Share

05. SALAH PAHAM

Author: Kim_Lin
last update Huling Na-update: 2023-04-06 03:41:44

"Dasar gila!"

Dirga tertawa kecil mendengar umpatan dari Bagas. Sejak semalam Bagas tak henti mengoceh karena tindakan Dirga yang menurut Bagas sangat di luar nalar. Kebiasan buruk Dirga, pria itu tak segan menghamburkan uang jika sedang mengalami tekanan atau masalah.

Seperti malam tadi, pria berpangkat CEO itu membeli sebuah penthouse mewah di salah satu apartemen terkemuka di kawasan Jakarta Pusat dan membayar cash malam itu juga. Lebih gilanya lagi, Dirga mengatakan pada Bagas jika dia memiliki seorang pacar seorang mahasiswi. Hal yang membuat Bagas tercengang tidak percaya, sejak kapan Dirga menjadi seliar itu?

"Udah ngapain aja?" tanya Bagas penasaran.

"Apanya?" Dirga masih fokus mengecek berkas laporan keuangan bulanan.

"Iya, udah ngapain aja sama pacar kamu itu? Pelukan? Ciuman? Atau …." Bagas semakin tidak sabar.

"Belum aku apa-apain. Masih segel," jawab Dirga asal.

"Yakin masih segel? Kalau udah bobol?" Pertanyaan Bagas mendapat delikan mata dari Dirga.

Takut, Bagas segera mengambil berkas yang sudah diperiksa Dirga dan segera keluar dari ruangan sang atasan. Masih banyak berkas yang belum diperiksa, tetapi seluruh tubuh Dirga terasa sangat lelah. Pria itu menyender pada punggung kursi sambil sesekali memijat dan memutar leher secara perlahan. Kadang juga dia terbatuk, saat memegang dahi suhu tubuhnya sedikit agak hangat.

Dirga menyerah, dia memijit pelipis saat sakit kepala menyerang tiba-tiba. Tubuhnya semakin tidak nyaman, Dirga merasa kedinginan padahal suhu badan cukup hangat. Dirga yakin jika ia masuk angin.

"Bagas, hari ini semua pekerjaan kamu yang handle. Aku mau pulang. Badanku tiba-tiba meriang." Dirga memberi perintah pada Bagas melalui panggilan telepon.

***

"Bisa kebetulan begini?"

"Ada apa, Lun?"

Aluna masih memandangi ponsel, melihat sebuah pesan masuk dari seseorang yang sempat tidak ada kabar selama seminggu lebih. Entah kebetulan atau takdir, Dirga mengirim pesan singkat pada Aluna. Meminta gadis itu untuk bertemu hari ini. Tepat di saat Aluna sedang membutuhkan uang.

Hari ini hari terakhir pembayaran uang praktikum. Sial bagi Aluna karena di samping itu, laptop Aluna mendadak rusak sehingga dia tidak bisa mengerjakan tugas. Biaya untuk memperbaiki laptop cukup mahal dan saat ini Aluna tidak mempunyai simpanan uang sama sekali. Upah dari hasil kerja part time sebagai kasir minimarket belum bisa diambil mengingat ini masih tengah bulan.

"Aku harus pergi dulu, Re." Aluna mengaitkan tas pada bahunya.

"Ke mana?" tanya Rere.

"Ketemu sama partner bisnis." Aluna tersenyum tipis.

"Maksud kamu CEO itu?"

Aluna mengangguk. "Iya, Re. Dia lagi butuh aku dan aku juga lagi butuh uang."

"Jangan, Lun. Nanti aku bantu kamu cari pinjaman. Pliss, jangan cari jalan pintas." Rere terlihat cemas.

"Nggak ada jalan lain. Mungkin memang sudah jalan hidup aku seperti ini, Re. Harapanku sekarang cuma lulus menjadi sarjana dan bergabung di penerbit terkenal. Doakan aku agar tuhan tidak memberiku hukuman atas perbuatan kotorku ini. Aku melakukannya karena terpaksa."

Terlihat cairan bening dari sudut mata Aluna. Buru-buru gadis itu menyeka air mata dan berusaha memasang tampang tegar di hadapan Rere agar sang sahabat tidak khawatir. Rere yang melihat itu hanya bisa menatap nanar sang sahabat. Dia merasa tidak berguna karena tidak bisa menolong Aluna.

"Aku pergi dulu, ya, Re." Aluna bergegas dari hadapan Rere dan segera pergi dari area kampus untuk menemui Dirga.

