Share

06. DEEP TALK

Author: Kim_Lin
last update Last Updated: 2023-05-04 21:56:26

Aluna menelan saliva saat pria itu meloloskan kemeja putih dari tubuh atletisnya. Dirga sudah duduk membelakangi Aluna. Menyodorkan punggung putih mulus tersebut untuk mendapatkan terapi dari sang pacar rahasia.

"Aku mulai, ya, Om."

Aluna membalur minyak angin yang baru dia beli beberapa saat lalu pada punggung Dirga. Secara perlahan ia mengolesi minyak angin agar terbalur dengan rata. Tanpa Aluna sadari sentuhan lembut yang dia lakukan menimbulkan desiran asing pada aliran darah pria itu..

"Kalau sakit bilang, ya."

Dirga mengangguk paham dan Aluna mulai mengerok punggung sang CEO dengan koin. Garis merah kini menghiasi punggung Dirga. Pria itu benar-benar sedang sakit.

"Istri saya sudah mengakui kalau dia selingkuh. Kami berdua bertengkar."

Aluna berhenti sejenak saat Dirga membuka suara. Pria itu tiba-tiba saja menceritakan permasalahannya dengan sang istri. Aluna tidak menanggapi, dia kembali mengerok punggung Dirga.

"Sampai saat ini, kami belum dikaruniai seorang anak. Dia menuduh saya mandul dan itu alasan istri saya selingkuh."

"Om udah periksa ke dokter?" tanya Aluna penasaran.

"Sudah. Kami berdua dinyatakan sehat. Hanya saja, tuhan belum memberi kepercayaan pada kami."

"Oh …." Aluna mengangguk pelan.

"Menurut kamu, apa wajar istri saya berselingkuh dengan alasan itu?"

Gerakan tangan Aluna melambat, gadis itu tengah berpikir jawaban apa yang harus dia berikan pada Dirga. Hal yang sangat wajar jika seorang wanita yang sudah menikah menginginkan kehadiran seorang anak di dalam kehidupannya. Aluna pun pasti menginginkan hal yang sama jika sudah menikah nanti.

"Mungkin istri Om lagi di fase jenuh aja. Coba Om bicarakan lagi baik-baik. Bicara dari hati ke hati. Menghabiskan waktu berdua ke tempat-tempat indah dan romantis. Kali aja istri Om luluh dan mau menerima Om lagi," tutur Aluna sok bijak.

"Itu juga yang dikatakan istri saya."

Terlihat bahu pria itu naik turun, seperti sedang menghembuskan napas dengan berat. Aluna yang sudah selesai segera menaruh koin dan minyak angin di atas nakas. Lalu membersihkan tangannya yang penuh minyak dengan tisu basah.

"Dia bilang, saya terlalu sibuk dan tidak ada waktu untuk dia. Itu juga salah satu alasan Mayang selingkuh dari saya."

Aluna kembali menelan saliva saat Dirga berbalik sehingga Aluna dapat melihat roti sobek yang terpampang nyata di depan mata. Pria itu mengenakan pakaian kembali. Tubuhnya terasa lebih baik setelah mendapatkan perawatan dari sang pacar.

"Terima kasih."

Dirga menggerakkan tangan, mengelus pucuk kepala Aluna dengan lembut seraya mengulas senyum simpul. Hal yang membuat Aluna terpaku beberapa saat. Batinnya bergumam, kenapa pria ini manis sekali?

"S-sama-sama," jawab Aluna gugup.

"Sekarang kamu bilang, kamu mau apa? Biar saya suruh teman saya yang belikan." Dirga menyandarkan tubuhnya ke punggung ranjang.

"Nggak usah, Om. Lagian aku cuma ngerokin doang." Aluna menutup sebagian tubuh Dirga dengan selimut.

"Mau kemana?" Reflek Dirga menahan tangan Aluna saat melihat gadis itu tiba-tiba berdiri.

"Ke kamar mandi, Om. Cuci tangan."

"Oh. Silahkan."

Aluna lekas pergi menuju kamar mandi. Meninggalkan Dirga yang belum melepaskan pandangannya. Aneh sekali, entah kenapa Dirga tiba-tiba khawatir jika Aluna akan pergi dari tempat ini. Dirga takut Aluna pulang karena sudah menyelesaikan tugas yang ia berikan.

"Om sudah makan? Mau aku belikan sesuatu?" tawar Aluna saat keluar dari kamar mandi.

