Siapa atau apa yang bisa disalahkan dari sebuah perselingkuhan? Dia yang menggoda atau dia yang tergoda? atua dia yang mengabaikan pasangan atau dia yang terabaikan oleh pasangan?Itulah pertanyaan yang muncul di benak Aurel sejak dirinya memulai perselingkuhannya dengan Alva, abang iparnya sendiri. Aurel mengakui jika hal yang dilakukannya ini salah, Aurel tidak seharusnya memiliki gubungan dengan orang yang sudah memiliki istri terlebih itu adalah Abang iparnya sendiri, suami dari kakaknya. Namun bagi Aurel perasaannya pada Alva tidak salah, melainkan hubungan Alva dan Jessi kakaknya yang salah. Tidak seharusnya kedua orang yang tidak saling mencintai disatukan dalam sebuah pernikahan.Aurel yang mencintai Alva yang juga menginginkan Aurel. Begitulah hubungan itu bermula, hubungan yang penuh dengan dosa dan pengkhianatan.
View MoreAurel Khanza, seorang anak yatim piatu; kedua orang tuanya tewas pada saat dirinya berumur dua puluh tahun. Mau tak mau, dia harus ikut dengan Kakak perempuannya yang tinggal bersama suaminya..
Jessica Khanza, Kakak perempuan Aurel, satu-satunya keluarga yang dimilikinya. Setelah kematian kedua orang tuanya. Jessi merasa harus membawa adiknya tinggal bersamanya. Jessi tak mau jika adiknya yang baru saja berusia 20 tahun itu malah terjerumus pada pergaulan yang salah..
"Kak Jessi Aurel bisa tinggal sendiri Kak." Rengek Aurel saat Kakaknya menarik dirinya masuk kedalam rumahnya. Rumah yang selama 10 tahun ditinggali oleh Kakaknya bersama suaminya, Alva.
Alvarendra Mahardika, lelaki matang nan tampan. Sepertinya umur tidak akan pernah mengurangi ketampanan lelaki itu. Lelaki yang berumur dua kali lipat dari Aurel itu masih sangat menawan. Tak heran jika banyak wanita yang tergoda hanya melihatnya.
Jessi dan Alva sudah menikah 10 tahun, namun keduanya belum juga dikaruniai seorang anak. Entah mereka yang memang tidak berusaha atau memang Tuhan yang tidak memberi mereka kesempatan.
Keduanya menikah karna sebuah perjodohan. Perjanjian konyol diantara kedua orang tua mereka yang ingin besanan berbuntut pada pernikahan paksa. Keduanya terpaksa menerima perjodohan ini, baik itu Jessi ataupun Alva.
Alva tidak bisa mengedipkan matanya saat melihat Jessi, wanita yang berstatus istrinya masuk dengan seorang perempuan berumur 20 tahun.
"Alva? Kamu gak ke kantor?" tanya Jessi begitu melihat keberadaan Alva didapur.
"Tidak, aku gak enak badan. Dia?" Alva menunjuk Aurel yang sedang duduk diruang tamu.
"Kamu gak ingat itu siapa? Itu Aurel adikku."
Alva diam tidak menjawab, matanya menatap wanita yang jika diurutkan dalam susunan keluarga adalah adik iparnya.
Keduanya memang hampir tidak pernah bertemu, terakhir mereka bertemu adalah 8 tahun yang lalu saat mereka berlibur bersama. Aurel dan orang tuanya tinggal di negara yang berbeda dengan Jessi dan Alva, membuat Alva tidak pernah bertemu Aurel.
"Kamu gak masalah kan kalau dia tinggal bareng kita disini? Aku agak khawatir kalau dia tinggal disana sendirian."
"Tap---"
"Hanya sebentar, setelah dia lulus kuliah dia bakal tinggal sendiri. Itu perjanjian aku dengan dia."
Alva menghela nafas panjang. Apa boleh buat dirinya dan Jessi juga jarang berada dirumah ini, hitung-hitung Aurel ada untuk menjaga dan merawat rumah ini.
"Boleh kan?"
Alva hanya bergumam pelan. Setelah itu Jessi mengajak Alva untuk bertemu dengan Aurel, setidaknya untuk berbasa-basi. Jessi tau jika Alva sangat tidak suka dengan ini.
"Aurel."
