Share

Bab 4

“Diam! Jangan ganggu aku!” pekik Chlora kesal. Ia sedang bepergian untuk membeli baju baru tapi tiba-tiba Shelia dan Cithrel muncul di hadapannya.

Cithrel menunduk sedih. “Chlora, apakah kau benar-benar membenci kami? Maafkan aku.”

“Ya! Aku benar-benar membenci kalian, jadi pergi dan jangan ganggu aku lagi!” teriak Chlora. Kesabarannya benar-benar diuji oleh dua anak berusia lima tahun.

“Chlora, kami harus berbuat apa agar kau tidak membenci kami lagi?” tanya Shelia.

Chlora menatap Shelia dengan tatapan sinis. “Pertama, jangan pernah ganggu aku lagi. Kedua, jangan pernah muncul di hadapanku. Jika kalian melakukan hal itu aku akan berhenti membenci kalian berdua,” jawab Chlora geram.

Ia menghempaskan tangan Shelia yang memegang tangannya dan pergi dari sana. Suasana hatinya langsung menjadi buruk. Ayolah, satu-satunya hal yang ingin Chlora lakukan hanyalah hidup dengan tenang dan bahagia tanpa drama yang disebabkan oleh tokoh utama.

“Lucy, ayo kita kembali. Suasana hatiku sudah hancur karena mereka berdua,” ucap Chlora.

Lucy mengangguk dan membuka pintu kereta kuda. Chlora masuk dan duduk dengan anggun. Entah bagaimana bisa dua bocah itu mengetahui bahwa Chlora akan pergi ke butik. Tapi Chlora sudah terlanjur kesal dengan tingkah laku mereka berdua.

“Lucy, apakah kau tahu mengapa mereka terus mengejar-ngejarku seperti itu?”

Lucy berpikir sejenak. “Nona memiliki karisma yang sangat menarik perhatian orang walau pun nona masih berumur lima tahun. Mungkin karena itu mereka berdua tertarik dengan nona.”

Chlora mengangguk-angguk pelan. “Lucy, bagaimana dengan kabar adikmu?”

“Berkat nona, saya bisa bebas dari keluarga itu. Saya juga bisa menyekolahkan adik saya di akademi,” jawab Lucy. Lucy berasal keluarga bangsawan miskin. Orang tua Lucy hanya memikirkan harta bahkan mereka sengaja menikahkan Lucy dengan bangsawan yang umurnya jauh di atas Lucy. Namun Lucy berhasil kabur sebelum orang tuanya menikahkannya dengan bangsawan itu. Lucy bekerja sebagai pengasuh Chlora agar ia bisa menyekolahkan adiknya di akademi.

“Ah, tapi bukankah adikmu masih berumur sepuluh tahun? Yang aku dengar usia minimal untuk masuk ke dalam akademi adalah dua belas tahun,” ucap Chlora.

“Adik saya bisa lolos dalam tes karena para guru di akademi menilai kecerdasannya melebihi anak dua belas tahun. Jadi mereka mengizinkan adik saya masuk dalam akademi.”

Chlora tersenyum. “Wah, selamat untuk adikmu, Lucy! Aku yakin dia bangga memiliki kakak sepertimu. Kau adalah perempuan yang hebat.”

Lucy tersipu malu. “Terima kasih, nona.”

Chlora menatap jalan dan melihat sebuah toko yang menjual makanan manis. “Lucy, bisakah kita berhenti? Aku ingin makan di sana.”

Lucy mengangguk. Mereka berhenti di depan toko itu. Chlora menatap toko itu dengan mata berbinar. Ia berpikir bila tidak apa-apa jika sesekali ia bertingkah seperti anak kecil. Lagi pula tubuhnya masih berumur lima tahun.

“Aku ingin yang ini, ini, dan ini! Lucy, kau mau yang mana?” tanya Chlora polos.

Lucy terkejut. “Saya hanya pelayan nona. Saya hanya bertugas menemani nona.”

Raut wajah Chlora menjadi cemberut. “Pesan saja, Lucy! Atau aku akan memecatmu!”

Mendengar kata-kata Chlora, Lucy langsung memesan makanan yang ia inginkan. Chlora memejamkan matanya dan menikmati aroma makanan yang masuk melalui indra penciumannya. Chlora menatap toko-toko yang berjejer di depannya.

“Ah, apakah sebaiknya aku membeli salah satu toko itu? Aku harus berjaga-jaga dari sekarang karena Virion akan menghancurkan ekonomi keluargaku,” gumam Chlora.

Selama memakan makanannya, Chlora terus memikirkan toko itu. Toko itu berada di tempat strategis. Chlora yakin ia bisa menyelamatkan keluarganya jika ia membeli toko itu. Tapi Chlora adalah anak berusia lima tahun. Apa alasan yang harus ia gunakan?

“Lucy, bagaimana jika suatu hari keluargaku berada di ambang kehancuran? Apakah menurutmu aku bisa menyelamatkan keluargaku?” tanya Chlora serius.

