Martin's Family Mansion
Robert Martin sudah diperbolehkan pulang ke rumah setelah keadaannya tubuhnya membaik. Dokter menyarankan dalam beberapa hari ke depan tidak diperbolehkan untuk bekerja terlalu berat.
Robert yang sedang terbaring di ranjangnya tersenyum saat Katya masuk untuk menemuinya.
"Bagaimana keadaan Ayah sekarang?" tanya anak perempuannya.
Robert menepuk sisi ranjangnya, memanggil Katya untuk duduk di sebelahnya.
"Ayah baik-baik saja, Kakakmu sepertinya terlalu berlebihan kali ini Katya masa Ayah tidak boleh ke kantor selama seminggu kedepan. Padahal ada rapat penting yang harus ayah hadiri."
Katya tersenyum, " kakak benar, ayah harus banyak istirahat aku tidak ingin ayah sakit lagi." Katya mendekat dan memeluk Ayahnya.
"Sudah biarkan Ayah istirahat." Kyle masuk ke kamar Ayahnya dan melihat keduanya sedang berpelukan.
"kakak mau apa kesini dengan map ditangan itu, mau mengganggu ayah dengan pekerjaan?" Katya melepaskan pelukannya dan cemberut.
Kyle mengacak rambutnya dan menarik kursi dekat ranjang kemudian menyerahkan map berisi laporan yang harus ayahnya tandatangani.
"Aku cuma minta tandatangan ayah, setelah itu aku akan pergi." blas Kyle.
Robert membuka dan membaca laporan yang Kyle berikan sambil bersandar ke kepala ranjang.
"Ada yang ingin kubicarakan." ujar Kyle tiba-tiba.
Robert tidak bereaksi karenafokus membaca.
" Ada apa?" Balasnya beberapa saat kemudian.
Kyle melirik Katya terlebih dulu, Karena yang ingin dibicarakan Kyle adalah tentang dirinya.
"Aku akan menyekolahkan Katya ke Perancis, mumpung ini masih tahun ajaran baru sekolah dan Katya belum lama masuk sekolah."
"Kenapa tiba-tiba?" Robert menaikan tatapannya pada Kyle.
"Aku ingin bersekolah disana, ayah tenang saja karena Aku sudah menelpon tante Reva di Paris. Mereka bilang tidak keberatan kalau aku tinggal bersama mereka tapi aku akan mencari kontrakan dekat sekolah baruku nanti."
"Kenapa dengan sekolahmu di Indonesia, disini juga banyak sekolah yang bagus bertaraf international. Kenapa kau tiba tiba ingin sekolah di Perancis?" selidik Robert menatap dalam pada manik mata Katya.
"Itu..." Katya bingung sambil melirik kearah Kyle meminta bantuan.
"Biarkan Katya mandiri dan bersekolah diluar negeri seperti keinginannya." Kyle bersender pada kursinya.
Katya mengangguk setuju.
Robert terdiam sambil berfikir. "Tidak perlu sekarang, Katya bisa tahun depan sekolah di sana." Robert tidak mengizinkan.
Katya mulai menggigit bibirnya karena rasa takut mulai melandanya. Memikirkan bahwa dia harus bertemu dengan Aeron lagi di sekolah nanti.
"Aku sudah mengurus kepindahan Katya dengan bantuan tante Reva, bulan depan Katya sudah bisa mulai bersekolah di Perancis."
"Secepat itu?"gumam Robert.
"Apa ayah lupa kami juga warga negara Perancis."
Robert mengerutkan keningnya pasrah sambil menatap Katya.
"Biarkan Katya bersekolah disana, disana ada tante Reva yang mengurusnya. Di sini aku ataupun Ayah sering tidak ada dirumah untuk mengawasinya. Kasian Katya kalau terus sendirian di rumah." lanjut Kyle membujuk ayahnya.
Katya sedikit menahan nafas menunggu jawaban ayahnya.
"Baiklah kalau itu maumu." Robert melihat Katya yang tersenyum kembali memeluknya.
"Terimakasih Ayah!"
Robert balik memeluk dan mencium kening anak perempuannya. "Sama-sama sayang, kau harus hati-hati disana."
***
International Senior HighSchool.
Katya terlihat meningkatkan kewaspadaannya karena ia terpaksa harus masuk sekolah untuk mengurus kepindahannya.
Tapi kecemasannya tidak terbukti karena dari pagi sampai siang hari ini Aeron tidak memperlihatkan batang hidungnya di hadapan Katya.
Ada perasaan lega karena mereka tidak bertemu karena Katya tidak tahu harus bereaksi seperti apa. Tapi ada juga perasaan sakit, mengetahui kalau Aeron sama sekali tidak menghubunginya setelah hari itu. Setidaknya ia harus mencoba menghubungi Katya, tapi sampai saat ini Aeron tidak ada kabar sama sekali. pikir Katya.
Bukannya Katya mengharapkan Aeron bertanggung jawab, tapi setidaknya Katya ingin laki laki itu merasa bersalah karena telah mengambil kesuciannya. Apa kata cinta yang selalu laki laki itu ucapkan padanya hanya sekedar omong kosong belaka?
Hana mendekati Katya yang melamun sambil menepuk punggungnya, "Katya, kau pacaran dengan kak Aeron?"
Katya melupakan Hana karena terlalu larut dengan kesedihannya, setelah kejadian Aeron yang mengajaknya pulang di depan semua teman sekelasnya Katya belum memberitahu Hana lagi. Karena beberapa hari setelah kejadian itu Katya tidak masuk sekolah.
Katya menggelengkan kepala. "Tidak."
"Jelaskan padaku kenapa waktu itu kak Aeron mengajakmu pulang? Dia sedang pdkt padamu? Aku kira kak Aeron sedang dekat dengan senior perempuan kita." tanya Hana bertubi-tubi.
"Mungkin, aku tidak tahu." jawab Katya singkat
"Dia laki-laki tertampan dan salah satu anak orang kaya!! Kau mau mencari yang seperti apa lagi sih?" sungut Hana.
"Aku tidak menyukainya." ujar Katya acuh.
"Masa sih? tapi yang kulihat malah sebaliknya, kau malah menyukainya." Hana menyenggol Katya sambil tersenyum menggoda.
Tidak lama terdengar bel pulang sekolah berbunyi. Mereka semua membereskan barang-barang dan bersiap pulang.
"Katya, kak Aeron masuk ke kelas kita lagi." gumam Hana berbisik.
Bagaikan cerita horor Katya tidak berani melihat dan tubuhnya mulai bergetar.
"Sore kak, mau bicara dengan Katya yah?" Hana nyengir dengan polos tidak tahu apa yang sedang terjadi.
Aeron mengangguk dengan mata tajam melihat Katya.
"Bisa kita bicara sebentar Katya?" pinta Aeron dengan suara berat.
Katya belum mau melihat Aeron, wajahnya masih menunduk dan pura-pura membereskan barang-barangnya dengan gerakan pelan emncoba mengulur waktu.
"Ma..af kak, aku tidak bisa." Katya selesai membereskan barangnya dan langsung pamit pada Hana.
"Hana aku duluan." Tanpa menunggu jawaban Hana, Katya bergegas pergi dari tempatnya dengan cepat tanpa menghiraukan kehadiran Aeron.
Aeron mengikuti Katya dari belakang, saat melewati taman Aeron menarik tangan Katya ke tempat yang cukup sepi.
"Jangan sentuh aku!!" Katya menarik tangannya karena tidak ingin disentuh Aeron.
"Kita perlu bicara!"
"Tidak ada yang perlu kita bicarakan!"
"Ada! Jelas kita perlu membicarakan sesuatu." timpal Aeron sedikit menyentak.
"Aku minta maaf atas kejadian malam itu. Semua Salahku karena tidak bisa menahan diri." lanjut Aeron.
"Cukup aku tidak mau dengar lagi!" Teriak Katya sambil menutup telinganya. Dengan cepat Ia berbalik untuk pergi tapi Aeron menahannya.
"Aku mohon Katya, maafkan aku."
"Baik! Aku memaafkanmu, sekarang jangan ganggu aku lagi!" Katya melangkah pergi, tapi Aeron kembali menahannya.
"Jangan sentuh aku!!" Katya kembali berteriak.
"Biarkan aku bertanggung jawab Katya." pinta Aeron dengan wajah memelas.
Sedangkan Katya sudah merah dan basah oleh air mata.
Melihat Katya yang menangis Aeron coba mendekat tapi Katya menghindarinya, seakan Aeron adalah penyakit yang harus di hindari.
"Aku tidak perlu tanggung jawabmu, Lupakan kejadian itu dan aku pun akan melupakannya." desisnya pelan.
Aeron menggelengkan kepalanya.
"Segampang itu kau menyuruhku melupakanya?!"
Aeron tersenyum miring."Itu pertama kalinya untukku, daan jelas pertama kalinya untukmu juga Katya. Aku sudah mengambil kehormatanmu! Seharusnya kau meminta pertanggung jawabanku bukannya menyuruhku melupakannya. Ada apa denganmu sebenarnya?!" Teriak Aeron emosi.
Katya mulai terisak karena teriakan Aeron.
Saat melihat Katya menangis membuat hatinya sakit, apalagi itu karena dirinya. Aeron perlahan mendekati Katya dan mencoba memeluknya.
"Maafkan aku, aku benar-benar minta maaf." bisik Aeron lembut
Tapi Katya mendorong dada Aeron dengan kasar.
"Aku akan memaafkanmu, bila kau menghilang dari hidupku!" pekik Katya penuh amarah.
"Tidak akan pernah, aku mencintaimu dan aku tidak akan pernah meninggalkanmu apalagi menghilang dari kehidupanmu Katya." Aeron kembali memegang bahu Katya dan mencengkramnya.
"Kalau kau tidak mau, biar aku yang menghilang dari kehidupanmu Aeron Danadyaksa." Katya melepaskan tangan Aeron dari bahunya dan berjalan menjauh.
"Apa yang kau bicarakan Katya?" Tanya Aeron sambil menyusul langkah Katya.
Katya kembali tidak menghiraukan Aeron sampai beberapa penjaga yang di siapkan Kyle menghalau langkah Aeron.
"Katya!" panggil Aeron.
Tapi Katya sudah tidak perduli dan langsung masuk ke dalam mobilnya kemudian pergi dari sana.
Hari itu adalah hari terakhir Aeron melihat Katya.
International Senior HighSchoolSudah dua minggu berlalu sejak terakhir kali Aeron bertemu Katya di taman sekolah, setelah itu Katya tidak pernah lagi memperlihatkan dirinya di sekolah. Aeron mendatangi kelas Katya setiap hari untuk bertemu dengan perempuan itu tapi selalu tidak menemukannya.Lama kelamaan Aeron berubah menjadi anak pendiam dan murung, seakan ada sesuatu di dalam dirinya hilang bersamaan dengan kepergian Katya.Sama seperti hari sebelumnya, Aeron selalu mencari Katya ke kelasnnya berharap perempuan itu tiba tiba muncul tanpa kabar sama seperti kepergiannya.Hana yang mulai merasa kasihan pada Aeron mendekati laki laki itu di ambang pintu."Kak, cari Katya lagi?" tanya Hana.Aeron mengangguk lemah.Hana menghela nafas, "Sebenarnya aku tidak boleh membicarakan ini padamu karena Katya melarangku. Tapi aku tidak bisa melihat kak Aeron begini terus.""Ada apa sebenarnya?" tany
Martin Comp. Building in Paris, France "Nona katya maaf, ini laporan yang anda minta." Seorang asisten Katya datang keruangan dengan map di tangannya. Katya hanya melihat sekilas dan kembali pada pekerjaannya, "Tolong taruh saja dimeja." ujarnya. Katya yang terlihat sibuk meraih telpon dan menekan tombol panggilan, "Bisa sambungan saya dengan Mr. Richard di bagian akunting." pinta Katya. "Baik Nona." balasnya. Tidak lama telponnya berdering dan ia langsung mengangkatnya, "Mr. Richard saya minta laporan keuangan dua tahun terakhir." "Saya harus mencarinya terlebih dahulu, kapan anda membutuhkannya?" "Saya minta secepatnya." "Baik, saya akan mencari dan menyerahkannya secepat mungkin." Katya kembali melihat laporan ditangannya sampai terdengar ponselnya berbunyi. Ponsel Katya berdering dan memperlihatkan siapa yang menelponnya. Tante Reva is Calling...
Martin's Family MansionKyle masuk kedalam rumah dengan melonggarkan ikatan dasi di lehernya, setelah melepaskan jas dan menyampirkan di kursi ia berjalan menuju lemari pendingin dan mengambil sekaleng bir dari sana dan membukanya.Menghela nafas kasar, Kyle yang seakrang duduk di kursi mengambil ponsel di saku celana dan menekan nomor Katya. Tapi tidak ada jawaban dari adiknya, mungkin Katya sibuk pikirnya."Den." Bik asih mendekati Kyle yang sedang meminum bir dengan wajah termenung."Kenapa bik?" Kyle melirik sekilas."Ditunggu tuan di ruang kerja den." terangnya"Nanti saya kesana, buatkan teh dan bawa ke ruang kerja ayah." perintahnya.Bik Asih mengangguk dan pergi ke dapur.Kyle menghabiskan minuman kalengnya yang tersisa kemudian berjalan menuju ruang kerja sambil melipat lengan kemejanya.Tok.. tok.. tok.. Kyle mengetuk dan membuka pintu walau tidak mendapat jawaban.
Bandara International Soekarno Hatta, Indonesia."Kakak, aku sudah sampai di Indonesia." ucap Katya riang.Tidak ada balasan dari Kyle membuat Katya kembali bertanya. "Kakak?""Iya, kau di mana sekarang?""Masih di bandara, aku akan pulang ke rumah sekarang.""Hmm.. aku dan ayah sedang di Bali mengurus pekerjaan. Sampai kapan kau di Indonesia?""Mungkin seminggu atau dua minggu.""Baiklah, Kakak akan menelpon staff kita di Perancis. Apa kau masih ingat jalan pulang Katya? Atau mau kakak panggil pak Asep untuk menjemputmu di Bandara?" tawar Kyle."Tidak perlu aku pake taxi saja.""Kalau ada apa- apa hubungi kakak. Ingat itu!"" Okay, siap bos!" jawab Katya.***Martin's Family MansionKatya berjalan ke dalam rumah yang sudah lama ia tinggalkan.Bik Asik yang masih mengenali Katya mendekat dengan wajah terharu.
Bali, Indonesia."Kau tidak pantas untuk Katya!" Sentak Robert, Pria itu berbalik setelah berteriak diikuti Juna dari belakang.Semua orang disana mulai berbisik-bisik.Kyle kemudian mendekat dan menepuk pundak Aeron karena merasa bersalah dengan perkataan kasar Ayahnya ditambah ini di tempat umum. Tapi bagaimanapun ayahnya ada benar juga bahwa Aeron harus menjauhi Katya."Sudahlah, seperti yang kukatakan dulupadamu sekarang akan ku katakan sekali lagi. Lupakan Katya, lanjutkan hidupmu Aeron." dan Kyle pun pergi dari sana.Aeron terdiam, harapannya untuk bertemu Katya musnah karena tidak ada yang mau membantunya. Dia hanya ingin bertemu dengan wanita yang ia cintai, Kenapa semua orang menentangnya. Apa salahnya dengan hubungan mereka? batin Aeron.Aeron tersenyum miring dan terduduk.Ada rasa sesak di dadanya. Sakit, itu yang ia rasakan sekarang. Ia juga tidak mau seperti ini, tapi ia tidak
Bali Hospital "kau siapa?" Katya melihat Aeron dan bertanya seakan mereka baru pertama kali bertemu. Aeron mengerutkan keningnya,"Jangan bercanda Katya!" sungut Aeron. "Aku tidak bercanda, kau siapa?" tanyanya lagi dengan kesal." apa kita pernah bertemu?" lanjut Katya dengan wajah datar. Aeron menatap Katya kemudian melirik kearah Kyle seraya bertanya. "Kyle?!" gumam Aeron menyorot Kyle meminta penjelasan. Katya ikut menoleh pada kakaknya, "Apa dia salah satu temanku atau teman kakak?" Sebelum Kyle sempat menjawab, seorang dokter mendekati mereka. " Keluarga Robert Martin?" tanya sang dokter.Mereka semua mengalihkan pandangannya pada dokter. "Saya anaknya dok, bagaimana keadaan Ayah saya?" tanya Katya. Dokter itu tersenyum, "Saya akan jelaskan diruangan, mari ikut saya." "Kau ikut bersama dokter, nanti aku menyusul." Kyle mengusap punggung Katya. Tanpa menunggu Katya me
Bali Hospital."Ayah sudah sadar?" Robert Martin perlahan membuka matanya, beberapa jam setelah di masukan kedalam kamar perawatan.Robert kemudian mengedarkan pandanganya dan menemukan wajah cantik putrinya yang terlihat khawatir ia pun menarik sudur bibirnya."Sayang...""Ayah..." Katya memeluk ayahnya pelan dan ringan agar tidak menindihnya."Ayah baik-baik saja? Bagaimana perasaan Ayah sekarang?" tanya Katya dengan lembut."Masih sedikit pusing." Jawab Robert lemah. "Kapan kau datang nak?"" Tadi setelah mengetahui ayah pingsan, aku langsung mencari penerbangan tercepat ke bali. Aku sangat khawatir ayah." ujarnya dengan suara bergetar.Katya membantu Ayahnya untuk duduk bersender ke kepala ranjang yang di sangah bantal-bantal empuk. Kemudian menyerahkan segelas air putih padanya.Robert melirik sekitarnya. "Dimana Kyle?""Aku menyuruh Kakak mengurusi pekerjaan disini sebelum pulang ke Ja
Danadyaksa Building Tower Rapat berjalan dengan lancar, tanpa hambatan apapun. Termasuk Katya yang baru belajar tentang proyek mereka di Bali. Dia cepat memahami semuanya, padahal baru beberapa hari lalu Katya memutuskan untuk tinggal di Indonesia. "Cukup sekian pertemuan kita, Terimakasih banyak." Ucap moderator. Semua para pemegang saham bersiap untuk keluar, ada yang masih mengobrol ada juga yang sedang menelpon. Termasuk Katya dan Kyle yang masih mengobrol dengan rekan bisnisnya. untuk memperkenalkan Katya pada mereka semua. "Ternyata Pak Kyle mempunyai adik yang sangat cantik, Saya baru tahu." tanya salah seorang teman bisnisnya. Kyle tersenyum memperkenalkan Katya pada orang tersebut yang tak lain adalah Harry Hartono, teman sekaligus rekan bisnis ayahnya. "Anak saya seumuran dengan anda, mungkin kalian bisa berkenalan dan menjadi teman." Ucapnya kembali. Katya hanya tersenyum dan mengangguk. Tida