"Iya Kak." Aurel menoleh pada Jessi dan juga pada Alva yang berjalan dibelakang Jessi..
"Rel, ingat Kak Alva kan?"
Aurel tersenyum manis dan mengangguk kepalanya menyatakan bahwa dia ingat dengan Abang iparnya itu..
Alva menatap Aurel lamat-lamat. Alva ingat jika dulu saat dia menikah dengan Jessi, Aurel hanya anak kecil yang suka memeluk boneka kesayangannya. Anak kecil yang bisa dikatagorikan sangat aktif, Aurel sangat suka berlari kesana kemari dengan teman seumurannya.
Dan kini, Aurel berdiri didepan Alva dengan wajah manis dan kalem. Tidak ada lagi anak kecil yang aktif seperti 10 tahun yang lalu. Kini hanya ada Aurel yang sangat manis, pendiam dan sangat lembut.
Alva menatap wajah Aurel perlahan. Terlihat dengan jelas wajah cantik Aurel dengan bola mata indah dan bibir tebal berwarna pink yang menunjukkan kesan sexy. Kulit putih bersih juga tak luput dari penglihatan Alva. Perlahan pandangan Alva turun kebawah, tubuh kecil Aurel terlihat sangat kontras dengan bentuk dadanya yang terlihat jelas dibalik bajunya. Sangat penuh dan montok. Alva tidak bisa melepaskan pandangannya dari sana. Aurel benar-benar sangat molek dan menggiurkan.
Benarkah ini gadis kecil 10 tahun lalu? Bagaimana dia bisa berubah menjadi wanita yang menggiurkan seperti ini? Gumam Alva
Aurel masih mempertahankan senyumnya saat mengulurkan tangannya pada Alva. "Hai Kak Alva."
Alva menjabat tangan mungil Aurel, menggenggam tangan halus Aurel dan tersenyum pada Aurel.
"Aurel boleh tinggal disini Kak?" Tanya Aurel yang masih mempertahankan jabatan tangan diantara keduanya..
"Boleh, kenapa enggak?" Ujar Alva sambil melepas genggaman tangannya pada Aurel. Merasakan betapa halusnya kulit wanita ini.
Kenapa enggak Aurel? Kita lihat saja apa yang akan terjadi nanti. Lanjut Alva dalam hati dengan senyum khasnya.
*****
Berminggu-minggu sejak Aurel tinggal bersama Alva dan Jessi. Ketiganya sibuk dengan urusannya masing-masing. Sangat jarang ada makan bersama di meja makan. Ketiganya akan makan sendiri dengan waktu yang berbeda-beda.
Sudah beberapa hari terakhir Jessi harus pergi keluar kota untuk berkerja. Tinggallah Aurel dan Alva dirumah. Malam ini hujan turun deras diluar. Aurel keluar dari kamarnya dan menuju dapur untuk membuat coklat panas.
Saat Aurel keluar bertepatan dengan Alva yang baru saja masuk kedalam rumah. Aurel yang melihat itu langsung menyapa Alva..
"Kak Alva, baru pulang."
"Iya, hujannya terlalu deras jadi harus pelan-pelan jalannya."
"Baju Kakak basah, pasti dingin. Aurel mau buat coklat panas, Kakak mau juga?"
"Hm, gimana kalau kopi panas?"
Aurel tersenyum tipis, " Boleh Kak, Kakak mandi dulu terus ganti baju. Bajunya basah, kalau lama-lama bisa sakit."
Alva mengangguk pelan dan naik keatas untuk segera mandi dan turun kembali untuk menikmati Aurel, ralat menikmati kopi Aurel.
Setelah Alva naik keatas Aurel langsung membuat coklat panas dan menyedu kopi untuk Alva.
*****
Setelah mandi dan berpakaian Alva turun kebawah. Dibawah Aurel masih berada didapur sambil menikmati coklat panasnya. Dehaman pelan dari Alva membuatnya menoleh.
"Hmm Kak, ini kopinya." Aurel menyodorkan kopi pada Alva yang duduk diseberang nya..
"Terima kasih Aurel."
Aurel hanya tersenyum tipis begitu Alva menyeruput kopi buatannya..
"Hmm ini enak." puji Alva sambil menatap Aurel. Aurel tersenyum atas pujian Alva.
