Home / Urban / Once Again / Rencana Pernikahan

Share

Rencana Pernikahan

Author: Clarissa09
last update Last Updated: 2021-11-19 21:16:32

Sinar bulan menerobos masuk lewat lubang-lubang kecil yang ada di dalam kamar Al. Menerpa wajahnya yang tergeletak di bawah balutan selimut berwarna putih bersih. Al menggeliat sambil meluruskan badannya yang terasa begitu kaku sehabis perjalanan jauh tadi pagi. Perlahan ia meraih ponsel yang ada di meja dekat dari tempat tidurnya. Ternyata memang sudah malam. Waktu sudah menunjukkan pukul 19.00 malam.

          Dengan malas Al bangun dan segera menuju kamar mandi untuk kemudian membersihkan diri. Lelah benar-benar membuatnya tertidur dengan sangat pulasnya. Ia bahkan sampai lupa jika malam ini ia sedang ada acara makan malam bersama keluarganya.

Setelah memakai baju, Al melangkah menuruni anak tangga satu demi satu. Melihat sekeliling hingga pandangannya terhenti pada sosok yang terlihat sedang menikmati waktu bersama. Ternyata anggota keluarganya sudah duduk santai di ruang tengah, mungkin sedang menunggu dirinya datang.

          “Kamu udah bangun Al?” tanya Bella ketika melihat Al mendekat ke arah mereka.

          “Iya Ma. Sumpah Al ngantuk banget, kayaknya lelahnya baru ngefek sekarang deh. Maaf yah udah buat kalian nunggu lama.”

          “Nggak apa-apa kok, lagian kita juga tahu kalau kamu pasti kelelahan. Makanya tadi waktu Mama kamu berniat untuk membangunkan kamu di kamar, Oma langsung melarang dia. Soalnya Oma tahu pasti cucu Oma ini lagi capek banget.”

          “Oma memang the best deh pokoknya,” jelas Angkasa  sambil tersenyum manis kepada Oma.

          “Ya udah kalau gitu ayo makan. Perut Mama udah nyerocos nggak jelas nih sejak tadi.”

          Dengan dibarengi senyuman, mereka pun berjalan menuju meja makan dan duduk di kursi masing-masing. Ruang makan kali ini ramai dengan suara gesekan piring dan juga sendok. Makan malam pertama Al dan keluarganya kali ini berjalan dengan sangat lancar.

          Setelah makan malam keluarga telah selesai, mereka pun lanjut ke ruang tengah. Jason sudah duduk di sana bersama dengan istrinya, Bella. Tak lama kemudian muncul Tari dengan membawa segelas teh hijau kesukaannya. Seperti biasa, Tari memang selalu suka meminum teh hijaunya setelah menyantap makanan. Sudah semacam ritual sehabis makan.

          Al pun berjalan menuju kursi tempat Jason dan yang lainnya sedang duduk. Ia ikut bergabung di sana.

          “Eh Al, duduk di sini sayang, di dekat Oma.”

          Tanpa mengulur waktu, Angkasa segera menuju Oma dan duduk di kursi yang dekat dengan wanita paruh baya itu.

          Ketika Al telah duduk tepat di samping omanya, suasana pun kembali hening. Tari yang sudah menyampaikan rencananya kepada Jason kini saling berpandangan satu sama lain. Seolah memberi kode bagi Jason agar lelaki itu segera membuka obrolan.

          “Kamu tahu kan Al maksud Papa menyuruh kamu balik ke Indonesia?”

          Seketika Al melirik papanya, lantas dengan tatapan penuh tanya ia mencoba berpikir sejenak. “Nggak Pa. Bukannya karena Papa sudah kangen banget ya sama Al.”

          Setelah mendengar jawaban dari anaknya, Jason memperbaiki posisi duduknya dan menatap Al dengan tatapan yang begitu dalam seolah menunjukkan bahwa ia akan menyampaikan hal yang sangat amat penting sekarang. Jason menarik napas perlahan lalu menghembuskannya pelan. Sebisa mungkin ia mengatur napas dengan baik sebelum akhirnya ia kembali bersuara.