Lucy menatap nonanya dengan tatapan khawatir. “Nona, nona tidak perlu memikirkan hal itu sekarang. Nona masih berumur lima tahun. Lebih baik nona menikmati masa kecil nona.”

‘Fuck off. Aku tidak akan sempat menikmati masa kecilku. Kini hanya ada dua pilihan dalam hidupku, menggigit atau digigit. Jika aku tidak bertindak cepat maka Virion akan menghancurkan keluargaku terlebih dahulu,’ pikir Chlora.

Chlora berdiri dari tempat duduknya. “Ayo kita pulang, Lucy.”

Chlora terus memikirkan masa depan keluarganya. Oh sungguh, Chlora sangat membenci obsesi Virion terhadap Shelia. Virion tidak pandang bulu dalam melihat musuhnya. Entah orang itu baik atau jahat kepada Shelia, Virion tidak menyukai itu. Dia hanya menginginkan Shelia untuk dirinya sendiri. Hati Chlora terasa sakit ketika mengingat Virion yang menahan Alwin saat ia ingin menyelamatkan kakaknya. Virion menyiksa Alwin hingga pria itu sekarat.

‘Bagaimana bisa orang seperti itu mendapat pedang Lazarus? Ah, aku lupa jika pedang Lazarus adalah pedang yang berisi roh iblis. Aku rasa pemilik pedang itu dan roh iblis yang ada di dalam pedang itu tidak ada bedanya. Sama-sama iblis.’

Chlora berjalan ke kamarnya, tapi ia terhenti ketika melihat ayahnya sedang berbicara dengan seorang pria. Chlora mencoba menguping pembicaraan itu. Ia duduk di depan pintu dan memfokuskan pendengarannya.

“Tuan, jika anda masih merasa ragu maka anda bisa datang langsung ke tambang itu. Kami menjamin bahwa tambang Lunar akan menguntungkan anda.”

Mata Chlora mendelik. Di novel, mereka pernah menyebutkan tambang Lunar sebagai tambang yang memiliki banyak permata di dalamnya. Tambang Lunar itu dimiliki oleh Cithrel sebelum diberikan kepada Shelia. Chlora menyeringai.

“Sepertinya aku akan memikirkannya terlebih dahulu,” jawab Galan.

Chlora mendobrak pintu. “Ayah! Beli saja tambang itu!” pekik Chlora.

Pada awalnya tidak ada orang yang mau membeli tambang Lunar karena ada rumor yang tersebar jika tambang Lunar hanyalah tambang kosong. Cithrel kemudian membeli tambang itu dengan harga murah dan kemudian menemukan banyak permata di sana.

Galan segera memangku Chlora. “Chlora, ayah tidak yakin untuk membeli tambang itu.”

Chlora mengeluarkan air matanya. “Tapi Chlora sangat menginginkan tambang itu. Tak bisa kah ayah membelikannya untukku? Aku kira ayah sayang denganku..”

Galan yang kelabakan langsung menghapus air mata Chlora. “Baiklah, ayah akan membeli tambang itu. Apakah Chlora senang sekarang?”

“Terima kasih ayah!” Chlora memeluk Galan. Galan tersenyum dan membalas pelukan itu.

Mata Chlora berbinar ketika Galan menandatangani surat itu. Pria itu kemudian pergi dari ruangan. Chlora memegang surat kepemilikan tambang itu dengan senang. “Dengan ini maka Virion akan merasa kesulitan untuk melawanku!”

Galan mendesah. “Chlora, ada rumor yang mengatakan bila tambang itu tidak berisi apa-apa.”

“Ayah, aku sudah sering mengatakan jika perkiraanku tidak pernah salah bukan? Kini lebih baik ayah mulai mencari pekerja untuk menambang di sana,” sahut Chlora.

Chlora memang sering turun tangan untuk menghindari bencana yang akan terjadi. Chlora pernah menyelamatkan masyarakat yang tinggal di dataran rendah karena Chlora tahu jika akan terjadi banjir bandang. Saat itu Chlora benar-benar mengangkat nama keluarga Beasley.

“Ayah tahu dan ayah percaya dengan Chlora. Tapi ayah pikir belum saatnya Chlora ikut dalam hal ini. Ayah tidak ingin Chlora kehilangan masa kecil seperti ayah,” ucap Galan lembut.

“Aku tidak merasa begitu. Aku melakukan ini karena aku menyayangi Alwin,” jawab Chlora.

Galan mencium pipi Chlora yang tembam. “Chlora sangat menyayangi Alwin. Ayah yakin hubungan persaudaraan kalian sangatlah kuat.”

Chlora tersenyum senang. “Tentu saja! Aku tidak akan membiarkan Alwin mengalami hal yang buruk!” pekiknya.

‘Hal buruk seperti disiksa Virion,’ lanjut Chlora dalam hati.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status