"Su ... suamiku, kamu kok telanjang?" ucapnya lalu menutup kedua matanya, menggunakan tangannya.Cyra tidak sadar jika tindakannya itu malah mengekspos tubuh telanjangnya, tepat di hadapan sang suami.Lagi-lagi, Felix hanya mampu menelan ludahnya."Sayang, kamu kok tutup mata lagi, sih?" tanyanya kepada sang istri."A ... aku takut, Suamiku." ucapnya terbata."Apa yang kamu takuti, Sayang?""A-ku takut dengan senjatamu, suamiku. Pa ... panjang banget ...." tuturnya terbata. Membayangkan alat tempur milik suaminya yang terlihat besar dan panjang itu."Ha-ha-ha-ha." Tawa Felix mulai menggema di dalam kamar itu."Kamu tidak perlu takut begitu, Sayang. Justru kamu harus berkenalan dengannya." ucapnya lalu mengambil posisi duduk di atas ranjang.Felix lalu meraih tangan istrinya dan menuntunnya untuk menyentuh alat tempurnya."Su ... suamiku tanganku mau di bawa ke mana? Aku ... aku merasa geli!" ucapnya kepada sang suami."Ha-ha-ha! Geli-geli basah ya, sayang?" Ucapan Felix itu, sontak me
"Kamu nggak perlu takut begitu, Sayang. Sini tanganmu, sepertinya kamu harus berkenalan dengannya." ucap Felix lagi.Namun bukannya memberi tangannya, Cyra malah menyembunyikan tangannya di balik punggungnya."Ha-ha-ha. Kamu gemesin, Sayang!" ucap Felix lagi. Lalu kembali menindih tubuh polos istrinya."Suamiku ..." lirih Cyra, saat dengan cepat Felix meraih tangannya yang berada di balik punggungnya dan meletakkannya di atas alat tempur miliknya. Dia kembali menuntun tangan Cyra untuk mengelusnya secara perlahan."Felix, suamiku ...." lirihnya. Cyra sangat malu saat ini. Karena dirinya yang baru pertama kali di dalam hidupnya, memegang senjata pamungkas milik seorang laki-laki.Alat perang Felix semakin keras dan tegak berdiri, bagai gunung yang ingin segera mengeluarkan lava panas."Suamiku, kok bertambah besar?" tanya Cyra, polos."Ha-ha-ha, tentu saja Sayang! Karena kamu sedang mengelusnya. Dia akan menjadi kesayanganmu mulai dari sekarang!""Kesayangan?" lirihnya tak mengerti"Ye
Genjotan demi genjotan terus saja dilakukan oleh Felix. Tubuh Cyra seperti mainan baru baginya. Dia seolah-olah seperti seorang pengembara di padang gurun yang sedang menghapus dahaganya."Ah ...." Suara desahan Cyra bagaikan alunan dawai-dawai kidung yang indah. Membuat dirinya semakin terhanyut karenanya.Tubuh keduanya bergetar hebat saat Felix kembali membawa Cyra kepada nikmatnya surga dunia, yang maha dahsyat itu.Karena kelelahan, Cyra pun langsung tidur. Dia seperti orang yang kurang bertenaga. Lemas dan tak berdaya.Sementara Felix merasakan kepuasan yang tiada taranya. Dia pun menutupi tubuh Cyra yang masih telanjang dengan menggunakan selimut.Setelah itu dia melangkah menuju ke dalam kamar mandi untuk membersihkan dirinya. Di dalam kamar mandi, Felix masih merasakan sensasi panas itu. Dia masih ingin menaiki tubuh istrinya yang serasa candu baginya."Sial! Ada apa denganku?" ucapnya dalam hati.Felix pun segera menepis jauh-jauh pikirannya itu. Dia lalu menyalakan shower,
Cyra merasakan tubuhnya yang remuk redam karena permainan panas suaminya. Disaat Felix meletakkan tubuhnya di atas tempat tidur. Yang Cyra lakukan adalah menutup matanya. Dia sangat capek, mengantuk dan ingin tidur dengan segera.Cyra merasa sangat lapar saat ini. Perutnya sangat sakit karena kelaparan. Namun rasa capek yang menderanya tidak dapat dirinya lawan. Cyra merasakan tubuhnya sangat lemah. Keringat dingin mulai mengucur jatuh di dahinya.Felix masih belum menyadari keadaan Cyra. Setelah meletakkan tubuh istrinya di atas tempat tidur. Dia malah meninggalkannya untuk mengenakan kembali pakaiannya.Felix pun berkata kepada Cyra untuk memakai bajunya sendiri. Namun sang istri benar-benar tidak dapat menggerakkan tubuhnya. Matanya juga masih tertutup rapat. Cyra benar-benar sangat lemah saat ini. "Cyra, kamu dengar nggak aku ngomongnya? Kamu kok diam saja?" ucap Felix mulai curiga dengan keadaan istrinya.Setelah selesai mengenakan semua pakaiannya, Felix pun berbalik arah menu