 “Papa menyuruh kamu kembali ke sini untuk melangsungkan acara menikah. Pernikahan kamu, Al.”

          Al yang semula tersenyum, tiba-tiba kaget dengan pernyataan papanya barusan. Benar-benar diluar dari dugaannya sebelumnya. Seolah tidak percaya, ia masih diam tanpa kata. Seolah masih menunggu penjelasan selanjutnya dari sang Papa.

          “Bagaimana pendapat kamu tentang hal ini?” tanya Jason dengan hati-hati.

          Sungguh saat ini Al tidak mampu berpikir lagi. Seolah kata menikah yang baru saja terlontar dari mulut papanya membuatnya buntu dan tak bisa berpikir dengan jernih. Hanya pikiran kalut yang kini menyelimuti benaknya. “Papa sudah memutuskannya bukan?” jawab Al datar.

          “Tapi bagimanapun juga, kami tetap ingin mendengarkan pendapatmu lebih dulu Al,” ucap Tari dengan lembut seolah memberi pengertian.

          “Tapi bagaimanapun pendapat kamu, hasilnya tetap saja akan sama,” potong Jason.

          “Kamu tidak bisa menyangkal dari rencana pernikahan ini. Ini bukan sekedar permintaan tapi lebih kepada perintah. Jadi mulai sekarang buatlah dirimu menjadi senyaman mungkin di sini dan mulailah bersikap sebagai seorang penerus perusahaan,” ucap Jason melanjutkan.

          Dengan rasa menyesal, Al berdiri dan membungkuk menghadap papanya, seolah minta maaf atas kelancangan yang tengah dilakukannya. “Maaf Pa, tapi aku nggak bisa melakukan itu semua. Aku udah dewasa, dan aku berhak untuk menentukan jalan hidupku sendiri.” Ia pun berjalan meninggalkan ruangan itu.

***

          Di luar rumah gelap benar-benar telah menghiasi setiap sudut taman kediaman milik Jason. Hanya ada lampu-lampu jalan yang menghiasi.  Dan diantara keremangan yang tengah berlangsung, di sanalah Al sedang mengurung diri. Duduk di bangku taman dengan ditemani bintang yang bersinar dengan cahaya redup.

“Lihatlah betapa gelap dan kelamnya malam ini. Seolah mewakili kesedihanku sekarang,” batin Al sembari melihat langit.

          Al merenung dan mengingat setiap kata yang diucapkan oleh papanya beberapa waktu lalu. Sehingga membuatnya teringat dengan kejadian 3 hari lalu sebelum dirinya kembali ke Indonesia.

          “Hei jangan lupa bawa ini, jangan sampai kamu rindu denganku saat di Indonesia nanti.” ucap perempuan yang bernama Keyla. Ia tersenyum sambil memperlihatkan foto mereka berdua yang terpampang nyata di balik bingkai berwarna biru langit.

          “Sebenarnya aku benar-benar tidak mau pergi, Key. Aku ingin bersamamu saja disini.”

          Keyla hanya terdiam mendengar ucapan Al barusan, lalu ia menghampiri Al yang kini sedang berdiri di dekat jendela apartemen miliknya.

          “Ayo berfoto bersama. Biar nanti kalau aku rindu denganmu, aku bisa melihatnya biar rinduku bisa segera reda,” ajak Al sambil membuka aplikasi kamera di handphonenya. Keyla pun mendekat kepada Al dan mengambil fose semenarik dan secantik mungkin.

          “Hei itu bukan foto sayang, tapi video. Gimana sih,” ucap Keyla sambil tertawa melihat tingkah Al yang begitu lucu baginya.

          Melihat Keyla tertawa lepas membuat Al menatapnya dengan sangat dalam. Tatapan yang mengisyaratkan bahwa ia tak ingin berpisah jauh dari kekasihnya itu.

“Tidak maukah kau membuat semua ini menjadi mudah. Misalnya dengan menikah denganku?” tanya Al dengan tiba-tiba.

          Tawa Keyla seketika terhenti lantas ia beralih menatap Al. Kedua bola mata mereka saling beradu, cukup lama hingga akhirnya Keyla mengeluarkan suara.

