonidas. Kepada Belinda, Leonidas bercerita bahwa dia sangat ingin melihat bayi dalam kandungan Alyssa

  • On CEO's Bed   145. Kisah Jeff dan Hanna

    Hanna duduk memandangi bunga-bunga yang mulai bermekaran di halaman rumahnya, dia merenungkan banyak hal terutama hubungannya dengan Jeff selama ini. Hanna berburuk sangka terhadap pria itu. Jeff memang begitu brengsek di matanya, namun ketika Jeff menyelamatkan ibunya dengan segera tanpa memikirkan apapun membuat Hanna berpikir dua kali tentang Jeff. Hanna menemukan sisi baik dari seorang Jeff yang selama ini dianggapnya seperti iblis. Benar memang bahwa manusia tidak selalu baik dan tidak melulu buruk. Berkat bantuan Jeff juga keadaan ibunya sekarang sudah jauh lebih baik. Rumah Sakit mahal itu memberikan pelayanan yang terbaik sesuai dengan jumlah uang yang dikeluarkan. Jika diminta untuk mengembalikan, maka Hana tak akan pernah Sanggup. Margaret ibu kandung Hanna keluar dari dalam rumah dengan membawa sesuatu di tangan kanannya, paper bag berwarna biru muda itu berisi kue yang pagi tadi dibuatnya Margaret kemudian berkata kepada Hana. "Hanna Tolong antarkan ibu bertemu dengan Je

  • On CEO's Bed   144. Keluarga Mark

    Waktu berlalu begitu cepat, beberapa bulan terlewati sudah. Perasaan lega juga tengah dirasakan keluarga Mark. Mereka hari ini memutuskan untuk pindah rumah ke tempat yang lebih tenang, dimana Leonidas bisa bermain dengan senang. Belinda sudah menyelesaikan segala urusannya dengan sang mantan suami si calon perdana menteri yang gagal, dan Mark perusahaannya sudah tidak terikat apapun lagi dengan perusahaan milik Edmund. Kabar terakhir yang Mark dengar tentang perusahaan itu adalah, beberapa investor menarik saham mereka terkait dengan kasus yang melibatkan kembaran Edmund.Lalu untuk putrinya—Jane wanita itu sekarang menenggelamkan dirinya dengan kesibukan di perusahaan. Mark seringkali cemas melihat keadaan Jane yang sekarang, namun dia tahu bahwa semua itu adalah proses kehidupan yang kelak akan menguatkan Jane. Hal terpenting bagi Mark dan Belinda adalah mereka tetap selalu ada kapanpun Jane membutuhkan mereka. Pelan-pelan wanita itu menata hati dan hidupnya setelah ditinggal pergi

  • On CEO's Bed   143. Bulan Madu

    Bali, Indonesia.“Arggggh!!” Alyssa berteriak melepaskan segala penat dan dukanya di tepi pantai yang biru. Mereka benar-benar pergi ke Bali untuk menikmati bulan madunya. Lucy menyiapkan terbaik untuk mereka. Penginapan di Ubud yang hijau dan tenang, namun sore ini mereka tengah berjalan-jalan di pantai terdekat dengan tempat penginapan mereka. Wangi pasir dan angin laut membuat Alyssa merasakan ketenangan yang luar biasa.Jika selama di London dia harus selalu dengan mantelnya, namu di sini Alyssa bisa memamerkan perutnya yang membulat. Hangat matahari yang dirasakannya jauh berbeda dengan hangat matahari di London. Suasana yang baru, tempat yang baru menjadikan Alyssa seperti manusia yang baru lagi. Dia tersenyum memandang Assa.Kaki-kakinya menapaki pasir putih tanpa alas kaki, merasakan tekstur pasir yang lembut dan juga membiarkan ombak menyentuh kakinya, lalu menarik serta pasir ke laut. Sepasang suami istri itu berjalan-jalan sambil bergandengan tangan menyusuri pantai yang s

  • On CEO's Bed   142. Semua Hal Berlalu

    Hari ini Assa dan juga Alyssa mengantarkan keluarga Satoshi ke bandara. Mereka akan kembali ke Jepang, begitu pula dengan Takeda. Segala hal yang terjadi selama mereka di London adalah sebuah kebahagiaan dan kejutan yang tak pernah mereka duga-duga. Tuan dan Nyonya Fujiwara tak henti mengucapkan terima kasih, dan juga belasungkawa yang tulus pada Alyssa. mereka berpesan pada Assa untuk selalu mendampingi Alyssa. “Jagalah dia dengan baik,” pesan nyonya Fujiwara pada Assa. “Baik, aku akan melakukannya dengan senang hati. Jaga kesehatanmu, lain waktu aku akan datang berkunjung lagi ke Jepang.”“Datanglah kapanpun kau mau,” ungkap tuan Fujiwara yang berada di sisi mereka.Lalu Aoyama dan Sora memeluk Alyssa bergantian. Sora berkata pada Alyssa. “Bibi beritahu aku jika anakmu sudah lahir.”“Tentu saja, aku pasti akan memberitahu. Kalau perlu kau akan dijemput oleh paman Assa untuk datang lagi ke sini.”“Naik Jet milik paman Assa lagi?” tanya Sora jenaka.“Pasti, dia akan menjemputmu.”“H

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status