Damn! Batin Alva saat tidak sengaja melihat belahan dada Aurel yang terpampang nyata didepannya. Terlihat sangat menggiurkan. Ingin rasanya Alva memegangnya, meremas, mencium dan menyusu sepuasnya pada dada montok itu. Alva meneguk salivanya kasar.
"Kak Alva?"
"Ya?"
"Aurel nanya, Kakak sama Kak Jessi sering banget kerja ke luar kota ya?"
"Hm ya, terkadang sekali sebulan saya atau Jessi harus keluar kota."
Aurel mengangguk pelan.
"Aurel."
"Ya Kak?"
"Apa kamu sudah memiliki pacar?"
Aurel menggelengkan kepalanya pelan.
"Karna itu kamu berada dirumah malam minggu seperti ini?"
Aurel terkekeh pelan disertai dengan anggukannya. Aurel kembali menyeruput coklat panasnya, lalu berdiri ke wastafel meletakkan gelas kotornya..
"Tidak usah dicuci, biar saya saja nanti."
"Tap---"
"Kamu sudah membuatkan saya kopi, jadi biar nanti saya yang mencuci gelasnya."
"Gak papa Kak?"
"Tidak, saya sudah biasa jika hanya mencuci gelas."
"Hm yaudah deh. Makasih Kak, Aurel kekamar dulu ya."
Alva menganggukkan kepalanya. Mata Alva mengikuti kemana tubuh moleh itu berjalan.
Lenggak-lenggok Aurel membuat matanya tidak bisa berpaling. Hotpants yang dikenakan Aurel menunjukkan betapa penuh dan montoknya Aurel.
Alva menghela nafas panjang. Sambil melihat kebawah nya. Dan tersenyum mengejek..
"Alva sadarlah, kau bukan lagi remaja kemaren sore. Yang hanya melihat tubuhnya saja sudah membuat mu berdiri."
Melihat kemolekan tubuh Aurel berhasil membuat kejantanannya berdiri sempurna. Alva tidak mau munafik, dia sangat ingin merasakan kehangatan pada kewanitaan Aurel.
*****
"Damn! Aku benar-benar seperti anak kemarin sore! Mengurut sendiri untuk mencari pelepasan!"
Saat ini Alva sedang mengurut kejantanannya yang mengacung tegak sedari tadi. Sejak tidak sengaja melihat belahan dada Aurel.
Membayangkan dirinya menyetubuhi Aurel sudah menjadi fantasi liarnya sejak pertama melihat Aurel datang kerumahnya..
Membayangkan dirinya mencium setiap inchi tubuh Aurel, memberikannya tanda kepemilikan disetiap sisi kulitnya. Meremas dadanya menyusu sepuasnya dan merasakan kehangatan dititik kewanitaan.
Damn! Membayangkan itu membuat nafsu Alva kembali naik. Dia harus mengurut kejantanannya untuk mencari pelepasan. Dan here we go..
"Aurel, euhmm" Alva meneriakkan nama Aurel saat dirinya berhasil mendapatkan pelepasannya. Dan kini Alva tertawa sumbang melihat cairan putih yang mengalir disisi kejantanannya. Cairan miliknya sendiri setelah mendapatkan pelepasan.
"Aurel, kau harus bertanggungjawab untuk ini. Aku akan membuat mu tunduk dibawahku."
Sialan! Membayangkan Aurel tunduk dibawahnya dan mendesah nikmat kembali membuat kejantanannya yang baru saja mendapatkan pelepasan kembali menegak.
Alva berlari kekamar mandi untuk mencari pelepasan lagi. Membayangkan Aurel memang sangat berbahaya untuk Alva.