          “Al, usia kita belum 20 tahun, kita masih dini. Terlalu dini untuk sebuah pernikahan. Kita belum siap untuk hal-hal seperti itu. Selain itu juga, masih banyak hal yang harus kita lakukan bukan. Aku masih ingin mengejar impianku. Dan kamu tahu sendiri, ada banyak peraturan di dalam keluargamu, aku pasti tidak bisa melakukan itu semua. Aku masih ingin mengejar cita-citaku, dan jika harus menikah denganmu sekarang itu berarti aku harus melepaskan semua impianku itu. Maafkan aku Al. Terlebih lagi kompetisi modeling tingkat  internasional sebentar lagi akan berlangsung. Aku benar-benar ingin menjadi model internasional yang handal sebagaimana impianku selama ini. Semuanya sudah berjalan dengan lancar, hingga detik ini. Tinggal sebentar lagi aku bisa sampai di titik yang aku inginkan. Setelah apa yang aku inginkan tercapai, baru kita pikirin soal rencana kamu itu ya.”

Keyla tersenyum menatap Al, menguatkan dan meyakinkan lelaki itu  bahwa pilihan yang dipilihnya saat ini adalah pilihan yang terbaik. Dan menikah bukanlah jalan keluarnya. Sedangkan Al, ia hanya bisa terdiam kaku mendengar penuturan Keyla barusan.

          “Ayo kita berfoto,” ucap Keyla sambil mengambil ponsel yang semula di pegang oleh Al. Mereka pun mulai mengambil foto selfie berdua. “Tersenyumlah sayang,” ucap Keyla sambil menggenggam tangan Al.

          Namun bukannya mengikuti permintaan Keyla untuk tersenyum, Al malah menarik Keyla ke dalam dekapannya dan mencium kening perempuan itu dengan manja.

          “Aku mohon, tunggulah aku sebentar lagi. Jika memang kamu mencintaiku,” jelas Keyla berusaha untuk meyakinkan Al kembali.

Al tak juga mengeluarkan sepatah kata pun. Ia hanya menatap Keyla lalu memeluknya dengan erat. Seolah enggan untuk melepaskan perempuannya itu, hari ini, esok dan juga nanti.

          Perlahan Al mengacak rambutnya frustasi ketika ingatan itu kembali menghiasi pikirannya yang sedang kusut. Ingatan yang semakin membuatnya kembali merindukan kekasihnya yang sedang jauh di Paris.

***

          Di balik jendela ruang tamu, Bodi dan juga Jason berdiri melihat keluar jendela. Pemandangan yang tampak jelas sedang mempertontonkan Al yang tengah duduk menyendiri di kursi taman bagian samping rumah. Jason menatap anaknya dengan tatapan nanar.

          “Pak sepertinya Tuan Muda tidak begitu senang dengan keputusan yang Bapak buat. Bahwa dia harus segera menikah.”

          “Bodi, dia sekarang sudah harus tahu untuk apa dia dilahirkan di keluarga William. Ini sudah takdirnya, dan Al harus mau mengambil keputusan. Paling tidak keputusan yang benar-benar tepat baginya.”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Once Again    Acara Pernikahan  

    “Takdir adalah sesuatu yang tidak dapat dipesan sambil menyaksikan senyumanmu di dalam kedamaian jiwaku. Apalah dayaku sebab ketadiksempurnaan ini selalu saja datang menemui dengan begitu angkuh di ujung lorong hidupku yang tak juga memiliki kuasa untuk segala hal yang hendak terjadi. Aku hanya sebatas insan, yang lemah di hadapan takdir.” Mentari benar-benar telah memancarkan sinarnya di balik cakrawala. Memecah kegelapan malam yang beranjak pergi tanpa sebuah kalimat selamat tinggal. Seperti sekumpulan mimpi-mimpi indah di malam hari. Bergerak pergi meski tanpa permisi dan hilang begitu saja seiring berjalannya waktu. Di kamar sempit berukuran 3x3 milik Cla, ia tengah dihinggapi rasa cemas tak berkesudahan. Tepat seminggu yang lalu sejak kedatangan keluarga Al ke rumahnya. Sehingga genap sudah waktu yang telah

