Share

Dia putramu?

Author: Wii
last update Last Updated: 2025-11-03 13:23:12

Di kamar hotel, Bianca sedang berjuang untuk menyelamatkan diri dari pembunuh bayaran yang menyamar sebagai petugas kebersihan. Ia berhasil menghindari serangan pisau wanita itu dan melarikan diri ke kamar mandi.

"Kau tidak bisa lari dariku," kata wanita itu, mendobrak pintu kamar mandi. "Kau akan mati di sini."

Bianca mengambil botol parfum yang ada di dekatnya dan menyemprotkannya ke wajah wanita itu. Wanita itu terkejut, berteriak sambil memegangi wajahnya.

Bianca memanfaatkan kesempatan itu untuk melarikan diri, keluar dari kamar mandi dan berlari menuju pintu utama kamar hotel. Namun, pembunuh bayaran itu berhasil mengejarnya dan menarik rambutnya.

Bianca berteriak kesakitan, mencoba melepaskan diri. Ia menendang wanita itu dengan keras, membuatnya terjatuh ke lantai.

Setelah itu, ia segera berlari keluar dari kamar hotel sambil berteriak meminta tolong. Beberapa tamu hotel yang mendengar teriakannya keluar dari kamar mereka dan melihat apa yang terjadi.

Pembunuh bayaran itu sege
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Owned by The Don   Jejak yang Hilang

    “Don, nomor ponsel itu tidak bisa dilacak. Sepertinya… ada seseorang yang sengaja mengacaukan sinyal pelacak kita.”Wajah Lucca mendadak panik. Ia bodoh, terlalu bodoh meninggalkan Bianca untuk berwisata sendiri. Bahkan belum sampai ke Santorini, Bianca sudah diculik. Jelas saja hal ini memicu amarah Lucca. Pria itu menyibak rambutnya ke belakang dengan kasar sambil memperhatikan setiap pergerakan orang yang lalu-lalang di bandara.Setibanya dia di bandara, salah satu petugas mengatakan bahwa ada seseorang yang menghampiri Bianca dan mengajaknya untuk mengobrol di suatu tempat. Dan saat itu, pesawat yang Bianca tumpangi mengalami delay hingga ia mengiyakan ajakan orang asing tersebut.“Don, kenapa Signorina tidak memakai jet pribadi milikmu?” tanya Enrico ketika ia baru kembali dari ruang CCTV bandara.“Aku yang melarangnya. Musuhku terlalu banyak, dan mereka sudah menandai pesawat pribadiku. Itu sebabnya aku memintanya untuk naik pesawat lain. Tapi tak kusangka, mereka lebih cerdik d

  • Owned by The Don   Hidup Baru, Masalah Baru

    POV: LUCCA“Bianca, maukah kau menikah denganku?”Setahun sejak kejadian itu, aku memutuskan untuk melamarnya. Aku ingin meresmikan hubungan kami ke jenjang yang lebih serius lagi. Aku juga ingin memulai hidup baru yang jauh lebih baik dari sebelumnya—menikmati indahnya pernikahan bersama Bianca.Masalah yang sebelumnya menghantui sudah selesai. Dan aku sangat-sangat berterima kasih pada Frediano yang terus membantuku selama masa pemulihan. Bahkan dia juga membawa Adriano ke luar kota, setelah ia menjelaskan semuanya pada putranya itu.Kini, aku, dibantu para anggota yang tersisa, sedang menyiapkan acara lamaran. Mulai dari dekorasi sampai jamuan makan. Acara lamaran itu diselenggarakan di mansionku yang ada di Milan.Dan malam ini… Bianca cantik sekali.“Aku mau,” jawabnya.Rasa bahagia mulai menjalar di hatiku. Aku tidak pernah merasakan kebahagiaan seperti ini sebelumnya. Memang aku sempat bertunangan dengan mantan kekasihku itu. Akan tetapi, rasa bahagia yang dulu tidak sebanding

  • Owned by The Don   Sudah Aman

    Suasana rumah sakit pagi ini tampak ramai dan sibuk. Banyak orang berlalu lalang di sana: ada yang saling sapa, ada yang terburu-buru, ada juga yang bersantai di kursi tunggu. Sementara Bianca tampak setia di dalam sebuah ruang VVIP—menunggu sang kekasih membuka mata.Lucca saat ini sedang berada di rumah sakit dan telah menjalani operasi di bagian kaki. Ada beberapa luka jahitan yang ia dapatkan—dampak dari serangan molotov milik Quintino. Mayat Ciro sudah dievakuasi dan akan dimakamkan besok, sementara Carlo dinyatakan lumpuh total akibat benturan di bagian punggung dan mengenai sarafnya.Bianca tak menyangka kejadian seperti ini akan menimpa Lucca beserta anggotanya. Untung saja saat itu Frediano datang tepat waktu. Jika terlambat sedetik saja, mungkin Lucca pun akan menyusul Ciro.“Terima kasih, Paman,” ucap Bianca pada Frediano. Mereka saat ini sedang duduk di sofa ruang rawat Lucca. “Aku tidak tahu harus bagaimana membalas jasamu. Kau sudah membantuku dan juga Lucca.”“Tidak per

  • Owned by The Don   Dia putramu?