CEO tampan itu menggelengkan kepala. Aluna tersenyum, dia sudah menduga jika Dirga belum makan. Gadis itu lekas meraih tas miliknya yang ada di sofa yang tak jauh dari tempat tidur Dirga. Hendak mengambil sesuatu dari dalam sana.

"Om tunggu sebentar, ya. Saya belikan makanan dulu buat Om."

"Pakai uang kamu?" tanya Dirga. Aluna mengangguk mengiyakan.

"Tidak. Saya tidak mau."

"Nggak apa-apa, Om."

"Nggak mau. Kesini."

Satu tangan ia gerakkan sebagai kode agar Aluna segera mendekat padanya. Aluna lekas berjalan menuju pria itu. Seketika manik mata Aluna membulat sempurna saat Dirga tiba-tiba menarik tangan Aluna sehingga dia terduduk tepat di samping Dirga. Hal yang lebih mengejutkan lagi saat pria itu spontan melingkarkan tangan pada pinggang ramping Aluna.

"Pesan online saja. Saya yang bayar."

Tidak ada yang bisa Aluna lakukan selain mengangguk setuju. Dirga lekas mengambil ponsel lalu memesan makanan secara online. Setelah selesai, Dirga menaruh ponsel tersebut di atas nakas.

"Om!"

Aluna tersentak, tiba-tiba Dirga bangkit dan memeluknya. Menaruh dagu di pundak Aluna, pria itu mengatakan sesuatu yang membuat Aluna tercekat. Dia bahkan bisa merasakan hembusan napas pria itu membelai lembut lehernya.

"Wangi. Saya suka."

Dirga mendekatkan hidungnya pada leher Aluna. Menghidu aroma tubuh yang bagi ia begitu menenangkan. Aroma stroberi, bau tubuh Aluna seperti anak kecil. Namun, Dirga sangat suka.

"Pakai sabun bayi, ya?" Dirga mengencangkan pelukannya.

"Hah? Ng-nggak," timpal Aluna.

"Mulai hari ini jangan panggil saya Om. Panggil saya Papi. Bagaimana?"

"Papi?"

Aluna menoleh, mendapati jarak mereka yang teramat dekat membuat Aluna gugup seketika. Aluna mulai kesulitan berpikir jernih, terlebih CEO tampan itu mulai menyatukan kening mereka. Aluna yakin jika hari ini miliknya yang paling berharga akan direnggut oleh Dirga.

"Saya tidak punya anak. Anggap sebagai latihan kalau suatu saat saya punya anak yang akan memanggil saya Papi."

"Apa ada anak yang seperti ini?"

Aluna menarik diri, tertawa mendengar ucapan Dirga yang bagi ia terdengar sangat konyol. Mana ada anak dan ayah yang berpelukan seintim ini. Dirga harus segera tidur, ucapannya mulai melantur.

"Om sebaiknya tidur. Nanti kalau makanannya sudah datang, aku bangunin Om."

"Saya tidak mengantuk," tukas Dirga.

"Lalu, Om mau ngapain? Mendingan Om tidur biar cepat sembuh."

"Saya mau ini."

Dirga kembali menarik tangan Aluna. Membuat tubuh gadis itu dalam sekejap berada diatas tubuh Dirga. Keduanya saling bersitatap, tangan Aluna yang menahan di dada Dirga seketika membuat pria itu merasakan sesuatu yang asing menjalar di aliran darah. Sesuatu yang membuat Dirga secara spontan mendaratkan satu buah kecupan singkat di bibir tipis Aluna.

"Boleh saya meminta hak dari kamu? Hak dari perjanjian kita?"

Tak langsung menjawab, Aluna terpaku saat pria itu dengan lembut menyampirkan rambut ke belakang telinga. Pandangan Dirga kembali tertuju pada bibir tipis itu, ingin sekali Dirga meraup bibir Aluna dengan bibirnya. Namun, dia masih menunggu jawaban dari Aluna.

"Kamu boleh minta apa saja sebagai imbalan. Kamu juga bisa memiliki penthouse ini jika kamu mau. Saya butuh kamu. Saya menginginkan kamu sekarang."

Aluna tersenyum kecut, untuk beberapa saat dia merasa bodoh karena sempat terpesona dengan sikap manis partner bisnisnya. Dia kembali tersadar jika hubungan mereka hanya sekedar saling memanfaatkan. Pria itu pernah memberi ia sejumlah uang, tentu harus ada timbal balik untuk pria itu.

"Bagaimana? Kamu bersedia?"

