Share

Kampus

Seperti biasa, kampus selalu ribut dan ramai dengan mahasiswa maupun mahasiswi yang ada. Cla yang baru saja tiba, segera berjalan melewati koridor kampus sambil membawa buku gambar kesayangannya dan juga tidak lupa susu pisang yang selalu stay dengannya setiap pagi. Dengan langkah riang ia menghampiri ketiga temannya yang tengah duduk di depan kelas.

          “Berita terbaru hari ini adalah Al telah resmi kembali setelah 10 tahun menetap di Paris,” ucap Jessi dengan antusias.

          “Iya. Kemarin aku juga lihat beritanya di TV dan ternyata dia sangat tampan dari dugaanku selama ini,” Famita ikut menambahkan.

          Jessi melotot ke arah Famita dan bertanya mengenai informasi terkini tentang Al.

          “Asal kamu tahu saja Jes, Al termasuk dalam 10 besar di trending twitter hari ini tau nggak. Sumpah ya dia tampan banget nget nget nget,” katanya lagi sambil senyum-senyum sendiri membayangkan wajah tampan Al yang ia lihat di TV kemarin.

          Di antara keriuhan yang ada, Cla muncul di hadapan ketiganya secara tiba-tiba sehingga membuat mereka bertiga berteriak histeris.“Chel sini cepetan. Sumpah demi apapun kamu pasti bakalan senang setelah mendengar berita ini.”

          “Ada apaan sih?” tanya Cla penasaran dengan keriuhan yang disebabkan oleh Jessi, Famita, dan juga Tasya.

          Setelah Cla tiba di hadapannya, Jessi langsung memperlihatkan foto Al yang ada di ponselnya. Karena temannya begitu antusias, Cla melihat ke ponsel itu sebelum akhirnya dia duduk di kursi.

          “Kamu tahu nggak Cla, dia ini baru saja tiba dari Paris, eh udah jadi trending aja di twitter. Hebat kan?”

          “Aaaahhhh...,”teriak histeris dari ketiga teman-teman Cla secara bersamaan.

          Cla memandangi foto yang ditunjukkan oleh Jessi, dan mendadak ia menjadi bingung sendiri dengan tingkah berlebihan dari teman-temannya barusan. Karena menurut Cla, Al biasa saja. Tidak ada yang menarik dari lelaki itu. Sebab bagi Cla tidak ada yang bisa menandingi pangeran tak berwajah yang selama ini selalu ia gambar.

          “Jessi.”

          “Iya Tuan Muda.”

          “Maukah kamu berdansa denganku malam ini.”

          “Dengan senang hati Tuan Muda.”

          “Ihhhyuu, hahahaha.”

          Jessi dan juga Famita berakting untuk memperagakan dirinya dengan Tuan Muda Al. Setelah selesai melakukan hal konyol itu, keduanya saling tertawa dengan riangnya. Seolah menertawai kebodohan yang sedang mereka berdua lakukan.

          Mendengar kehebohan temannya itu membuat Cla sontak berteriak menghentikan lamunan mereka. “Hei, kalian kok ribut amat sih. Orang dia biasa saja kok. Apanya yang tampan, wajah datar seperti itu kamu bilang tampan? Aneh,” ucap Cla dengan kesal.

          “Kamu berkata seperti itu karena kamu tidak melihat berita tadi malam sih. Makanya Cla jangan hanya nyurus gambar-gambar konyolmu saja,” jawab Tasya membela diri.

          Sambil memegang tangannya sendiri, lagi dan lagi Jessi membayangkan dirinya sedang berpegangan tangan dengan Al. “Kau bersedia?”

          “Iya Tuan Muda saya bersedia. Nah inilah yang disebut sebagai seorang pria yang atraktif, Cla,” jawab Famita sambil tersenyum malu ke arah Jessi.

          Melihat tingkah temannya yang mulai aneh dan sangat terobsesi dengan manusia yang bernama Al membuat Cla geleng-geleng kepala dibuatnya. Cla pun meminum susu pisang yang dipegangnya hingga habis, menelannya dengan cepat dan menarik napas pelan.

“Tadi malam aku juga melihatnya kok. Atraktif apanya? Sok cakep sih, iya” ucap Cla santai.

          “Atraktif secara seksual, Cla.” jawab teman-temannya dengan kompak.

          Mendengar teriakan kompak dari temannya itu, membuat Cla melotot kaget. Tidak disangka temannya begitu tergila-gila dengan Al, yang menurutnya hanya seorang pria yang biasa saja di matanya.

                                                          ***

Dalam perjalanan menuju sekolah, Al menatap kosong keluar jendela mobilnya. Tatapan yang penuh dengan kebimbangan dan kegelisahan. Lagi  dan lagi dia teringat dengan Keyla kekasihnya yang berada jauh darinya sekarang. Dan sebentar lagi dia akan kehilangan kekasih yang dicintainya itu. Baik suka maupun tidak. Sebab rencanakan pernikahan yang sudah ditetapkan untuknya adalah sebuah keharusan. Tak ada jalan keluar baginya selain menikah. Atau sebagai resiko lain yang harus ia tempuh adalah, ia harus rela kehilangan keluarga dan juga harta kekayaannya. Namun bagi Al, itu adalah hal yang sulit untuk dilakukan.

Di seberang jalan berjejeran rapi bendera-bendera yang berdiri kokoh dan juga pepohonan yang begitu rindang. Sisi jalan diisi oleh orang-orang yang berpakaian rapi yang dapat terlihat dengan begitu jelas di atas mobil. Dengan pelan mobil yang di tumpangi Al berbelok masuk ke halaman sekolah, melaju menuju parkiran dan berhenti di sana.

Ada ratusan mata yang tertuju di mobil itu, baik mahasiswa yang berada di lantai atas maupun mereka yang tengah berdiri di lobby kampus. Dengan histeris mahasiswi berteriak kagum melihat ketampanan Al. Terlebih ketika Ben membukakan pintu mobil untuknya dan ia mulai keluar dari dalam mobilnya.

Dengan cepat mereka berlari menghampiri mobil itu dan segera mengeluarkan handphone masing-masing untuk mengambil gambar dari seorang Kyle Al Jerome William.

“Astaga...”

          “Dia sangat tampan.”

Teriak histeris mahasiswi yang melihat Al.

Ada tiga orang mahasiswa menghampiri Al ketika yang lain sedang berteriak histeris. Melihat itu, Ben langsung menghalangi mereka bertiga. Namun Al langsung menghentikan Ben dan membiarkan ketiga orang itu untuk mendekat dan menghampirinya.

Mereka berjabat tangan, saling memeluk satu sama lain dan melempar senyuman hangat.

“Apa kabar Tuan Muda, udah lama banget yah kita nggak ketemu kayak gini. Padahal dulu kita masih pendek-pendek gitu pas terakhir kali main bareng,” ucap Reymon.

“Kau masih keren seperti biasanya ternyata,” Beni ikut memuji.

“Rey bisa nggak kamu berhenti memanggilku seperti itu.” Al yang merasa risih dipanggil Tuan Muda oleh sahabatnya sendiri ikut menyela Reymon.

“Apa kamu yakin akan belajar disini Al, kenapa nggak menyelesaikan studymu di Paris saja. Bukannya di sana jauh lebih baik jika dibandingkan di sini?”

“Karena kalian ada di sini makanya aku memilih untuk kembali ke Indonesia. Di Paris aku benar-benar kesepian.”

“Kali ini papamu benar-benar mengizinkanmu untuk kembali yah?”

“Aku akan melanjutkan kuliah di sini. Jika aku melakukan apa yang mereka inginkan itu berarti mereka juga harus mengikuti apa yang aku inginkan, bukan.”

Ketiga temannya menganggukkan kepala, pertanda bahwa ia mengerti dengan apa yang dikatakan oleh Al barusan.

“Kalau begitu ayo kita masuk kelas,” ajak Rouben sambil menggandeng temannya untuk masuk.

Jessi yang telah menyaksikan kedatangan Al di dekat pintu masuk kampus mendadak histeris dibuatnya. Dengan girangnya ia berlari menuju kelasnya untuk menyampaikan berita bahagia itu kepada teman-temannya yang lain.

“Heii, hei kalian...” sambil mengatur napasnya yang terengah-engah pasca berlari, Jessi pun melanjutkan ucapannya.”

“Ada apa sih Jes?” tanya Tasya penasaran.