    Di kamar hotel, Bianca sedang berjuang untuk menyelamatkan diri dari pembunuh bayaran yang menyamar sebagai petugas kebersihan. Ia berhasil menghindari serangan pisau wanita itu dan melarikan diri ke kamar mandi."Kau tidak bisa lari dariku," kata wanita itu, mendobrak pintu kamar mandi. "Kau akan mati di sini."Bianca mengambil botol parfum yang ada di dekatnya dan menyemprotkannya ke wajah wanita itu. Wanita itu terkejut, berteriak sambil memegangi wajahnya.Bianca memanfaatkan kesempatan itu untuk melarikan diri, keluar dari kamar mandi dan berlari menuju pintu utama kamar hotel. Namun, pembunuh bayaran itu berhasil mengejarnya dan menarik rambutnya.Bianca berteriak kesakitan, mencoba melepaskan diri. Ia menendang wanita itu dengan keras, membuatnya terjatuh ke lantai.Setelah itu, ia segera berlari keluar dari kamar hotel sambil berteriak meminta tolong. Beberapa tamu hotel yang mendengar teriakannya keluar dari kamar mereka dan melihat apa yang terjadi.Pembunuh bayaran itu sege

  • Owned by The Don   Ternyata Ini... Jebakan!

    DWAAR!Baru saja Lucca dan rombongannya tiba di pulau kematian itu, sebuah ledakan muncul di dekat mereka. Beberapa anggota Lucca terlempar dan terkapar. Sementara Lucca hanya mengalami luka ringan karena sempat menghindar. Ciro dan Carlo membantu Lucca berdiri.Mata mereka awas melihat sekeliling. Pulau itu sunyi dan gelap—tak pernah ada kehidupan di sana. Entah hal apa yang merasuki pikiran Lucca sampai nekat masuk ke pulau berbahaya itu.“Don, masih ada waktu untuk pergi dari sini,” ucap Ciro dengan napas sedikit tersengal.“Ciro benar, Don Lucca,” sambung Carlo. “Kita harus segera pergi dari tempat ini. Aku rasa, tempat ini hanya sebuah jebakan untuk mengelabui kita semua.”“Tidak.”Lucca melepas rangkulan tangan Ciro dari tangannya. Ia masih menatap ke area sekeliling. “Aku tidak akan pergi, sebelum aku melihat langsung Quintino,” lanjutnya tegas.“Tapi….”Ucapan Carlo tertahan oleh sentuhan tangan Ciro di pundaknya. Ia menatap Ciro yang sedang menggelengkan kepala. Dengan sediki

  • Owned by The Don   Isola della Morte (Pulau Kematian)

    Pagi itu, Venesia bangun dengan wajah yang berbeda. Hujan telah berhenti, dan matahari perlahan menyinari kanal-kanal yang berkilauan. Namun, di balik keindahan kota itu, ketegangan masih terasa kental. Lucca tidak bisa tidur nyenyak semalam. Pikirannya terus berputar, mencari cara untuk menghadapi ancaman Quintino dan Serpente Nero.Bianca juga tampak gelisah. Ia berusaha untuk tetap tenang, namun Lucca bisa melihat ketakutan di matanya. Ia tahu bahwa ia harus melakukan sesuatu untuk menenangkan wanita itu—meyakinkannya bahwa mereka akan baik-baik saja."Aku akan pergi sebentar," kata Lucca, meraih jaketnya. "Aku harus bertemu dengan Ciro dan Carlo. Ada beberapa hal yang perlu aku urus.""Hati-hati," kata Bianca lirih. "Jangan mengambil resiko yang tidak perlu."Lucca tersenyum dan mencium keningnya. "Aku janji. Tetaplah di sini, dan jangan membuka pintu untuk siapapun."Setelah Lucca pergi, Bianca merasa semakin cemas. Ia berjalan mondar-mandir di kamar hotel, tidak tahu apa yang ha

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status