*****
Hari ini adalah hari ulang tahun Aurel. Alva sudah meninggalkan kamarnya sejak subuh dengan bucket bunga disamping Aurel. Alva sengaja pergi lagi buta dan berencana tidak mau bertemu Aurel sampai malam tiba. Dia berencana memberikan kejutan-kejutan manis untuk istrinya itu. Aurel bangun ketika cahaya matahari mulai memenuhi kamarnya. Aurel menoleh pada sebelahnya, tempat itu sudah kosong. Tidak ada Alva namun ada bucket bunga mawar merah yang sangat banyak. Aurel tersenyum dan menghirup aroma bunga yang sangat memanjakan indra penciuman nya. Aurel mengambil surat yang ada pada deretan bunga yang indah itu. Aurel tersenyum saat membuka surat tersebut, sangat manis dan romantis. My heart is all yours Baby. You make everydaymeaningfuland full of joy. I wish you
Aurel menjemput Ansel dan membawa Ansel makan disalah satu cafe tidak jauh dari sekolah Ansel. Keduanya duduk sambil menikmati makanannya. "Aurel." panggil seseorang. Tubuh Aurel menegang seketika, Aurel tau suara siapa itu. Suara sumber ketakutan terbesar Aurel, itu adalah suara Jessi. Aurel menoleh pada Jessi dan tersenyum. "Hai Kak Jessi." sapa Aurel lembut. Aurel melihat sorot mata Jessi pada Ansel Bayi kecilnya yang sedang menikmati makanannya, mata Jessi menatap Ansel intens. "Kak?" panggil Aurel membuyarkan tatapan Jessi pada Ansel. "Ya." Aurel menatap Jessi dengan se
Lima tahun berlalu, kehidupan Aurel dan Alva berjalan layaknya kehidupan rumah tangga orang pada umumnya. Romantis dan harmonis seperti yang diharapkan Aurel. Mereka sangat romantis baik didalam ataupun diluar rumah, saling berkerja sama dalam mengurus Ansel dan yang paling penting mereka sangat harmonis dan panas di ranjang. "Mami." panggil Ansel sambil mengunyah makanannya. "Iya sayang." "Daddy mana mami?" tanya Ansel. "Daddy masih mandi, kenapa sayang?" tanya Aurel sambil menyuapi makanan pada Ansel. "Ansel boleh jemput Daddy ke kamar gak mami?" tanya Ansel sambil menatap Aurel dengan tatapan berharap. "Setelah selesai maka
Berbulan-bulan sudah berlalu sejak hari itu, hari pertemuan Alva dan Jessi. Hari dimana perjanjian mereka berakhir begitu juga dengan pernikahan yang sudah dibina selama dua belas tahun. Seminggu setelah pertemuan Jessi dan Alva, Aurel melahirkan putra pertama mereka. Saat itu Alva selalu mendampingi istrinya. Keduanya menyambut kelahiran putra pertama mereka dengan suka cita. Putra yang diberi nama Ansel Arsenio Mahardika. Semenjak kelahiran Ansel, Alva lebih sering bangun pagi. Alva akan bangun dan melihat putranya dan menggendongnya. Alva sangat menikmati hidupnya menjadi seorang Daddy. "Kak." panggil Aurel sambil mengucek matanya. "Ya Baby." jawab Alva sambil berdiri menggendong Ansel dan mendekat pada Aurel ditempat
"Jadi Mama mau ngomongin apa ma? Tumben banget ngajak ketemu di luar. Biasanya dirumah." ujar Jessi tak berniat untuk mendengar basa-basi lebih lama lagi. Mama Aliya menarik nafas dalam-dalam. Menatap Jessi dan mengambil amplop coklat yang ada didalam tasnya, lalu memberikan pada Jessi. "Ini apa ma?" tanya Jessi bingung. Ini bukan amplop coklat tebal yang berisi uang yang diberikan seorang ibu saat meminta seorang wanita untuk menjauh dan pergi dari hidup putranya seperti di drama. Amplop coklat itu tipis, sangat tipis. "Kamu buka saja Jessi." ujar Mama Aliya. Jessi menegak salivanya kasar saat melihat stempel yang ada dimuka amplop tersebut, stempel pengadilan agama. Tanpa memb
Aurel bangun saat Alva sudah menutup sambungan teleponnya. Aurel mengucek matanya sambil manggil Alva. "Kak Al." panggil Aurel manja. Alva menoleh pada Aurel disebelahnya. "IyaBaby?" jawab Alva lembut. "Kakak habis nelpon siapa?" tanya Aurel sambil menarik tangan Alva keatas perut buncitnya. "Jessi." jawab Alva sambil mengelus perut Aurel lembut. Aurel menatap Alva intens. Tatapan Aurel sangat jelas tersirat rasa cemas, sedih dan ingin memiliki Alva untuk dirinya sendiri. Tidak untuk Jessi, hanya untuk dirinya sendiri. "Kak Jessi kenapa?" "Nanya Kakak pulang a
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments