Share

Rencana Pernikahan

Sinar bulan menerobos masuk lewat lubang-lubang kecil yang ada di dalam kamar Al. Menerpa wajahnya yang tergeletak di bawah balutan selimut berwarna putih bersih. Al menggeliat sambil meluruskan badannya yang terasa begitu kaku sehabis perjalanan jauh tadi pagi. Perlahan ia meraih ponsel yang ada di meja dekat dari tempat tidurnya. Ternyata memang sudah malam. Waktu sudah menunjukkan pukul 19.00 malam.

          Dengan malas Al bangun dan segera menuju kamar mandi untuk kemudian membersihkan diri. Lelah benar-benar membuatnya tertidur dengan sangat pulasnya. Ia bahkan sampai lupa jika malam ini ia sedang ada acara makan malam bersama keluarganya.

Setelah memakai baju, Al melangkah menuruni anak tangga satu demi satu. Melihat sekeliling hingga pandangannya terhenti pada sosok yang terlihat sedang menikmati waktu bersama. Ternyata anggota keluarganya sudah duduk santai di ruang tengah, mungkin sedang menunggu dirinya datang.

          “Kamu udah bangun Al?” tanya Bella ketika melihat Al mendekat ke arah mereka.

          “Iya Ma. Sumpah Al ngantuk banget, kayaknya lelahnya baru ngefek sekarang deh. Maaf yah udah buat kalian nunggu lama.”

          “Nggak apa-apa kok, lagian kita juga tahu kalau kamu pasti kelelahan. Makanya tadi waktu Mama kamu berniat untuk membangunkan kamu di kamar, Oma langsung melarang dia. Soalnya Oma tahu pasti cucu Oma ini lagi capek banget.”

          “Oma memang the best deh pokoknya,” jelas Angkasa  sambil tersenyum manis kepada Oma.

          “Ya udah kalau gitu ayo makan. Perut Mama udah nyerocos nggak jelas nih sejak tadi.”

          Dengan dibarengi senyuman, mereka pun berjalan menuju meja makan dan duduk di kursi masing-masing. Ruang makan kali ini ramai dengan suara gesekan piring dan juga sendok. Makan malam pertama Al dan keluarganya kali ini berjalan dengan sangat lancar.

          Setelah makan malam keluarga telah selesai, mereka pun lanjut ke ruang tengah. Jason sudah duduk di sana bersama dengan istrinya, Bella. Tak lama kemudian muncul Tari dengan membawa segelas teh hijau kesukaannya. Seperti biasa, Tari memang selalu suka meminum teh hijaunya setelah menyantap makanan. Sudah semacam ritual sehabis makan.

          Al pun berjalan menuju kursi tempat Jason dan yang lainnya sedang duduk. Ia ikut bergabung di sana.

          “Eh Al, duduk di sini sayang, di dekat Oma.”

          Tanpa mengulur waktu, Angkasa segera menuju Oma dan duduk di kursi yang dekat dengan wanita paruh baya itu.

          Ketika Al telah duduk tepat di samping omanya, suasana pun kembali hening. Tari yang sudah menyampaikan rencananya kepada Jason kini saling berpandangan satu sama lain. Seolah memberi kode bagi Jason agar lelaki itu segera membuka obrolan.

          “Kamu tahu kan Al maksud Papa menyuruh kamu balik ke Indonesia?”

          Seketika Al melirik papanya, lantas dengan tatapan penuh tanya ia mencoba berpikir sejenak. “Nggak Pa. Bukannya karena Papa sudah kangen banget ya sama Al.”

          Setelah mendengar jawaban dari anaknya, Jason memperbaiki posisi duduknya dan menatap Al dengan tatapan yang begitu dalam seolah menunjukkan bahwa ia akan menyampaikan hal yang sangat amat penting sekarang. Jason menarik napas perlahan lalu menghembuskannya pelan. Sebisa mungkin ia mengatur napas dengan baik sebelum akhirnya ia kembali bersuara.

 “Papa menyuruh kamu kembali ke sini untuk melangsungkan acara menikah. Pernikahan kamu, Al.”

          Al yang semula tersenyum, tiba-tiba kaget dengan pernyataan papanya barusan. Benar-benar diluar dari dugaannya sebelumnya. Seolah tidak percaya, ia masih diam tanpa kata. Seolah masih menunggu penjelasan selanjutnya dari sang Papa.

          “Bagaimana pendapat kamu tentang hal ini?” tanya Jason dengan hati-hati.

          Sungguh saat ini Al tidak mampu berpikir lagi. Seolah kata menikah yang baru saja terlontar dari mulut papanya membuatnya buntu dan tak bisa berpikir dengan jernih. Hanya pikiran kalut yang kini menyelimuti benaknya. “Papa sudah memutuskannya bukan?” jawab Al datar.

          “Tapi bagimanapun juga, kami tetap ingin mendengarkan pendapatmu lebih dulu Al,” ucap Tari dengan lembut seolah memberi pengertian.

          “Tapi bagaimanapun pendapat kamu, hasilnya tetap saja akan sama,” potong Jason.

          “Kamu tidak bisa menyangkal dari rencana pernikahan ini. Ini bukan sekedar permintaan tapi lebih kepada perintah. Jadi mulai sekarang buatlah dirimu menjadi senyaman mungkin di sini dan mulailah bersikap sebagai seorang penerus perusahaan,” ucap Jason melanjutkan.

          Dengan rasa menyesal, Al berdiri dan membungkuk menghadap papanya, seolah minta maaf atas kelancangan yang tengah dilakukannya. “Maaf Pa, tapi aku nggak bisa melakukan itu semua. Aku udah dewasa, dan aku berhak untuk menentukan jalan hidupku sendiri.” Ia pun berjalan meninggalkan ruangan itu.

***

          Di luar rumah gelap benar-benar telah menghiasi setiap sudut taman kediaman milik Jason. Hanya ada lampu-lampu jalan yang menghiasi.  Dan diantara keremangan yang tengah berlangsung, di sanalah Al sedang mengurung diri. Duduk di bangku taman dengan ditemani bintang yang bersinar dengan cahaya redup.

“Lihatlah betapa gelap dan kelamnya malam ini. Seolah mewakili kesedihanku sekarang,” batin Al sembari melihat langit.

          Al merenung dan mengingat setiap kata yang diucapkan oleh papanya beberapa waktu lalu. Sehingga membuatnya teringat dengan kejadian 3 hari lalu sebelum dirinya kembali ke Indonesia.

          “Hei jangan lupa bawa ini, jangan sampai kamu rindu denganku saat di Indonesia nanti.” ucap perempuan yang bernama Keyla. Ia tersenyum sambil memperlihatkan foto mereka berdua yang terpampang nyata di balik bingkai berwarna biru langit.

          “Sebenarnya aku benar-benar tidak mau pergi, Key. Aku ingin bersamamu saja disini.”

          Keyla hanya terdiam mendengar ucapan Al barusan, lalu ia menghampiri Al yang kini sedang berdiri di dekat jendela apartemen miliknya.

          “Ayo berfoto bersama. Biar nanti kalau aku rindu denganmu, aku bisa melihatnya biar rinduku bisa segera reda,” ajak Al sambil membuka aplikasi kamera di handphonenya. Keyla pun mendekat kepada Al dan mengambil fose semenarik dan secantik mungkin.

          “Hei itu bukan foto sayang, tapi video. Gimana sih,” ucap Keyla sambil tertawa melihat tingkah Al yang begitu lucu baginya.

          Melihat Keyla tertawa lepas membuat Al menatapnya dengan sangat dalam. Tatapan yang mengisyaratkan bahwa ia tak ingin berpisah jauh dari kekasihnya itu.

“Tidak maukah kau membuat semua ini menjadi mudah. Misalnya dengan menikah denganku?” tanya Al dengan tiba-tiba.

          Tawa Keyla seketika terhenti lantas ia beralih menatap Al. Kedua bola mata mereka saling beradu, cukup lama hingga akhirnya Keyla mengeluarkan suara.

          “Al, usia kita belum 20 tahun, kita masih dini. Terlalu dini untuk sebuah pernikahan. Kita belum siap untuk hal-hal seperti itu. Selain itu juga, masih banyak hal yang harus kita lakukan bukan. Aku masih ingin mengejar impianku. Dan kamu tahu sendiri, ada banyak peraturan di dalam keluargamu, aku pasti tidak bisa melakukan itu semua. Aku masih ingin mengejar cita-citaku, dan jika harus menikah denganmu sekarang itu berarti aku harus melepaskan semua impianku itu. Maafkan aku Al. Terlebih lagi kompetisi modeling tingkat  internasional sebentar lagi akan berlangsung. Aku benar-benar ingin menjadi model internasional yang handal sebagaimana impianku selama ini. Semuanya sudah berjalan dengan lancar, hingga detik ini. Tinggal sebentar lagi aku bisa sampai di titik yang aku inginkan. Setelah apa yang aku inginkan tercapai, baru kita pikirin soal rencana kamu itu ya.”

Keyla tersenyum menatap Al, menguatkan dan meyakinkan lelaki itu  bahwa pilihan yang dipilihnya saat ini adalah pilihan yang terbaik. Dan menikah bukanlah jalan keluarnya. Sedangkan Al, ia hanya bisa terdiam kaku mendengar penuturan Keyla barusan.

          “Ayo kita berfoto,” ucap Keyla sambil mengambil ponsel yang semula di pegang oleh Al. Mereka pun mulai mengambil foto selfie berdua. “Tersenyumlah sayang,” ucap Keyla sambil menggenggam tangan Al.

          Namun bukannya mengikuti permintaan Keyla untuk tersenyum, Al malah menarik Keyla ke dalam dekapannya dan mencium kening perempuan itu dengan manja.

          “Aku mohon, tunggulah aku sebentar lagi. Jika memang kamu mencintaiku,” jelas Keyla berusaha untuk meyakinkan Al kembali.

Al tak juga mengeluarkan sepatah kata pun. Ia hanya menatap Keyla lalu memeluknya dengan erat. Seolah enggan untuk melepaskan perempuannya itu, hari ini, esok dan juga nanti.

          Perlahan Al mengacak rambutnya frustasi ketika ingatan itu kembali menghiasi pikirannya yang sedang kusut. Ingatan yang semakin membuatnya kembali merindukan kekasihnya yang sedang jauh di Paris.

***

          Di balik jendela ruang tamu, Bodi dan juga Jason berdiri melihat keluar jendela. Pemandangan yang tampak jelas sedang mempertontonkan Al yang tengah duduk menyendiri di kursi taman bagian samping rumah. Jason menatap anaknya dengan tatapan nanar.

          “Pak sepertinya Tuan Muda tidak begitu senang dengan keputusan yang Bapak buat. Bahwa dia harus segera menikah.”

          “Bodi, dia sekarang sudah harus tahu untuk apa dia dilahirkan di keluarga William. Ini sudah takdirnya, dan Al harus mau mengambil keputusan. Paling tidak keputusan yang benar-benar tepat baginya.”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status