International Senior HighSchool
Sudah dua minggu berlalu sejak terakhir kali Aeron bertemu Katya di taman sekolah, setelah itu Katya tidak pernah lagi memperlihatkan dirinya di sekolah. Aeron mendatangi kelas Katya setiap hari untuk bertemu dengan perempuan itu tapi selalu tidak menemukannya.
Lama kelamaan Aeron berubah menjadi anak pendiam dan murung, seakan ada sesuatu di dalam dirinya hilang bersamaan dengan kepergian Katya.
Sama seperti hari sebelumnya, Aeron selalu mencari Katya ke kelasnnya berharap perempuan itu tiba tiba muncul tanpa kabar sama seperti kepergiannya.
Hana yang mulai merasa kasihan pada Aeron mendekati laki laki itu di ambang pintu.
"Kak, cari Katya lagi?" tanya Hana.
Aeron mengangguk lemah.
Hana menghela nafas, "Sebenarnya aku tidak boleh membicarakan ini padamu karena Katya melarangku. Tapi aku tidak bisa melihat kak Aeron begini terus."
"Ada apa sebenarnya?" tanya Aeron.
"Katya sudah pindah sekolah dari dua minggu yang lalu, tidak ada yang tahu alasan kenapa dia pindah. Tapi yang pasti sampai sekarang aku pun sulit berkomunikasi dengannya." ujar Hana.
"Kemana Katya pergi?"
Hana menggeleng pelan, "Katya tidak memberitakuku kak, maaf." Sebelum Hana menyelesaikan kalimatnya Aeron bergegas pergi menuju parkiran dan masuk kedalam mobilnya dan melaju dengan cepat.
***
Aeron mendatangi kantor Kyle Martin, dengan langkah cepat dan emosinya yang sudah di kepala ia menerobos masuk ke dalam ruangan pemilik gedung perkantoran ini. Setelah pintu dibuka Aeron bisa melihat Kyle yang duduk di kursinya terlihat kaget dengan kedatangan Aeron ke kantornya.
"Dimana Katya!" tuntut Aeron sambil berjalan menuju meja Kyle di sudut ruangan
Kyle menatap Aeron dengan tatapan mencela, "Berani sekali kau masuk ke ruanganku tanpa pemberitahuan?!"
Aeron tidak memperdulikan wajah Kyle yang marah, "Katakan dimana Katya?! Dimana kalian menyembunyikannya?!" Teriak Aeron lagi sambil menggembrak meja.
"Menyembunyikan katamu?" Kyle tersenyum miring terlihat mencemooh.
"Katya itu manusia, bukan barang yang bisa di sembunyikan sesuka hati kita. Dia punya perasaan Aeron." gumam Kyle dengan suara pelan.
Aeron menatap nyalang kearah Kyle," Kalau begitu dimana dia sekarang?!"
"Dia pergi atas keinginannya sendiri dan kau tidak berhak bertanya apapun tentangnya." desis Kyle, ia berdiri dan berjalan melewati Aeron.
Aeron menahan kepergian Kyle dengan merentangkan sebelah tangan, "Kyle beritahu aku di mana Katya, aku mohon!"
Kyle melirik pada laki laki itu, permohonannya yang terdengar putus asa sedikit mengusik hatinya. Hanya sedetik.
"Pulanglah, Lupakan Katya demi kebaikanmu Aeron." saran Kyle.
Aeron mulai bertanya-tanya hubungan tidak baik keluarga Danadyaksa dan keluarga Martin.
"Sebenarnya ada apa dengan Keluarga Martin dan Danadyaksa? Kenapa kau begitu menentang kami?!"
Kyle menatap dalam pada Aeron. "Aku tidak menentangmu karena kau terlihat sangat menyayangi adikku. Tapi luka yang kau torehkan pada adikku tidak bisa ditolerir Aeron. Katya butuh waktu untuk menyembuhkannya dan kepergiannya itu atas keinginannya sendiri." jelas Kyle.
"Untuk masalah keluarga kita, aku tidak berhak menjelaskannya, kau tanyakan saja pada Ayahmu. Walau aku yakin dia tidak akan memberitahumu. " cibir Kyle.
"Sekarang pergilah, tidak ada gunanya kau mencari Katya karena dia tidak ingin di temukan olehmu Aeron."
***
Danadyaksa's Family Mansion
Aeron berjalan gontai menuju rumahnya. Pikirannya kalut bahkan ia tidak tahu harus berbuat apa sekarang.
"Baru pulang nak?" Asher yang baru sampai rumah berbalik melihat putranya yang berjalan masuk dari pintu utama.
Aeron menaikan pandangannya, "Ayah ada yang ingin aku tanyakan." ujar Aeron pelan.
"Ada apa?" Asher melepas jasnya dan melonggarkan dasi yang mengikat lehernya.