Taksi online yang dipesan Aluna sudah datang. Alamat yang diberikan Dirga tidak terlalu jauh dari kampus. Aluna tahu apartemen yang Dirga maksud. Mungkin hanya akan memakan waktu sekitar lima belas menit untuk sampai kesana.

"Kamu datang ke sini, ya. Saya sedang butuh kamu. Saya cuma minta kamu menginap dua hari di sini. Nggak usah bawa pakaian, biar nanti orang suruhan saya yang belikan kamu baju. Saya tunggu kamu sekarang."

Menatap ke luar dari balik jendela mobil, Aluna melayangkan tatapan kosong seraya mengingat kembali pesan dari Dirga. Pria itu masih menagih janji pada Aluna untuk menginap bersamanya. Hal yang sangat wajar karena sampai saat ini Aluna belum membalas jasa pria itu karena menolong Aluna dari Doni. Juga beberapa rupiah yang sudah diterima Aluna dengan jumlah lumayan banyak, sangat pantas bagi pria itu untuk meminta hak pada Aluna sesuai perjanjian.

Aluna sudah sampai di sebuah apartemen mewah yang Dirga maksud. Gadis itu segera menaiki lift dan menekan tombol menuju lantai paling atas. Melihat angka di lift yang terus merangkak naik sukses membuat jantung Aluna berdegup dengan kencang. Sesekali dia menarik napas dalam dan membuangnya perlahan demi mengusir perasaan grogi.

"Om, aku sudah sampai di depan pintu kamar apartemen yang Om maksud." Aluna menghubungi Dirga.

"Masuk saja. Saya sengaja tidak mengunci pintunya."

Dengan tangan yang ditaruh di dada, Aluna bisa merasakan degupan jantung yang berdetak hebat. Keringat dingin mulai mengucur dari pelipis. Hawa sekitar mendadak panas padahal Aluna mengenakan sleeve top berbahan tipis. Sengaja dia tidak memakai cardi atau jaket sebagai penutup pakaian pendeknya. Lagipula, nanti juga semua pakaian Aluna akan terlepas dari tubuh satu per satu. Begitu pikir Aluna.

"Maafkan aku, Tuhan. Kau juga tahu aku terpaksa melakukannya."

Aluna menarik napas saat tangan sudah di handle pintu. Spontan ia menelan saliva karena gugup. Bunyi khas saat pintu terbuka semakin membuat gadis itu frustasi bukan main. Berjalan dengan perlahan, Aluna melangkahkan kaki untuk mencari keberadaan Dirga.

"Aku ada di kamar. Masuk saja. Pintunya tidak di kunci."

Pekikan baritone itu terdengar parau dari salah satu ruangan. Aluna yakin Dirga sedang ada di dalam sana. Entah apa yang sedang pria itu lakukan sehingga enggan keluar. Aluna mulai berjalan masuk menuju kamar tersebut.

"Om, Om sedang ngapain?"

Satu pertanyaan lolos saat Aluna mendapati tubuh pria itu sedang berada di atas ranjang king size dengan berbalut selimut tebal berwarna putih. Tidak ada jawaban dari Dirga. Hal itu membuat Aluna semakin berjalan mendekati Dirga.

"Ya ampun, Om. Om baik-baik saja?"

Aluna terkejut saat tatapan mereka bertemu. Pria itu terlihat menggigil dengan posisi meringkuk. Wajahnya terlihat pucat. Aluna segera mengambil tempat di tepi ranjang dekat pria itu. Meski sedikit ragu, Aluna memberanikan diri untuk mengecek suhu tubuh Dirga.

"Om demam. Om lagi sakit?"

Dirga mengangguk sebagai jawaban. Pria itu menatap sayu pada Aluna seraya mengulas senyum. Untuk sesaat, Dirga menikmati wajah cemas Aluna. Sudah lama sekali Dirga tidak mendapatkan tatapan seperti itu. Tatapan khawatir dari seseorang. Mayang sudah tidak peduli lagi padanya.

"Aku antar ke dokter, ya. Badan Om panas." Aluna menarik tangannya dari dahi Dirga.

"Tidak usah. Saya cuma masuk angin saja."

Dirga mencoba untuk bangun, Aluna yang melihat itu dengan sigap membantu Dirga untuk bersandar di punggung ranjang. Pria itu menyuruh Aluna untuk mengambil obat yang ada di dalam laci nakas di samping tempat tidur. Aluna patuh, dengan cepat dia mengambil obat yang Dirga maksud.