  • Once Again   Lamaran   

    Cla melangkah perlahan menuruni anak tangga satu demi satu, di ikuti dengan ibunya yang ada di belakangnya. Lestari membantu mengangkat gaun milik Cla yang lumayan panjang sehingga menjuntai di lantai. Dengan senyum kaku, Cla menuju ruang tamu untuk menemui tamu yang sudah sejak tadi menunggunya dengan sangat sabar. Al mendonggakkan kepalanya ketika Tari, omanya menyikut tangannya dengan kencang. Bola mata keduanya pun bertemu, saling tatap satu sama lain selama beberapa detik. Tanpa sengaja Al membalas senyum simpul dari Cla. Meskipun Cla cukup kaget juga dengan perubahan sikap lelaki yang ia tahu sangat menakutkan itu. Dengan sopan, Cla duduk di depan Al. Lalu bersalaman dengan kedua orang tua Al dan juga omanya. Senyum hangat pun terpancar di wajah keluarga Al. Nampak jelas bahwa mereka menerima Cla dengan begitu tulus. &nb

  • Once Again   Pertemuan Keluarga

    Malam kembali menghampiri kediaman William dengan gemerlap lampu-lampu taman yang berwarna-warni. Suara kodok yang ada di sekitaran kolam sesekali berbunyi memecah keheningan setiap sudut yang ada. Serta kunang-kunang yang beterbangan dengan indah hingga membentuk cahaya gemerlap. Lengkap sudah menghiasi malam di rumah dan di sekeliling taman kediaman milik William. Di ruang tengah rumah, sudah berkumpul Tari, Bella dan juga Jason. Tari sedang menyeruput teh hijaunya yang telah disediakan oleh Wijah. Sementara Bella, memulai pembicaraan yang semula hanya hening semata. “Aku mengerti bahwa dia memang masih sangat muda untuk urusan pernikahan, tetapi jika ku perhatikan sikapnya dengan sangat teliti sepertinya agak kurang cocok untuk tinggal di rumah ini dan juga tidak cocok untuk bersanding dengan Al. Aku jadi takut memikirkan apa yang akan terjadi

  • Once Again   Kujungan Ke rumah Al

    Suara riuh dari mahasiswa dan juga mahasiswi yang ada di dalam ruangan kini terdengar dengan kencang setelah dosen yang mengajar benar-benar meninggalkan ruang kelas. Mata kuliah hari ini telah usai sepenuhnya dan itu berarti usai sudah kegiatan Cla di kampus hari ini. Cla yang masih dicuekin oleh teman-temannya, langsung meraih tas dan keluar meninggalkan kelasnya. Dengan wajah yang sengaja ia tutupi oleh kain skrap, Cla berjalan keluar kampus. Sebisa mungkin ia menghindari setiap pandangan serta lirikan sinis teman-teman kampusnya setelah berita tentang pernikahannya dengan Tuan Muda Al berhasil menjadi trending topik diberbagai media yang ada. Setelah tiba di parkiran Cla mengambil sepedanya dan mendorongnya keluar. Pelan-pelan Cla berjalan menyusuri pinggiran jalan sambil menunduk melihat jalan raya. Cukup jauh ia berjalan hingga langkahnya tiba-tiba saja

  • Once Again   Kedatangan Wartawan

    Wangi masakan ayam tumis kecap milik Lestari mampu membuat Cla terbangun dari tidurnya. Dengan langkah tergopoh-gopoh Cla menuju dapur dengan mata yang masih setengah tertutup. Di meja makan kini sudah tertata rapi berbagai makanan. Namun rasa lesu Cla mengharuskan dia untuk meminum air putih terlebih dahulu. Setelahnya, ia meraih kripik potato yang tersimpan di lemari makanan yang ada di dapur, lalu memakannya. Sementara itu di depan rumah, Martin dan Lestari kini tengah berdesak-desakan dengan wartawan yang memaksa untuk menerobos masuk ke dalam rumahnya. Sebab kali ini para wartawan sungguh penasaran dengan calon tunangan Al. Entah dari mana berita menyebar dengan begitu cepatnya. Caesar yang baru saja pulang dari jogging pagi juga ikut kaget melihat rumahnya yang begitu ramai dengan wartawan. Dengan cepat ia berlari menuju Ayah dan Ibunya. Lalu segera bertanya perihal yang sedang terjadi saat ini. “Yah ada apa? kok ramai kayak gini?” “Aduh Ay