"Ayah tahu keluarga Martin? Robert Martin adalah pemilik Martin Comp." lanjut Aeron.
Mendengar salah satu nama anggota keluarga Martin keluar dari mulut anaknya membuat Asher terdiam sejenak dengan sorot mata menajam.
"Ada urusan apa kau dengan keluarga Martin?" decak Asher.
"Aku menyukai Katya, anak dari Robert Martin. Tapi kakaknya selalu melarangku mendekati adiknya tanpa tahu alasannya. Sebenarnya ada masalah dengan Keluarga Martin yah?" sungut Aeron.
"Memangnya apa yang kau dengar?" Sekarang Asher mulai terlihat serius.
"Aku tidak dengar apapun! Aku tidak tahu apapun! Jelaskan padaku yah!" tuntut Aeron.
Asher menghela nafas. Mendekati Aeron dan menepuk pundaknya pelan.
"Apapun yang terjadi, kau jangan berhubungan dengan keluarga Martin. Dan mulai sekarang jauhi putrinya." jawab Asher membuat Aeron tambah putus asa.
"Aku sangat mencintai Katya, tapi dia pergi meninggalkanku tanpa pamit dan aku tidak tahu dia pergi kemana." Aeron berkata dengan suara serak karena hatinya terluka ditinggal wanita yang ia cintai.
Asher kemudian melihat iba pada putra semata wayangnya. Iapun memejamkan matanya sejanak mencoba menggali ingatan di masa lalu, di mana dia pernah melakukan hal yang sama seperti Aeron.
"Lupakan perempuan itu, kau masih muda dan pasti banyak perempuan lain yang ingin bersamamu Aeron."
Setelah berkata Asher pergi dari hadapan Aeron menuju ruang kerjanya.Ia mendudukan dirinya dikursi dan terdiam sesaat sebelum kepalanya memutar ingatan masa lalu yang kelam. Cukup lama Asher terdiam kemudian membuka salah satu laci di meja kerjanya.
Asher mengambil sebuah buku catatan lama dan membukanya. Didalamnya terselip sebuah foto lama yang tersimpan diantara lembaran-lembaran kertas dengan tulisan tangan.
Asher memegang foto tersebut dan melihat dua orang yang saling berpelukan dengan raut wajah bahagia didalam foto itu.
Saat Asher melihat wajah wanita di dalam foto itu, tiba tiba rasa sesak datang padanya.
"Maafkan Aku Karen." gumamnya merasa bersalah.8 Tahun kemudian at Katya's Penthouse in Paris
Seorang wanita cantik yang sudah berpakaian rapih ala kantoran meraih ponsel diatas meja dan menelpon seseorang yang dirindukannya.
"Katya bagaimana pekerjaanmu?" tanya Kyle di telpon.
"Aku sibuk sekarang, kapan Kakak bisa datang ke sini karena ada rapat yang harus kakak hadiri." tanya Katya.
"Oiya, bagaimana kabar ayah?" Katya menelpon Kyle sambil menyiapkan sarapan di Kitchen island penthousenya yang berada di Paris.
"Aku akan menelpon Juna untuk melihat jadwalku, kalau Ayah baik-baik saja. Ia merindukanmu Katya." Kyle merebahkan dirinya dikasur karena di Indonesia sekarang tengah malam.
Katya tersenyum, Aku juga merindukan kalian berdua." Aku Katya.
"Bagaimana kabar tante Reva dan keluarganya? Apa kalian sering bertemu?" tanya Kyle.
"Tante Reva baik-baik saja, dia ingin sekali ke Indonesia untuk bertemu Ayah, mungkin beberapa bulan lagi akan kesana setelah pekerjaannya selesai." jeles Katya.
Kyle terdiam sejenak, "Apa kau juga akan kembali ke Indonesia?"
Katya menarik sebelah sudur bibirnya.
"Tentu saja aku akan pulang ke Indonesia, kakak sendiri yang terus menahanku disini dengan pekerjaan-pekerjaan. Cabang disini tanggung jawab kakak, kenapa jadi aku yang sibuk begini." Katya memberengut. Padahal sekarang umurnya sudah 24 tahun tapi sikapnya tidak berubah masih seperti anak kecil, apalagi di depan kakak kesayangannya itu.
"Hahahaha.." Kyle tertawa.
"Ada bagusnya juga kau tinggal dan bekerja di Perancis, jadi aku tidak perlu kesana untuk sekedar rapat dan mengawasi Hotel karena Kau bisa mewakiliku." ujar Kyle senang.
"Heyy.. kau itu pemiliknya, statusku hanya pegawai biasa di sini. Bagaimana bisa aku mengantikan rapat seorang CEO di pertemuan-pertemuan penting." Katya mulai sewot.