"Om, O-Om mau ngapain?"

Aluna terbelalak saat Dirga dengan santai membuka polo shirt putih yang ia kenakan dan menaruhnya sembarang. Gadis itu spontan menelan saliva saat melihat roti sobek yang terpampang nyata di depan mata. Tubuh atletis dengan kulit putih mulus, salahkan jika Aluna berpikiran mesum saat ini?

"Bisa bantuin saya? Kamu bawa minyak angin, nggak?" Dirga sudah duduk memunggungi Aluna.

"Mi-minyak angin?" Aluna semakin tidak mengerti.

"Iya, saya suruh kamu ke sini karena mau minta tolong buat ngerokin saya. Kamu bisa kerokan, 'kan?"

"Hah?" Mulut Aluna menganga lebar. Rupanya dia salah paham dengan permintaan menginap Dirga.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • PACAR RAHASIA SANG CEO   22. CUPID

    "Papi takut?""Ng-nggak! S-siapa yang takut?""Buktinya ini!"Aluna mengangkat tangannya yang digenggam erat oleh Dirga. Sejak tadi Aluna tak henti tertawa saat melihat Dirga yang terus menutup mata bahkan menggenggam kuat-kuat tangannya saat sosok makhluk astral muncul di layar lebar. Mereka berdua sedang menonton film horor."Aku tidak takut." Dirga segera melepaskan cengkramannya."Kalau takut juga gak apa-apa, Pi. Jangan malu," kekeh Aluna. "Sudah aku bilang, aku tidak takut."Tidak mau kalah, Dirga lekas melipat tangannya di dada. Pandangannya serius menatap lurus ke depan. Bertepatan dengan itu, sosok menyeramkan muncul kembali di layar. Seketika Dirga berteriak seperti anak kecil. "Aku tidak takut, ya. Cuma kaget saja sama musiknya," kilah Dirga segera karena gengsi. "Iya, iya. Papi emang pemberani." Aluna kembali tertawa. Aluna kembali fokus melihat ke depan. Menonton dengan seksama sembari memasukan beberapa berondong jagung ke dalam mulutnya. Gadis itu memang sangat men

  • PACAR RAHASIA SANG CEO   21. HARI PERTAMA MENJADI TEMAN

    Senyum simpul itu tak henti terpancar dari wajah Aluna. Di tengah kesibukannya mengerjakan tugas dari sang dosen killer, pikirannya dibuat sibuk dengan rencananya bersama Dirga malam nanti. "Kelas saya cukupkan sampai disini. Jangan lupa kerjakan tugas yang saya berikan. Saya tidak akan menerima alasan apapun jika tidak ada yang mengerjakan tugas."Sang dosen killer itu lekas keluar dari dalam kelas. Masih dengan senyum yang belum luntur, Aluna membereskan semua buku juga laptopnya. Tanpa Aluna sadari, sejak tadi Rere memperhatikan gelagat aneh Aluna. "Senyum-senyum terus. Dapat hadiah baru dari Papi-mu, ya?" tanya Rere dengan nada mengejek. "Apaan, sih. Kepo!" cebik Aluna. "Mentang-mentang punya orang baru, sahabat lama dilupain." Rere tak jalah kesal. "Siapa yang lupain kamu, Rere Naima …."Aluna mencubit gemas pipi Rere seperti anak kecil. Jelas Rere langsung berontak. Aluna yang melihat itu langsung tertawa karena tidak tahan melihat wajah kesal Rere. "Nanti sore aku ada ac

  • PACAR RAHASIA SANG CEO   20. SI BODOH DAN SI PARASIT

    Wanita itu menutup pintu mobil dengan kasar. Dengan jalan yang dihentakkan, Mayang segera memasuki lift. Dadanya bergemuruh hebat, suara wanita di telepon tadi sukses membuatnya murka luar biasa. "Krisna!"Tidak ada kata-kata sayang. Tidak ada nada yang lemah lembut dan manja. Mayang lekas masuk ke dalam lalu mencari pria itu ke segala arah. Hingga terakhir dia berada di depan pintu kamar. Dia tidak langsung masuk, tangannya tertahan di handle pintu. Suara cekikikan dan tawa seorang wanita nyaring terdengar. Disusul dengan suara menjijikan yang Mayang yakin itu adalah suara Krisna. Kepalanya sudah tidak bisa berpikir jernih. Dia yakin Krisna sedang berbuat mesum dengan seorang wanita. "Br*ngsek!"Kata itu yang pertama keluar dari mulut Mayang saat netranya menyaksikan sesuatu yang luar biasa di hadapannya. Dimana Krisna sedang berada di atas tubuh seorang wanita muda yang pakaian atasnya sudah tanggal. Begitupun Krisna yang sudah bertelanjang dada. Semua mata dibuat terbelalak."D