Aluna menyeringai, entah mendapat keberanian dari mana gadis itu mulai mendekatkan wajahnya. Aluna mulai membenahi posisi sehingga sekarang dia sudah berada diatas pria itu. Tepat di pangkuan kaki Dirga, Aluna merapatkan diri, mengikis jarak yang bersisa sejengkal itu.

"Bos, aku sudah bawa makanan sama … oh, my god! What are you doing, Bro?"

Pekikan tersebut sontak membuat Aluna menoleh dan segera beranjak dari tempatnya. Bagas yang mendapat perintah dari Dirga untuk membelikan pakaian baru untuk Aluna dibuat menganga saat mendapati seorang wanita berada tepat di atas tubuh Dirga. Aluna lekas berlari ke kamar mandi, sedangkan Dirga mengusap wajah dengan kasar. Bagas datang di waktu yang tepat.

"Oke, oke … aku simpan disini. Selamat bersenang-senang, Bos," kekeh Bagas. Pria itu menaruh barang bawaannya di atas meja lalu secepat kilat lari setelah dipelototi Dirga.

"Dasar, suami istri sama-sama gila," sungut Bagas. Padahal dia hendak memberikan informasi mengenai Mayang.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Abigail Briel
keren, demi apa coba ini bagus.........
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • PACAR RAHASIA SANG CEO   22. CUPID

    "Papi takut?""Ng-nggak! S-siapa yang takut?""Buktinya ini!"Aluna mengangkat tangannya yang digenggam erat oleh Dirga. Sejak tadi Aluna tak henti tertawa saat melihat Dirga yang terus menutup mata bahkan menggenggam kuat-kuat tangannya saat sosok makhluk astral muncul di layar lebar. Mereka berdua sedang menonton film horor."Aku tidak takut." Dirga segera melepaskan cengkramannya."Kalau takut juga gak apa-apa, Pi. Jangan malu," kekeh Aluna. "Sudah aku bilang, aku tidak takut."Tidak mau kalah, Dirga lekas melipat tangannya di dada. Pandangannya serius menatap lurus ke depan. Bertepatan dengan itu, sosok menyeramkan muncul kembali di layar. Seketika Dirga berteriak seperti anak kecil. "Aku tidak takut, ya. Cuma kaget saja sama musiknya," kilah Dirga segera karena gengsi. "Iya, iya. Papi emang pemberani." Aluna kembali tertawa. Aluna kembali fokus melihat ke depan. Menonton dengan seksama sembari memasukan beberapa berondong jagung ke dalam mulutnya. Gadis itu memang sangat men

  • PACAR RAHASIA SANG CEO   21. HARI PERTAMA MENJADI TEMAN

    Senyum simpul itu tak henti terpancar dari wajah Aluna. Di tengah kesibukannya mengerjakan tugas dari sang dosen killer, pikirannya dibuat sibuk dengan rencananya bersama Dirga malam nanti. "Kelas saya cukupkan sampai disini. Jangan lupa kerjakan tugas yang saya berikan. Saya tidak akan menerima alasan apapun jika tidak ada yang mengerjakan tugas."Sang dosen killer itu lekas keluar dari dalam kelas. Masih dengan senyum yang belum luntur, Aluna membereskan semua buku juga laptopnya. Tanpa Aluna sadari, sejak tadi Rere memperhatikan gelagat aneh Aluna. "Senyum-senyum terus. Dapat hadiah baru dari Papi-mu, ya?" tanya Rere dengan nada mengejek. "Apaan, sih. Kepo!" cebik Aluna. "Mentang-mentang punya orang baru, sahabat lama dilupain." Rere tak jalah kesal. "Siapa yang lupain kamu, Rere Naima …."Aluna mencubit gemas pipi Rere seperti anak kecil. Jelas Rere langsung berontak. Aluna yang melihat itu langsung tertawa karena tidak tahan melihat wajah kesal Rere. "Nanti sore aku ada ac

  • PACAR RAHASIA SANG CEO   20. SI BODOH DAN SI PARASIT

    Wanita itu menutup pintu mobil dengan kasar. Dengan jalan yang dihentakkan, Mayang segera memasuki lift. Dadanya bergemuruh hebat, suara wanita di telepon tadi sukses membuatnya murka luar biasa. "Krisna!"Tidak ada kata-kata sayang. Tidak ada nada yang lemah lembut dan manja. Mayang lekas masuk ke dalam lalu mencari pria itu ke segala arah. Hingga terakhir dia berada di depan pintu kamar. Dia tidak langsung masuk, tangannya tertahan di handle pintu. Suara cekikikan dan tawa seorang wanita nyaring terdengar. Disusul dengan suara menjijikan yang Mayang yakin itu adalah suara Krisna. Kepalanya sudah tidak bisa berpikir jernih. Dia yakin Krisna sedang berbuat mesum dengan seorang wanita. "Br*ngsek!"Kata itu yang pertama keluar dari mulut Mayang saat netranya menyaksikan sesuatu yang luar biasa di hadapannya. Dimana Krisna sedang berada di atas tubuh seorang wanita muda yang pakaian atasnya sudah tanggal. Begitupun Krisna yang sudah bertelanjang dada. Semua mata dibuat terbelalak."D