“Nih, nih lihat deh.” Ia menunjukkan gambar yang dijepretnya tadi sewaktu di lobby fakultas. “Aku melihat Tuan Muda Al datang ke kampus ini dan sekarang ia sedang bersama dengan teman-temannya yang lain. Lihatlah aku juga mengambil foto teman-temannya,” lanjutnya lagi masih dengan napas yang terengah-engah.

“Yang ini namanya Reymon, dia adalah putra dari seorang milyader perusahaan air minum. Pokoknya dia sangat kaya raya deh. Eh sorry maksudku papanya.”

“Kalau yang ini namanya Rouben, dia itu adalah putra dari pemilik jaringan mobil sport terbesar di sini.”

“Nah kalau yang ini namanya Beni, dia seorang sosialita di kampus ini dan dia juga sangat kaya raya.

“Dan yang terakhir adalah Tuan Muda Al, kalau yang ini adalah milikku,” tutur Jessi dengan heboh sembari menjelaskan orang-orang yang ia foto tadi.

“Ahh pokoknya dia milikku,” ucapnya lagi dengan senyum yang tak juga mau lepas dari wajahnya.

“Hei lihat, sekarang dia menduduki posisi satu di twitter. Aaahhh senangnya,” ucap Famita ketika memeriksa ponselnya.

“Hei jangan konyol, dia itu ...” belum sempat Tasya melanjutkan ucapannya, Cla tahu-tahu langsung memotong pembicaraannya secara tiba-tiba.

“JESSI, FAMITA, TASYA...!”

“Kenapa Cla, kamu juga mau melihatnya? Makanya sini, sini.”

“Kalian jangan konyol yah.”

“Konyol? Konyol gimana Cla. Lebih konyol kamu kali. Sejak kecil sampai sekarang masa tergila-gilanya sama pangeran tanpa wajah sih. Dasar aneh” ucap Jessi nyolot.

Cla hanya memonyongkan bibirnya dan tak menjawab lagi ucapan temannya itu. Cla tahu betul posisinya sekarang. Bahwa menanggapi perdebatan dengan ketiga temannya itu sama halnya dengan menjatuhkan diri ke lubang neraka. Ia sudah pasti akan kalah dengan ketiganya.

Belum kelar obrolan Jessi, Famita dan juga Tasya perihal Al, lelaki itu tahu-tahu sudah muncul saja di tengah lapangan. Dan kehadiran Al barusan berhasil membuat mereka bertiga mengeluarkan ponsel dan segera mengabadikan Al di dalam ponsel masing-masing.

“Apa dia melihat hatiku? Apa dia bisa melihatnya?”

“Hei kalian sudah gila yah,” ucap Cla yang kesal melihat tingkah teman-temannya yang terlalu terobsesi dengan Al.

“Tapi benar juga sih, kalian kayaknya memang sudah mendekati gila,” Tasya membenarkan ucapan Cla, meskipun ia tetap saja tak kunjung berhenti memotret Al. “Tapi aku rela gila kok demi Tuan Muda Al,” lanjutnya lagi dengan wajah merah merona karena malu.

“Udah biarin aja aku gila, memang dia tampan kok. Cla lo kok nggak tertarik sama dia sih? padahal kan aku rasa dia sangat tampan kok. Iyakan Fa?”

“Cla nggak mungkin dan tidak akan tertarik dengan dia kali Jes. Karena dia sudah memiliki pangerannya sendiri,” ucap Famita menjawab Jessi.

“Pangeran tanpa wajah Cla? Tapi ngomong-ngomong kenapa nggak kamu masukin saja wajah Al ke dalam wajah pangeranmu itu Cla. Aku rasa dengan begitu pangeranmu akan menjadi sangat tampan. Aku pasti akan menyukainya juga.”

“Yaps betul sekali, aku yakin dengan begitu sudah dipastikan dia akan memiliki wajah. Bukan pangeran tanpa wajah lagi.”

“Hei, Jessi, Famita, pangeranku ini bukan hanya tanpa wajah, tapiii... dia adalah hatiku sepenuhnya. Tidak ada yang bisa menyerupainya, termasuk Tuan Muda Al sekalipun. Kalian ngerti?” ucap Cla dengan mata yang berbinar-binar, ia pun  tersenyum malu. Meski kini ketiga temannya sedang memandangnya dengan wajah yang sungguh kesal karena tingkah menjengkelkan dari Cla.

                                                          ***

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status