  • PACAR RAHASIA SANG CEO   19. SEBAB

    "Suami kamu memang sudah gila, Sayang.""Makanya, kamu jangan seperti suamiku. Sudah sibuk, sekalinya ketemu bikin emosi," cebik wanita itu. Mayang duduk bersandar di bahu Krisna."Percaya sama aku. Kamu bakalan jadi wanita paling bahagia jika bersamaku." Krisna mengelus lembut kepala Mayang."Kalau begitu, bagaimana kalau secepatnya kita menikah? Aku sudah tidak tahan terus terjebak dengan pria menyebalkan itu."Krisna menghela napas dalam, ini yang tidak ia sukai dari Mayang. Terus mendesaknya menikahi wanita itu. Padahal sedikitpun Krisna tidak memiliki niat untuk menikahi Mayang. Dia hanya ingin bersenang-senang saja."Kita baru saja memulai bisnis kita, Mayang. Bahkan kita belum memulai. Aku mohon sabar sebentar, ya. Aku janji setelah bisnis kita lancar aku akan segera menikahimu," bujuk Krisna. Tentu itu hanya bohong belaka. "Baiklah. Tapi janji, ya. Secepatnya kamu harus nikahin aku." Mayang menoleh, menatap sang kekasih dengan tatapan memelas. "Tentu saja, Honey. Sekarang ak

  • PACAR RAHASIA SANG CEO   18. BERTEMAN

    Aluna dan Dirga sedang duduk berdua di sofa yang ukurannya lumayan besar. Cukup bagi mereka untuk berbaring dengan posisi saling berpelukan. Sekarang sudah jam tujuh malam dan Aluna masih berada di apartemen Dirga. "Jadi mulai sekarang, perjanjian kita berakhir"Satu kalimat itu terlontar dari mulut Dirga. Aluna tersenyum senang, Bagaimana tidak, hal yang dia takutkan tidak terjadi. Bahkan saat ini Dirga sudah setuju jika perjanjian mereka sudah berakhir. "Mulai sekarang, saya adalah teman kamu. Kamu mau 'kan punya teman seperti saya yang sudah tua bangka?" Dirga terkekeh. "Asal jangan pakai minyak angin, nggak akan ada yang tau kalau Papi sudah tua." Aluna ikut tertawa. Keduanya saling menertawakan lalu saling mengeratkan pelukan. Setelah apa yang terjadi, semua berakhir dengan baik. Walau setelah ini Aluna harus bertemu dengan Bagas dan mengatakan jika ia tidak akan melepaskan Dirga untuk saat ini. Flashback .... Dirga meraih bibir kecil Aluna dengan bibirnya, mulai mencumbui

  • PACAR RAHASIA SANG CEO   17. LINGERIE MERAH

    Aluna bukan anak 15 tahun yang tidak tahu benda apa yang sedang ia pegang. Dia hanya bingung, bagaimana pakaian seksi ini ada di kamar Dirga. Baju tipis yang begitu menerawang dengan warna menantang. Lingerie merah, tidak mungkin jika itu hadiah untuknya,'kan? Aluna bahkan menelan ludah saking tidak percaya."I-itu …." Dirga garuk-garuk kepala. Dia mulai kikuk karena malu. "Ini hadiahku? Lingerie ini? Buatku?" ucap Aluna dengan penuh penekanan dan tatapan mengintimidasi. Dirga semakin gelagapan. Dia semakin malu mendapati kenyataan pakaian itu memang sebenarnya untuk Aluna. Namun, melihat ekspresi Aluna yang seperti itu, Dirga ragu jika harus memberikan lingerie merah itu pada sang kekasih rahasianya itu. "Atau buat istri Papi? Kalau buat istri Papi harusnya Papi bungkus, bukan ditaruh sembarangan seperti ini. Biar aku yang-,""Itu memang buat kamu!"Hening, mendadak suasana menjadi canggung saat pria itu dengan gamblang mengatakan kebenaran. Aluna terdiam bak patung, tetapi wajahn

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status