"Martin Comp adalah perusahaan keluarga kita, tentu saja kau bisa menggantikanku sebagai salah satu pemilik perusahaan." Kyle menjelaskan dengan malas karena ngantuk mulai menyerangnya.
"Ya.. ya.. ya.. terserah padamu. Aku akan bersiap, nanti aku telpon kakak lagi. Love you." Katya mengakhiri telponnya dan mulai memakan sarapannya dengan memandang keluar jendela.
Menghela nafas ia mulai mengingat kejadian dulu saat di Indonesia. Dan dia sudah lama tidak pulang ke negara asalnya itu.
"Apa aku pulang juga ke Indonesia ya?" tanya Katya pada dirinya sendiri.
Martin Comp. Building in Paris, France "Nona katya maaf, ini laporan yang anda minta." Seorang asisten Katya datang keruangan dengan map di tangannya. Katya hanya melihat sekilas dan kembali pada pekerjaannya, "Tolong taruh saja dimeja." ujarnya. Katya yang terlihat sibuk meraih telpon dan menekan tombol panggilan, "Bisa sambungan saya dengan Mr. Richard di bagian akunting." pinta Katya. "Baik Nona." balasnya. Tidak lama telponnya berdering dan ia langsung mengangkatnya, "Mr. Richard saya minta laporan keuangan dua tahun terakhir." "Saya harus mencarinya terlebih dahulu, kapan anda membutuhkannya?" "Saya minta secepatnya." "Baik, saya akan mencari dan menyerahkannya secepat mungkin." Katya kembali melihat laporan ditangannya sampai terdengar ponselnya berbunyi. Ponsel Katya berdering dan memperlihatkan siapa yang menelponnya. Tante Reva is Calling...
Martin's Family MansionKyle masuk kedalam rumah dengan melonggarkan ikatan dasi di lehernya, setelah melepaskan jas dan menyampirkan di kursi ia berjalan menuju lemari pendingin dan mengambil sekaleng bir dari sana dan membukanya.Menghela nafas kasar, Kyle yang seakrang duduk di kursi mengambil ponsel di saku celana dan menekan nomor Katya. Tapi tidak ada jawaban dari adiknya, mungkin Katya sibuk pikirnya."Den." Bik asih mendekati Kyle yang sedang meminum bir dengan wajah termenung."Kenapa bik?" Kyle melirik sekilas."Ditunggu tuan di ruang kerja den." terangnya"Nanti saya kesana, buatkan teh dan bawa ke ruang kerja ayah." perintahnya.Bik Asih mengangguk dan pergi ke dapur.Kyle menghabiskan minuman kalengnya yang tersisa kemudian berjalan menuju ruang kerja sambil melipat lengan kemejanya.Tok.. tok.. tok.. Kyle mengetuk dan membuka pintu walau tidak mendapat jawaban.
Bandara International Soekarno Hatta, Indonesia."Kakak, aku sudah sampai di Indonesia." ucap Katya riang.Tidak ada balasan dari Kyle membuat Katya kembali bertanya. "Kakak?""Iya, kau di mana sekarang?""Masih di bandara, aku akan pulang ke rumah sekarang.""Hmm.. aku dan ayah sedang di Bali mengurus pekerjaan. Sampai kapan kau di Indonesia?""Mungkin seminggu atau dua minggu.""Baiklah, Kakak akan menelpon staff kita di Perancis. Apa kau masih ingat jalan pulang Katya? Atau mau kakak panggil pak Asep untuk menjemputmu di Bandara?" tawar Kyle."Tidak perlu aku pake taxi saja.""Kalau ada apa- apa hubungi kakak. Ingat itu!"" Okay, siap bos!" jawab Katya.***Martin's Family MansionKatya berjalan ke dalam rumah yang sudah lama ia tinggalkan.Bik Asik yang masih mengenali Katya mendekat dengan wajah terharu.
Bali, Indonesia."Kau tidak pantas untuk Katya!" Sentak Robert, Pria itu berbalik setelah berteriak diikuti Juna dari belakang.Semua orang disana mulai berbisik-bisik.Kyle kemudian mendekat dan menepuk pundak Aeron karena merasa bersalah dengan perkataan kasar Ayahnya ditambah ini di tempat umum. Tapi bagaimanapun ayahnya ada benar juga bahwa Aeron harus menjauhi Katya."Sudahlah, seperti yang kukatakan dulupadamu sekarang akan ku katakan sekali lagi. Lupakan Katya, lanjutkan hidupmu Aeron." dan Kyle pun pergi dari sana.Aeron terdiam, harapannya untuk bertemu Katya musnah karena tidak ada yang mau membantunya. Dia hanya ingin bertemu dengan wanita yang ia cintai, Kenapa semua orang menentangnya. Apa salahnya dengan hubungan mereka? batin Aeron.Aeron tersenyum miring dan terduduk.Ada rasa sesak di dadanya. Sakit, itu yang ia rasakan sekarang. Ia juga tidak mau seperti ini, tapi ia tidak
Bali Hospital "kau siapa?" Katya melihat Aeron dan bertanya seakan mereka baru pertama kali bertemu. Aeron mengerutkan keningnya,"Jangan bercanda Katya!" sungut Aeron. "Aku tidak bercanda, kau siapa?" tanyanya lagi dengan kesal." apa kita pernah bertemu?" lanjut Katya dengan wajah datar. Aeron menatap Katya kemudian melirik kearah Kyle seraya bertanya. "Kyle?!" gumam Aeron menyorot Kyle meminta penjelasan. Katya ikut menoleh pada kakaknya, "Apa dia salah satu temanku atau teman kakak?" Sebelum Kyle sempat menjawab, seorang dokter mendekati mereka. " Keluarga Robert Martin?" tanya sang dokter.Mereka semua mengalihkan pandangannya pada dokter. "Saya anaknya dok, bagaimana keadaan Ayah saya?" tanya Katya. Dokter itu tersenyum, "Saya akan jelaskan diruangan, mari ikut saya." "Kau ikut bersama dokter, nanti aku menyusul." Kyle mengusap punggung Katya. Tanpa menunggu Katya me
Bali Hospital."Ayah sudah sadar?" Robert Martin perlahan membuka matanya, beberapa jam setelah di masukan kedalam kamar perawatan.Robert kemudian mengedarkan pandanganya dan menemukan wajah cantik putrinya yang terlihat khawatir ia pun menarik sudur bibirnya."Sayang...""Ayah..." Katya memeluk ayahnya pelan dan ringan agar tidak menindihnya."Ayah baik-baik saja? Bagaimana perasaan Ayah sekarang?" tanya Katya dengan lembut."Masih sedikit pusing." Jawab Robert lemah. "Kapan kau datang nak?"" Tadi setelah mengetahui ayah pingsan, aku langsung mencari penerbangan tercepat ke bali. Aku sangat khawatir ayah." ujarnya dengan suara bergetar.Katya membantu Ayahnya untuk duduk bersender ke kepala ranjang yang di sangah bantal-bantal empuk. Kemudian menyerahkan segelas air putih padanya.Robert melirik sekitarnya. "Dimana Kyle?""Aku menyuruh Kakak mengurusi pekerjaan disini sebelum pulang ke Ja
Danadyaksa Building Tower Rapat berjalan dengan lancar, tanpa hambatan apapun. Termasuk Katya yang baru belajar tentang proyek mereka di Bali. Dia cepat memahami semuanya, padahal baru beberapa hari lalu Katya memutuskan untuk tinggal di Indonesia. "Cukup sekian pertemuan kita, Terimakasih banyak." Ucap moderator. Semua para pemegang saham bersiap untuk keluar, ada yang masih mengobrol ada juga yang sedang menelpon. Termasuk Katya dan Kyle yang masih mengobrol dengan rekan bisnisnya. untuk memperkenalkan Katya pada mereka semua. "Ternyata Pak Kyle mempunyai adik yang sangat cantik, Saya baru tahu." tanya salah seorang teman bisnisnya. Kyle tersenyum memperkenalkan Katya pada orang tersebut yang tak lain adalah Harry Hartono, teman sekaligus rekan bisnis ayahnya. "Anak saya seumuran dengan anda, mungkin kalian bisa berkenalan dan menjadi teman." Ucapnya kembali. Katya hanya tersenyum dan mengangguk. Tida
Martin Family Mansion.Katya yang sedang duduk di taman belakang termenung menatap kosong kearah kolam renang rumahnya, Kyle yang mencari keberadaan adiknya langsung mendekat saat melihatnya."Apa yang kamu pikirkan?" Kyle brtanya dan duduk disampingnya."Apa menurut kakak keputusanku sudah benar untuk tinggal kembali di Indonesia?" tanya Katya dengan helaan nafas pelan."Apa kau menyesal?"Katya menggelengkan kepala dan menoleh pada Kyle."Aku tidak menyesal tapi sebagian diriku merasa berat untuk tinggal disini, entah kenapa. Aku sendiripun tidak mengerti ada apa denganku kak." ujar Katya.Kyle membalas tatapan Katya, " Mungkin kau hanya belum terbiasa.""Mungkin." jawab Katya singkat."Apa sesuatu pernah terjadi padaku disini, Maksudku sebelum ingatanku hilang. Entah kenapa rasanya sesak sekali saat berada disini." gumam Katya sambil menyentuh dadanya."Tidak ada apa-apa, kau terjatuh di Perancis