  • PACAR RAHASIA SANG CEO   19. SEBAB

    "Suami kamu memang sudah gila, Sayang.""Makanya, kamu jangan seperti suamiku. Sudah sibuk, sekalinya ketemu bikin emosi," cebik wanita itu. Mayang duduk bersandar di bahu Krisna."Percaya sama aku. Kamu bakalan jadi wanita paling bahagia jika bersamaku." Krisna mengelus lembut kepala Mayang."Kalau begitu, bagaimana kalau secepatnya kita menikah? Aku sudah tidak tahan terus terjebak dengan pria menyebalkan itu."Krisna menghela napas dalam, ini yang tidak ia sukai dari Mayang. Terus mendesaknya menikahi wanita itu. Padahal sedikitpun Krisna tidak memiliki niat untuk menikahi Mayang. Dia hanya ingin bersenang-senang saja."Kita baru saja memulai bisnis kita, Mayang. Bahkan kita belum memulai. Aku mohon sabar sebentar, ya. Aku janji setelah bisnis kita lancar aku akan segera menikahimu," bujuk Krisna. Tentu itu hanya bohong belaka. "Baiklah. Tapi janji, ya. Secepatnya kamu harus nikahin aku." Mayang menoleh, menatap sang kekasih dengan tatapan memelas. "Tentu saja, Honey. Sekarang ak

  • PACAR RAHASIA SANG CEO   18. BERTEMAN

    Aluna dan Dirga sedang duduk berdua di sofa yang ukurannya lumayan besar. Cukup bagi mereka untuk berbaring dengan posisi saling berpelukan. Sekarang sudah jam tujuh malam dan Aluna masih berada di apartemen Dirga. "Jadi mulai sekarang, perjanjian kita berakhir"Satu kalimat itu terlontar dari mulut Dirga. Aluna tersenyum senang, Bagaimana tidak, hal yang dia takutkan tidak terjadi. Bahkan saat ini Dirga sudah setuju jika perjanjian mereka sudah berakhir. "Mulai sekarang, saya adalah teman kamu. Kamu mau 'kan punya teman seperti saya yang sudah tua bangka?" Dirga terkekeh. "Asal jangan pakai minyak angin, nggak akan ada yang tau kalau Papi sudah tua." Aluna ikut tertawa. Keduanya saling menertawakan lalu saling mengeratkan pelukan. Setelah apa yang terjadi, semua berakhir dengan baik. Walau setelah ini Aluna harus bertemu dengan Bagas dan mengatakan jika ia tidak akan melepaskan Dirga untuk saat ini. Flashback .... Dirga meraih bibir kecil Aluna dengan bibirnya, mulai mencumbui

  • PACAR RAHASIA SANG CEO   17. LINGERIE MERAH

    Aluna bukan anak 15 tahun yang tidak tahu benda apa yang sedang ia pegang. Dia hanya bingung, bagaimana pakaian seksi ini ada di kamar Dirga. Baju tipis yang begitu menerawang dengan warna menantang. Lingerie merah, tidak mungkin jika itu hadiah untuknya,'kan? Aluna bahkan menelan ludah saking tidak percaya."I-itu …." Dirga garuk-garuk kepala. Dia mulai kikuk karena malu. "Ini hadiahku? Lingerie ini? Buatku?" ucap Aluna dengan penuh penekanan dan tatapan mengintimidasi. Dirga semakin gelagapan. Dia semakin malu mendapati kenyataan pakaian itu memang sebenarnya untuk Aluna. Namun, melihat ekspresi Aluna yang seperti itu, Dirga ragu jika harus memberikan lingerie merah itu pada sang kekasih rahasianya itu. "Atau buat istri Papi? Kalau buat istri Papi harusnya Papi bungkus, bukan ditaruh sembarangan seperti ini. Biar aku yang-,""Itu memang buat kamu!"Hening, mendadak suasana menjadi canggung saat pria itu dengan gamblang mengatakan kebenaran. Aluna terdiam bak patung, tetapi wajahn

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status