Felix ke luar dari kamar mandi. Bersamaan dengan itu, Cyra telah selesai diganti pakaiannya oleh Puspa."Apakah ada perkembangan dari Cyra?" ucap Felix lalu melangkah menuju ranjang di mana sang istri sedang terbaring lemah."Nona Cyra telah selesai saya ganti bajunya, Tuan Muda. Hanya saja, Nona masih belum sadarkan diri," ucap Puspa menjelaskan semuanya kepada Felix.Lalu Felix pun duduk di tepi ranjang. Dia lalu meraih tangan istrinya dan menggenggamnya sangat erat."Cyra, bangun! Kamu jangan membuatku takut!" bisiknya di telinga sang istri. Namun Cyra tetap saja tidur dengan nyenyak dan tidak ada reaksi apa pun."Peter! Kenapa dokter Galang sangat lama datangnya?" kesalnya kepada sang asisten."Sebentar, saya cek lagi Tuan Muda," sahut Peter. Lalu kembali melangkah ke depan vila untuk mengetahui keberadaan dokter Galang.Sangat kebetulan mobil sang dokter mulai memasuki halaman vila itu. Dokter Galang segera memarkirkan mobilnya di garasi. Kemudian mengemasi peralatan kedokteran m
Bahkan disaat dokter Galang sedang menginfus Cyra, perempuan itu tidak merasakan sakit sedikitpun. Hal itu semakin membuat Felix menjadi sangat khawatir. Dia pun tak tahan untuk tidak bertanya kepada sang dokter."Dokter ... kenapa Cyra tidak merasakan sakit saat di infus? Apakah dia selemah itu?" tanyanya masih dengan nada khawatir."Kondisi Nona Cyra memang sedang kehabisan energi saat ini. Makanya Nona sangat lemah. Akan tetapi Anda tidak perlu khawatir Tuan Muda. Saya sedang menginfus Nona Cyra dengan cairan nutrisi yang mengalir melalui selang infus di dalam tubuhnya. Semoga setelah obat masuk kesadaran Nona Cyra akan berangsur-angsur pulih," jelas dokter Galang panjang lebar."Baiklah dokter, saya percayakan semuanya kepada Anda," jawabnya singkat."Oh ya, Tuan Muda. Mobil ambulans sedang OTW ke sini. Mungkin beberapa menit ke depan Nona Cyra akan di bawa ke rumah sakit. Saya harapkan semua perlengkapan Nona selama dirawat nanti segera dipersiapkan mulai dari sekarang.Tak berap
Namun tiba-tiba dari arah pintu depan rumah putra mereka. Asisten Peter baru saja sampai di kediaman atasannya.Dia ke sini atas perintah sang bos untuk mengambil beberapa baju ganti Nona Cyra. Yang kemudian akan di bawa ke rumah sakit olehnya.Asisten Peter masih belum menyadari jika Tuan dan Nyonya Domil telah kembali dari luar negeri. Saat ini keduanya sedang duduk-duduk santai di ruang tv sambil menikmati teh dan beberapa camilan yang telah disediakan oleh Bik Upik. Kedua orang tua Felix sedang asyik melihat-lihat album foto pernikahan putra mereka. Kebahagiaan masih tergambar nyata di wajah keduanya. Mereka sangat bersyukur sang putra akhirnya menikah juga dengan gadis pilihan hatinya. Sehingga rencana perjodohan Felix dengan anak rekan bisnis Tuan Doni otomatis batal dilakukan.Sejujurnya, jauh dari dalam lubuk hatinya. Nyonya Mili kurang menyukai sikap perempuan yang akan dijodohkan kepada Felix. Gadis itu bernama Maura. Anaknya terkesan glamour sombong, dan angkuh. Makanya s
"Papi, Mami?" ucap Felix tak percaya jika kedua orang tuanya telah tiba di Jakarta.Tatapan sang ayah sangat tajam kepadanya. Bagaikan belati yang hendak mencabik-cabik dirinya. Lalu Tuan Doni melihat ke arah ranjang di mana Cyra sedang terbaring lemah.Akan tetapi Felix sama sekali tak gentar dengan tatapan sang ayah yang menusuk itu. Dia tetap menggenggam erat tangan Cyra dan tak ingin melepasnya. Wajah khawatir sangat jelas tergambar dari raut mukanya.Lalu tiba-tiba Nyonya Mili segera menghampiri putranya,"Felix ... anak Mami yang tampan? Kamu apa kabar, Nak?" tutur Nyonya Mili sambil memeluk putra semata wayangnya itu."Aku baik-baik saja, Mi." jawabnya singkat."Hei ... selamat atas pernikahanmu dengan Cyra. Mami dan Papi kok nggak diundang? Kamu kan anak kami satu-satunya. Kebahagiaanmu, juga akan menjadi kebahagiaan Papi dan Mami."Felix segera menatap tajam ke arah asistennya Peter. "Pasti dia yang membocorkan semuanya!" kesalnya dalam hati.Sementara Peter yang ditatap den