  • Once Again   Selamat Tinggal Impian

    “Glen.” “Ya Ma, ada apa?” Perempuan itu menatap wajah anaknya yang kini duduk di sampingnya. “Sekarang adalah giliran kita sayang.” “Giliran kita?” “Al akan segera melangsungkan pernikahan.” “Oh soal pernikahan Al. Aku sempat melihat beritanya di media sosial. Tetapi kenapa sangat tiba-tiba seperti itu yah?” “Mereka tiba-tiba seperti itu tentu saja karena sedang ada masalah dalam perusahaan.” Ia tersenyum licik. “Kita harus mengambil kembali apa yang sudah seharusnya menjadi milik kita sayang. Dan sekaranglah waktunya,” ucapnya lagi. Mendengar permin

  • Once Again   Makan Malam

    Tidak ada lagi harta paling berharga yang dimiliki oleh Martin selain keluarga yang utuh dan bahagia. Bahkan dengan harta yang berlimpah sekalipun takkan ada yang bisa menandingi kebahagiaannya ketika melihat keluarga kecilnya tersenyum bahagia. Keluarga memiliki daya tarik tersendiri dalam mengembalikan mood dan juga kecemasannya akan hari esok yang buruk. Suasana selalu riuh jika anggota keluarga Martin lengkap. Apalagi kedua anaknya yang amat berisik serta cenderung berkelahi, mampu membuat Martin dan juga istrinya menjadi geleng-geleng kepala karenanya. Namun meskipun rusuh, hal-hal kecil yang seperti itu justru membuat keluarga mereka menjadi lebih bahagia. Sebab tawa terpancar ketika mereka bersama. Setelah insiden buruk tadi pagi, Lestari

  • Once Again   Terjerat Hutang

    Sinar matahari sudah memasuki setiap sudut ruangan melalui ventilasi yang ada. Namun hal itu justru tak mampu menggerakkan Cla dari singgasananya. Cla yang sedang menikmati hari liburnya justru bermalas-malasan di dalam sana. Tepat di atas kasur, Cla sibuk bermain dengan ponsel miliknya. Sementara itu, di luar kamar Cla saat ini sudah ada Lestari yang sedang berdiri resah. Semua hal yang ia takutkan akhirnya terjadi juga. Pagi-pagi sekali rentenir lengkap dengan pengawal datang ke rumahnya. Rentenir sekaligus teman suaminya. Namun jika menyangkut masalah uang, teman Martin terbilang cukup kejam juga. Bondan datang dengan kacamata hitamnya yang khas. Lelaki itu memakai setelan baju yang berwarna hitam senada dengan celana kain yang ia kenakan. Sehingga semakin menambah kesan menakutkan pada dirinya. Jika diamati dengan lebih teliti lagi, Bondan dan teman-teman sudah menyerupai malaikat pencabut nyaw

  • Once Again   Tersebarnya Rumor

    Ini adalah sebuah pertunjukkan yang sangat luar biasa dan di tunggu-tunggu oleh semua masyarakat. Dan hari ini kita akan membicarakan tentang topik hangat yang sedang ramai diperbincangkan seluruh dunia. Yah, berita kali ini datang dari lelaki tampan Kyle Al Jerome William, putra dari pemilik perusahaan terbesar di tanah air. Beberapa pekan terahkir, nama Kyle memang cukup terkenal di sosial media. Pasca kembali dari Paris, dia mendapat banyak penggemar, baik dari kalangan muda, tua dan aku juga termasuk penggemar setianya. Tapi menurutku, kali ini akan menjadi berita paling menyedihkan untuk para penggemar Kyle. Karena sebentar lagi Kyle akan melangsungkan pernikahan dan untuk perempuan yang akan bersanding dengannya nanti kini masih menjadi rahasia. Semuanya membicarakan tentang hal ini dan kami akan mencoba untuk memberi

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status